Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER JABODETABEK] Klaster Covid-19 Rumah Tangga Bermunculan di Depok | Kepala Dinas Pariwisata Jakarta Wafat

Kompas.com - 14/08/2020, 06:06 WIB
Sabrina Asril

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Kota Depok kini kembali menjadi sorotan dalam upaya penangaa virus corona. Kota ini sebelumnya menjadi satu-satuya daerah di Jawa Barat yang masuk dalam zona merah nasional.

Kini, meski status itu membaik menjadi zona oranye, penambahan jumlah kasus positif Covid-19 justru terus melonjak. Bahkan, mencatatkan angka penambahan tertinggi sepanjang pandemi.

Baca juga: Lonjakan Kasus Covid-19 di Depok: Data Pemkot Tak Transparan hingga Disentil Mendagri Tito

Pemerintah Kota Depok menyimpullka pola penyebaran virus yang cukup masif terjadi di Depok ada pada klaster rumah tangga.

Berita soal klaster penyebara Covid-19 di Depok ini menjadi berita terpopuler di Megapolitan Kompas.com sepanjang kemarin, Kamis (13/8/2020):

1. Klaster Covid-19 di rumah tangga bermunculan di Depok

Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok Novarita mengonfirmasi bahwa saat ini bermunculan klaster-klaster Covid-19 rumah tangga di Depok.

Novarita menyampaikan, keadaan ini dipicu oleh semakin longgarnya pembatasan aktivitas warga, sehingga besar kemungkinan warga membawa pulang virus corona dan menularkannya ke keluarga.

"Iya, banyak yang kena satu keluarga. Sudah ada kelihatan, dari yang positif tiga sampai empat orang, pas dilihat ternyata satu keluarga, satu rumah," ujar Novarita kepada Kompas.com, Rabu (12/8/2020) malam.

Baca juga: Rasio Tes Covid-19 Sangat Rendah, Tito Karnavian Tegur Wali Kota Depok

Ia berujar, Pemerintah Kota Depok bakal aktif melacak kontak erat dari satu pasien yang dinyatakan positif Covid-19.

Novarita juga mengaku sudah menjalin komunikasi dan koordinasi dengan Pemprov DKI Jakarta, mengingat banyak warga Depok yang mencari nafkah di Ibu Kota.

Terlebih lagi, Pemprov DKI Jakarta melakukan tes Covid-19 secara besar-besaran, jauh lebih besar ketimbang wilayah lainnya.

Besar kemungkinan, warga Depok mulanya terkonfirmasi positif melalui tes yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta, lantas telanjur menularkannya ke keluarga.

Keadaan ini sama halnya dengan Kota Bogor dan Bekasi yang sudah lebih dulu mengumumkan temuan klaster rumah tangga.

"Dari DKI akan diinformasikan ke kami bahwa si A, si B, si C ber-KTP Depok. Kan dapat tuh alamatnya, nanti kita tracing (lacak kontak erat) ke rumahnya," ungkap Novarita.

"Dari situ banyak yang ketahuan (positif Covid-19) karena dia (salah satu anggota keluarga) dilakukan swab di Jakarta. Keluarga dia langsung kami tracing," lanjut dia.

Baca selengkapnya di sini.

Cucu Ahmad Kurnia saat jadi Plt Kepala Sudin Parbud Jakarta Utara sekaligus Kepala Sudin Parbud Kepulauan Seribu di RPTRA Rasela, Koja, pada 12 Februari 2019.Dokumentasi/Sudin Kominfotik Jakarta Utara Cucu Ahmad Kurnia saat jadi Plt Kepala Sudin Parbud Jakarta Utara sekaligus Kepala Sudin Parbud Kepulauan Seribu di RPTRA Rasela, Koja, pada 12 Februari 2019.

2. Kepala Dinas Pariwisata Jakarta Cucu Ahmad Kurnia wafat

Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ( Parekraf) DKI Jakarta Cucu Ahmad Kurnia meninggal dunia. Kepala Bidang Industri Pariwisata Disparekraf, Bambang Ismadi memastikan hal itu.

"Benar sudah meninggal dunia, barusan di Rumah Sakit Islam Cempaka Putih (Jakarta)," ucap Bambang saat dihubungi, Kamis (13/8/2020).

Bambang mengungkapkan, Cucu dirawat di RS Islam Cempaka Putih sejak hari Minggu lalu. Ia dinyatakan meninggal pada Kamis sore pukul 16.55 WIB.

Baca juga: Meninggal Dunia, Hasil Tes Swab Kadis Pariwisata DKI Cucu Ahmad Negatif Covid-19

"Dari malam Sabtu sudah sakit dia. Belum dirawat, masih pulang. Terus malam Minggu dirawat di RS Islam," kata dia.

Konfirmasi mengenai sebab meninggalnya Cucu disampaikan Sekretaris Dinas Parekraf DKI Jakarta, Gumilar Ekalaya.

"Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Benar, Pak Cucu meninggal. Sempat ada keluhan sesak napas, sehingga telah dilakukan pemeriksaan swab untuk antisipasi dan memastikan gejala," ucap Gumilar dalam keterangannya, Kamis.

Namun hasil swab yang keluar Rabu (12/8/2020) malam menunjukkan hasil negatif.

"Tadi saya dapat info Pak Cucu rencana hari ini akan dipindah dari ruang isolasi ke ruang perawatan biasa karena bukan Covid-19. Namun sore ini ada berita duka itu," ujar dia.

Baca selengkapnya di sini.

Megah Putra Perkasa pilot maskapai komersial kini menjual mie ayam untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan membuka warung di Ruko Granada Square BSD Tangerang Selatan, Rabu (12/8/2020)KOMPAS.com/SINGGIH WIRYONO Megah Putra Perkasa pilot maskapai komersial kini menjual mie ayam untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan membuka warung di Ruko Granada Square BSD Tangerang Selatan, Rabu (12/8/2020)

3. Pilot jadi penjual mi ayam gara-gara pandemi

Megah Putra Perkasa, pilot yang kini menjadi penjual mi ayam, merupakan salah satu pilot yang terkena imbas pandemi Covid-19.

Penerbangan dihentikan sementara karena ada pandemi Covid-19. Otomatis hal itu berdampak pada pilot dan awak pesawat lainnya.

Ratusan pilot dan ribuan pekerja di sektor penerbangan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) atau dirumahkan karena dampak Covid-19.

Sekitar tengah hari kemarin, Megah duduk di selasar masjid sambil bercerita bahwa awalnya dia tak menyangka bisa memiliki gerobak mi ayam sederhana dengan tempat jualan yang baik di warung Majelis.

Baca juga: Kisah Pilot Jadi Pedagang Mi Ayam Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19

Namun, beberapa rekannya memfasilitasi dia untuk bisa berjualan mi ayam di warung mereka.

"Pas ditawarin untuk jualan di warung saya juga bingung, enggak ada apa-apa soalnya," kata Megah.

Perubahan statusnya dari pilot menjadi pedagang mi ayam didukung penuh sanak keluarganya, terutama istrinya. Dia mengungkapkan, istrinya sering kali mengingatkan agar tidak menyerah.

Megah berkerja sebagai pilot selama 13 tahun dan dia ingat satu pesan istrinya, yaitu rezeki bukan hanya yang tertera dari slip gaji.

"Rezeki itu bukan slip gaji, jadi insya Allah ada juga di sini (berjualan mi ayam)," kata dia.

Dia percaya bahwa pandemi Covid-19 punya hikmah untuk dirinya.

Baca selengkapnya di sini.

4. PSBB transisi dinilai memperburuk pandemi Covid-19

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi Jakarta akan berakhir pada Kamis (13/8/2020). PSBB transisi awalnya diberlakukan 5 Juni hingga 2 Juli 2020.

Kemudian, Pemprov DKI memutuskan memperpanjang masa PSBB transisi selama 14 hari hingga 16 Juli.

Perpanjangan PSBB transisi dilakukan setelah Pemprov DKI melihat skor indikator pelonggaran.

Baca juga: Anies Kembali Perpanjang PSBB Transisi Selama 14 Hari hingga 27 Agustus

PSBB transisi kembali diperpanjang sebanyak dua kali, masing-masing selama dua pekan, terhitung mulai 17 Juli sampai 30 Juli 2020 dan mulai 31 Juli hingga 13 Agustus 2020.

Namun setelah beberapa kali melewati perpanjangan PSBB transisi, angka penyebaran Covid-19 di Jakarta masih tinggi.

Warga melihat PSBB transisi Jakarta bukan memberikan dampak baik, melainkan memperburuk kondisi pandemi Covid-19.

Baca selengkapnya di sini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Megapolitan
Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Megapolitan
Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com