Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita di Balik Monumen Kali Bekasi, tentang Pembantaian Tentara Jepang dan Sungai yang Memerah

Kompas.com - 14/08/2020, 19:53 WIB
Cynthia Lova,
Jessi Carina

Tim Redaksi

Awalnya tak dibuka, namun rakyat Bekasi secara paksa langsung membuka pintu kereta tersebut dan menggeledah barang bawaan tentara Jepang.

“Saat kereta digeledah ditemukan banyak senjata api, para pejuang akhirnya marah,” kata Ali.

Meski telah diperlihatkan surat perintah jalan dari Menteri Subardjo dan ditandatangani oleh Soekarno yang kala itu jadi Presiden Indonesia, rakyat Bekasi tetap menggelandang tawanan ke Kali Bekasi.

Baca juga: Tak Terhambat Penemuan Struktur Bata Kuno, Pembangunan DDT Stasiun Bekasi Sudah 40 Persen

Awalnya, ada sekitar 15 komandan tentara Jepang yang hendak melepaskan tembakan ke arah Zakaria.

Namun sayangnya Zakaria terlebih dahulu melepaskan tembakan ke arah komandan Jepang tersebut.

“Lalu disusul suara-suara tembakan lain, perang pun pecah. Pasukan Jepang berhamburan keluar dari tiga gerbong,” ujar Ali.

Melihat komandannya habis ditembak, para prajurit Jepang ini mencoba ambil senjata yang disimpan di gerbong belakang.

Belum sempat mengambil senjata, rakyat Bekasi ini langsung menyerbu para prajurit. Hal itu membuat mereka kalang kabut bahkan beberapa di antara mereka sempat melarikan diri ke arah Teluk Pucung.

Dalam hitungan beberapa menit, 90 orang prajurit Jepang tewas. Jasad 90 orang prajurit Kali Bekasi itu lantas dibuang ke Kali Bekasi.

“Kali Bekasi saat itu bertumpah darah para prajurit hingga warnanya bewarna merah. Disebut kali merah,” kata Ali.

Karena kejadian tersebut, Pemerintah Jepang protes dan meminta pertanggungjawaban Kepada Kepolisian RI (R. Soekanto) dengan jaminan agar peristiwa serupa tidak terulang kembali.

Akhirnya, pada tanggal 25 Oktober 1045 Presiden Soekarno datang ke Bekasi. Soekarna minta agar peristiwa serupa tidak terulang kembali.

Soekarno juga meminta agar rakyat Bekasi tidak ikut campur masalah kereta api dan mengacaukan perjalanannya.

Dalam buku Nasution tahun 1975, permintaan Soekarno itu diterima oleh rakyat Bekasi. Akhirnya monumen Kali Bekasi itu dibentuk sebagai tanda perdamaian antara Jepang dan Bekasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Seorang Pria Tanpa Identitas Tewas Tertabrak Mobil di Tengah Tol Dalam Kota

Seorang Pria Tanpa Identitas Tewas Tertabrak Mobil di Tengah Tol Dalam Kota

Megapolitan
Bakal Cagub Independen Mulai Konsultasi Pendaftaran ke KPU DKI, Salah Satunya Dharma Pongrekun

Bakal Cagub Independen Mulai Konsultasi Pendaftaran ke KPU DKI, Salah Satunya Dharma Pongrekun

Megapolitan
Kondisi Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Usai Disatroni Maling: Jendela dan Pintu Rusak serta Ada Jejak Kaki

Kondisi Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Usai Disatroni Maling: Jendela dan Pintu Rusak serta Ada Jejak Kaki

Megapolitan
Wanita di Jaksel Diduga Tenggak Cairan Pembersih Lantai Sebelum Gantung Diri Sambil Live Instagram

Wanita di Jaksel Diduga Tenggak Cairan Pembersih Lantai Sebelum Gantung Diri Sambil Live Instagram

Megapolitan
Diterpa Hujan, Atap Rumah Warga di Depok Ambruk

Diterpa Hujan, Atap Rumah Warga di Depok Ambruk

Megapolitan
Relawan: Dokumen yang Dibawa Maling di Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Bersifat Rahasia

Relawan: Dokumen yang Dibawa Maling di Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Bersifat Rahasia

Megapolitan
Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Kemalingan, TV, Alat Podcast dan Dokumen Penting Raib Dicuri

Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Kemalingan, TV, Alat Podcast dan Dokumen Penting Raib Dicuri

Megapolitan
KPU Gelar Sayembara Maskot dan 'Jingle' Pilkada DKI 2024 Khusus Warga Jakarta

KPU Gelar Sayembara Maskot dan "Jingle" Pilkada DKI 2024 Khusus Warga Jakarta

Megapolitan
Berdiri Hampir Satu Jam, Pemudik Minta Tempat Duduk di Stasiun Pasar Senen Ditambah

Berdiri Hampir Satu Jam, Pemudik Minta Tempat Duduk di Stasiun Pasar Senen Ditambah

Megapolitan
Korban Kecelakaan Mobil di Sawangan Depok Alami Memar hingga Patah Tulang

Korban Kecelakaan Mobil di Sawangan Depok Alami Memar hingga Patah Tulang

Megapolitan
Diduga Alami 'Microsleep', Pengemudi Jazz Hantam Mobil Innova di Sawangan Depok

Diduga Alami "Microsleep", Pengemudi Jazz Hantam Mobil Innova di Sawangan Depok

Megapolitan
Pekan Ini, Pemprov DKI Bakal Surati Kemendagri untuk Nonaktifkan NIK 92.432 Warga Jakarta

Pekan Ini, Pemprov DKI Bakal Surati Kemendagri untuk Nonaktifkan NIK 92.432 Warga Jakarta

Megapolitan
Lebaran 2024 Usai, Fahira Idris: Semoga Energi Kebaikan Bisa Kita Rawat dan Tingkatkan

Lebaran 2024 Usai, Fahira Idris: Semoga Energi Kebaikan Bisa Kita Rawat dan Tingkatkan

Megapolitan
H+6 Lebaran, Stasiun Pasar Senen Masih Dipadati Pemudik yang Baru Mau Pulang Kampung

H+6 Lebaran, Stasiun Pasar Senen Masih Dipadati Pemudik yang Baru Mau Pulang Kampung

Megapolitan
Dirawat di Panti Sosial, Lansia M Masih Melantur Diperkosa oleh Ponsel

Dirawat di Panti Sosial, Lansia M Masih Melantur Diperkosa oleh Ponsel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com