Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Begini Mekanisme untuk Dapatkan Stok Plasma Darah dari RSPAD Gatot Soebroto

Kompas.com - 13/08/2020, 15:52 WIB
Muhammad Isa Bustomi,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sampai saat ini, stok plasma darah konvalesen dari berbagai golongan untuk penanganan pasien Covid-19 masih tersedia di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta Pusat.

Namun, pasien terinfeksi Covid-19 yang ingin meminta plasma darah untuk melakukan terapi tidak bisa sembarangan. Ada mekanisme yang harus dilalui.

Direktur Pengembangan dan Riset RSPAD Gatot Soebroto Kolonel CKM dr. Nana Sarnadi mengatakan, pengeluaran stok plasma darah konvalesen bisa dilakukan oleh RSPAD berdasarkan permintaan dari rumah sakit dalam menangani pasien Covid-19.

Baca juga: Stok Plasma Darah Berbagai Golongan Masih Tersedia di RSPAD Gatot Subroto

"Jadi tidak setiap orang bahwa harus menjalani terapi plasma darah karena permintaan orang itu. tidak seperti itu," ujar Nana saat dihubungi, Kamis (13/8/2020).

Nana menjelaskan, stok plasma darah yang ada di RSPAD baru dapat dikirimkan atau diambil setelah adanya permintaan rumah sakit atas persetujuan penanggung jawab.

Pasalnya, kata Nana, tidak semua rumah sakit yang tersebar di Indonesia setuju untuk melakukan terapi plasma darah kepada pasien Covid-19. Terlebih tidak ada tim penelitinya.

"Kalau pasien yang meminta, pasien dirawat. Sampaikan ke dokter yang merawat apakah ada indikasi terapi plasma atau tidak. Setelah didiskusikan dokter penanggung jawab lapor kepada direktur rumah sakit apakah boleh (terapi). Karena belum tentu direktur itu setuju, apalagi yang tidak ada tim peneliti," katanya.

Baca juga: PMI: Stok Plasma Darah Masih Mencukupi Permintaan RS Covid-19

Setelah adanya persetujuan, RSPAD dapat mengeluarkan stok plasma darah dengan cepat. Pihak rumah sakit yang membutuhkan dapat mengambil secara langsung.

"Bisa langsung saja, apalagi ada yang bisa mengambil, bukan kami yang mengirim. Karena tentunya harus ada yang membawa kan," katanya.

Sebelumnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menerbitkan rekomendasi tentang pengawasan pemanfaatan plasma konvalesen dan imunoglobulin konsentrat dalam terapi Covid-19.

BPOM juga menerbitkan petunjuk teknis penjaminan mutu pengolahan plasma konvalesen Covid-19. Plasma konvalesen digunakan sebagai terapi tambahan pasien Covid-19.

Plasma darah pasien yang telah sembuh diduga punya efek terapeutik karena memiliki antibodi terhadap virus corona penyebab Covid-19.

Riset pemberian plasma konvalesen melibatkan berbagai pihak, yaitu Balitbangkes ditunjuk sebagai koordinator nasional, kemudian BPOM sebagai pengawas serta PMI sebagai penyedia plasma konvalesen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Maling Motor di Tanah Abang Ditangkap Warga, Sempat Sembunyi di Kandang Ayam

Maling Motor di Tanah Abang Ditangkap Warga, Sempat Sembunyi di Kandang Ayam

Megapolitan
Kondisi Jasad Perempuan di Pulau Pari Sudah Membusuk, Ada Luka di Dada dan Leher

Kondisi Jasad Perempuan di Pulau Pari Sudah Membusuk, Ada Luka di Dada dan Leher

Megapolitan
Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Disemayamkan di Rumah Duka Jelambar

Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Disemayamkan di Rumah Duka Jelambar

Megapolitan
Motor Adu Banteng dengan Pembalap Liar di Bekasi, Seorang Perempuan Tewas di Tempat

Motor Adu Banteng dengan Pembalap Liar di Bekasi, Seorang Perempuan Tewas di Tempat

Megapolitan
Diberi Mandat Maju Pilkada DKI 2024, Ahmed Zaki Disebut Sudah Mulai Blusukan

Diberi Mandat Maju Pilkada DKI 2024, Ahmed Zaki Disebut Sudah Mulai Blusukan

Megapolitan
Polisi Tangkap 4 Remaja yang Tawuran di Bekasi, Pelaku Bawa Busur dan Anak Panah

Polisi Tangkap 4 Remaja yang Tawuran di Bekasi, Pelaku Bawa Busur dan Anak Panah

Megapolitan
Cerita Lupi Tukang Ojek Sampan Didera Perasaan Bersalah karena Tak Mampu Biayai Kuliah Anak

Cerita Lupi Tukang Ojek Sampan Didera Perasaan Bersalah karena Tak Mampu Biayai Kuliah Anak

Megapolitan
Berniat Melanjutkan Studi ke Filipina, Ratusan Calon Mahasiswa S3 Malah Kena Tipu Puluhan Juta Rupiah

Berniat Melanjutkan Studi ke Filipina, Ratusan Calon Mahasiswa S3 Malah Kena Tipu Puluhan Juta Rupiah

Megapolitan
MRT Lanjut sampai Tangsel, Wali Kota Benyamin: Diharapkan Segera Terealisasi

MRT Lanjut sampai Tangsel, Wali Kota Benyamin: Diharapkan Segera Terealisasi

Megapolitan
Teka-teki Perempuan Ditemukan Tewas di Pulau Pari: Berwajah Hancur, Diduga Dibunuh

Teka-teki Perempuan Ditemukan Tewas di Pulau Pari: Berwajah Hancur, Diduga Dibunuh

Megapolitan
Tragedi Kebakaran Maut di Mampang dan Kisah Pilu Keluarga Korban Tewas...

Tragedi Kebakaran Maut di Mampang dan Kisah Pilu Keluarga Korban Tewas...

Megapolitan
Nasib Jesika Jadi Korban Kebakaran Toko di Mampang, Baru 2 Hari Injakkan Kaki di Jakarta

Nasib Jesika Jadi Korban Kebakaran Toko di Mampang, Baru 2 Hari Injakkan Kaki di Jakarta

Megapolitan
Kejati DKI Belum Terima Berkas Perkara Firli Bahuri Terkait Dugaan Pemerasan terhadap SYL

Kejati DKI Belum Terima Berkas Perkara Firli Bahuri Terkait Dugaan Pemerasan terhadap SYL

Megapolitan
Belajar dari Kasus Sopir Fortuner Arogan, Jangan Takut dengan Mobil Berpelat Dinas...

Belajar dari Kasus Sopir Fortuner Arogan, Jangan Takut dengan Mobil Berpelat Dinas...

Megapolitan
7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang Telah Dipulangkan

7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang Telah Dipulangkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com