DEPOK, KOMPAS.com - Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok Novarita mengonfirmasi bahwa saat ini bermunculan klaster-klaster Covid-19 rumah tangga di Depok.
Novarita menyampaikan, keadaan ini dipicu oleh semakin longgarnya pembatasan aktivitas warga, sehingga besar kemungkinan warga membawa pulang virus corona dan menularkannya ke keluarga.
"Iya, banyak yang kena satu keluarga. Sudah ada kelihatan, dari yang positif tiga sampai empat orang, pas dilihat ternyata satu keluarga, satu rumah," ujar Novarita kepada Kompas.com, Rabu (12/8/2020) malam.
Baca juga: Wali Kota Bekasi Sebut Masih Ada Penambahan Kasus Covid-19 dari Klaster Keluarga
Ia berujar, Pemerintah Kota Depok bakal aktif melacak kontak erat dari satu pasien yang dinyatakan positif Covid-19.
Novarita juga mengaku sudah menjalin komunikasi dan koordinasi dengan Pemprov DKI Jakarta, mengingat banyak warga Depok yang mencari nafkah di Ibu Kota.
Terlebih lagi, Pemprov DKI Jakarta melakukan tes Covid-19 secara besar-besaran, jauh lebih besar ketimbang wilayah lainnya.
Besar kemungkinan, warga Depok mulanya terkonfirmasi positif melalui tes yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta, lantas telanjur menularkannya ke keluarga.
Baca juga: Wali Kota Sebut Peningkatan Kasus Covid-19 di Bekasi Berasal dari Klaster Keluarga
Keadaan ini sama halnya dengan Kota Bogor dan Bekasi yang sudah lebih dulu mengumumkan temuan klaster rumah tangga.
"Dari DKI akan diinformasikan ke kami bahwa si A, si B, si C ber-KTP Depok. Kan dapat tuh alamatnya, nanti kita tracing (lacak kontak erat) ke rumahnya," ungkap Novarita.
"Dari situ banyak yang ketahuan (positif Covid-19) karena dia (salah satu anggota keluarga) dilakukan swab di Jakarta. Keluarga dia langsung kami tracing," lanjutnya.
Sebelumnya, Pemerintah Kota Depok sempat menyampaikan bahwa sebanyak 60 persen warganya berstatus komuter atau pelaju.
Seiring dengan pelonggaran pembatasan aktivitas, mobilitas warga pun meningkat, sedangkan Pemkot Depok mengaku "tak bisa membatasi aktivitas orang bekerja".
Novarita menyampaikan, pihaknya mengandalkan kesadaran warga untuk senantiasa patuh pada protokol pencegahan penularan Covid-19.
Baca juga: [UPDATE] Grafik Covid-19 11 Agustus di Depok: Temuan 16 Kasus Baru, 18 Pasien Diklaim Pulih
Ia juga memberikan sejumlah pesan agar warga yang baru pulang ke rumah segera membersihkan diri.
Hal itu merupakan upaya minimal untuk mengurangi potensi penularan virus corona melalui benda.
"Kalau pulang kerja, ganti baju, mandi, dan lain-lain. Jangan ngobrol-ngobrol sama keluarga, padahal belum ganti baju," pungkas Novarita.
Secara keseluruhan, jumlah kasus Covid-19 di Kota Depok sudah mencapai 1.488 hingga data terbaru, Rabu kemarin.
Angka ini merupakan yang tertinggi di Provinsi Jawa Barat.
Saat ini, masih ada 340 warga Depok yang terinfeksi virus corona dan sedang dirawat atau dikarantina mandiri.
Ahli epidemiologi Universitas Indonesia, Pandu Riono, menilai pemerintah pusat mesti turun tangan untuk mengintegrasikan penanganan Covid-19 antara Jakarta dengan kota-kota satelitnya.
Pandu berpandangan, mobilitas warga yang begitu dinamis dari Bogor, Depok, Bekasi, dan Tangerang (Bodetabek) ke Jakarta membuat penanggulangan Covid-19 tak bisa dibereskan dengan batas-batas wilayah administratif.
Meskipun Jakarta dan Bodetabek adalah kota dan provinsi yang berlainan, dalam hal penyebaran virus corona, Jabodetabek merupakan satu wilayah terpadu.
"Satu kesatuan Jabodetabek itu iramanya harus sama. Idealnya seperti itu. Manajemen satu kesatuan Jabodetabek itu harus bisa diatur bersama," ujar Pandu ketika dihubungi Kompas.com pada Selasa (28/7/2020).
"Karena selama ini polanya berdasarkan wilayah administratif saja. Di sinilah peran pemerintah pusat, turun tangan untuk Jabodetabek, maka satuan tugasnya itu harus bersama," jelas dia.
Pandu memberi contoh soal merebaknya klaster perkantoran sebagai lokus penularan Covid-19 di DKI Jakarta.
Klaster ini dapat terdeteksi karena Pemprov DKI Jakarta melakukan pelacakan dan tes PCR secara gencar, lebih dari empat kali lipat standar WHO.
Namun, kemampuan ini tidak dimiliki oleh wilayah-wilayah penyangga, padahal patut diduga para pegawai di Jakarta membawa pulang virus ini ke wilayah penyangga.
Ia menyatakan, apabila kapasitas pemeriksaan PCR di Bodetabek sama bagusnya dengan DKI Jakarta, bukan tak mungkin ditemukan lonjakan kasus Covid-19 di Bodetabek seperti halnya Jakarta saat ini.
"Tapi, (lonjakan) itu hanya bisa terdeteksi jika active case finding-nya (pencarian kemungkinan kasus baru) di Bodetabek sama seperti Jakarta," ujar dia.
"Makanya, contact tracing (pelacakan kontak pasien positif Covid-19) harus banyak dilakukan di daerah (penyangga). Makanya, kalau bisa dihitung sebagai satu kesatuan wilayah itu akan bagus," tambah Pandu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.