Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Napak Tilas Sejarah Taman Proklamasi, Area Pembacaan Teks Proklamasi hingga Perjuangan Tokoh Wanita

Kompas.com - 16/08/2020, 06:30 WIB
Rindi Nuris Velarosdela,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

Catatan Harian Kompas tanggal 16 Agustus 1995, proses peresmian tugu peringatan itu awalnya berjalan alot.

Wali Kota Jakarta kala itu, Suwirjo, menolak peresmian tugu peringatan satu tahun kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1946 karena alasan keamanan.

Suwirjo ingin meresmikan sendiri tugu peringatan itu pada 18 Agustus 1946.

"Kalau tanggal 18 Agustus, biarlah Pak Suwirjo sendiri yang membukanya," lata Jo Masdani.

Jo Masdani mengaku tak takut mati walaupun harus meresmikan tugu peringatan itu pada 17 Agustus 1946.

Kemudian, dia bersama tokoh pejuang wanita lainnya menghubungi Sutan Syahrir untuk meresmikan tugu peringatan itu. Sutan Syahrir pun menyanggupinya.

Semenjak peresmian itu, para pemuda dan pelajar dari tahun ke tahun menyelenggarakan upacara memperingati HUT Indonesia di tugu peringatan tersebut.

Setelah pemulihan kedaulatan Indonesia tahun 1950, Presiden dan Wakil Presiden seusai upacara kenegaraan di Istana Negara, selalu mendatangi tugu peringatan untuk meletakkan karangan bunga sekaligus membacakan doa bagi para pahlawan.

Tak hanya itu, para tamu negara tak segan diajak untuk meletakkan karangan bunga bagi para pahlawan yang telah gugur.

Selang 14 tahun setelah peresmian tugu peringatan proklamasi Indonesia, keberadaan tugu peringatan itu mulai tak dikunjungi warga.

ST Sularto dalam "Bung Karno di antara Saksi dan Peristiwa" menulis bahwa menurut Presiden Soekarno, tugu peringatan itu merupakan tugu Linggarjati sehingga tugu tersebut harus dihancurkan.

Padahal, perjanjian Linggarjati baru berlangsung 10 November 1946, tiga bulan setelah peresmian tugu peringatan itu.

Oleh karena itu, Jo Masdani dengan tegas membantah pernyataan tersebut.

“Persiapan kami lakukan sejak Juni 1946 sedangkan Linggarjati terjadi pada November 1946. Ini kan suatu kekeliruan besar,” kata Jo Masdani.

Penghancuran tugu peringatan itu tetap dilakukan sehingga hanya menyisakan tiga keping marmer yang kemudian disimpan sebagai kenangan di depan rumah Jo Masdani.

Tiga keping marmer itu bertulikan “Dipersembahkan oleh wanita Repoeblik” dan tulisan Proklamasi dilengkapi peta Indonesia.

Meskipun demikian, pada tahun 1972, pemerintah mulai membangun kembali rumah proklamasi (saat ini dikenal Gedung Perintis Kemerdekaan) dan tugu peringatan satu tahun proklamasi yang sebelumnya diprakarsai lima tokoh pejuang wanita Indonesia).

Hingga akhirnya, dikutip dari laman jakarta.tourism.go.id, tugu peringatan itu diresmikan pada 17 Agustus 1972 oleh Menteri Penerangan kala itu yang dijabat Budiarjo.

Tugu Petir

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Maju-Mundur Pedagang Jual Foto Prabowo-Gibran: Ada yang Curi 'Start' dan Ragu-ragu

Maju-Mundur Pedagang Jual Foto Prabowo-Gibran: Ada yang Curi "Start" dan Ragu-ragu

Megapolitan
Pagi Ini, Lima RT di Jakarta Terendam Banjir akibat Hujan dan Luapan Kali

Pagi Ini, Lima RT di Jakarta Terendam Banjir akibat Hujan dan Luapan Kali

Megapolitan
Cek Psikologi Korban Pencabulan Ayah Tiri, Polisi Gandeng UPTP3A

Cek Psikologi Korban Pencabulan Ayah Tiri, Polisi Gandeng UPTP3A

Megapolitan
Hampir Lukai Warga dan Kakaknya, ODGJ di Cengkareng Dievakuasi Dinsos

Hampir Lukai Warga dan Kakaknya, ODGJ di Cengkareng Dievakuasi Dinsos

Megapolitan
Saat Pedagang Kecil Jaga Marwah Kebangsaan, Belum Jual Foto Prabowo-Gibran meski Sudah Jadi Pemenang

Saat Pedagang Kecil Jaga Marwah Kebangsaan, Belum Jual Foto Prabowo-Gibran meski Sudah Jadi Pemenang

Megapolitan
Kekecewaan Pedagang yang Terpaksa Buang Puluhan Ton Pepaya di Pasar Induk Kramatjati karena Tak Laku

Kekecewaan Pedagang yang Terpaksa Buang Puluhan Ton Pepaya di Pasar Induk Kramatjati karena Tak Laku

Megapolitan
Kehebohan Warga Rusun Muara Baru Saat Kedatangan Gibran, Sampai Ada yang Kena Piting Paspampres

Kehebohan Warga Rusun Muara Baru Saat Kedatangan Gibran, Sampai Ada yang Kena Piting Paspampres

Megapolitan
Remaja Perempuan di Jaksel Selamat Usai Dicekoki Obat di Hotel, Belum Tahu Temannya Tewas

Remaja Perempuan di Jaksel Selamat Usai Dicekoki Obat di Hotel, Belum Tahu Temannya Tewas

Megapolitan
Gibran Janji Akan Evaluasi Program KIS dan KIP agar Lebih Tepat Sasaran

Gibran Janji Akan Evaluasi Program KIS dan KIP agar Lebih Tepat Sasaran

Megapolitan
Berkunjung ke Rusun Muara Baru, Gibran Minta Warga Kawal Program Makan Siang Gratis

Berkunjung ke Rusun Muara Baru, Gibran Minta Warga Kawal Program Makan Siang Gratis

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Megapolitan
Rekam Jejak Chandrika Chika di Dunia Hiburan: Dari Joget 'Papi Chulo' hingga Terjerat Narkoba

Rekam Jejak Chandrika Chika di Dunia Hiburan: Dari Joget "Papi Chulo" hingga Terjerat Narkoba

Megapolitan
Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Megapolitan
Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com