Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Perjuangan dari Bekasi, Tanah Patriot dan Para Jawara yang Sulit Ditaklukkan Belanda

Kompas.com - 16/08/2020, 12:05 WIB
Vitorio Mantalean,
Jessi Carina

Tim Redaksi


BEKASI, KOMPAS.com - “Kami cuma tulang-tulang berserakan. Tapi adalah kepunyaanmu. Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan. Kenang, kenanglah kami. Teruskan, teruskan jiwa kami. Menjaga Bung Karno, menjaga Bung Hatta, menjaga Bung Sjahrir. Kenang, kenanglah kami yang tinggal tulang-tulang diliputi debu. Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi” - Chairil Anwar (Krawang-Bekasi, 1948).

Kolonialisme Eropa belum sepenuhnya lesap ketika Indonesia menyatakan merdeka pada 17 Agustus 1945. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Belanda mencoba kembali menguasai Nusantara dan diam-diam membonceng pasukan sekutu.

Upaya menjajah kembali Nusantara bukan hanya meluncur di meja-meja diplomasi. Belanda tak segan melancarkan agresi-agresi militer serta pembantaian demi pembantaian.

Orang mungkin akan teringat Kota Surabaya, dengan Peristiwa 10 November-nya, apabila memperbincangkan soal kisah-kisah kepahlawanan mempertahankan kemerdekaan. Namun, tak banyak yang tahu, Bekasi juga menyimpan epos serupa.

Tanah patriot dan para jawara

Bekasi menjuluki dirinya sebagai Kota Patriot. Lima bilah bambu runcing yang berdiri tegak dalam lambang Kota Bekasi adalah simbol kepahlawanan tersebut.

Baca juga: Jejak Pangeran Diponegoro di Batavia, Hampir Sebulan Menunggu Keputusan Pengasingan

Sementara itu, Kabupaten Bekasi dalam lambangnya menampilkan sebilah golok teracung, seakan mengirim pesan bahwa tanah Bekasi adalah tanah jawara.

Pertempuran besar dalam rangka mempertahankan kemerdekaan pernah meletus di Bekasi dan bukan hanya dalam satu hari. Pertempuran-pertempuran itu terekam dalam beberapa karya maestro seni Tanah Air.

Pujangga Chairil Anwar mendedahkan sajak lirih namun menggetarkan soal kegigihan para patriot yang gugur di Bekasi dalam Krawang-Bekasi (1948). Dari namanya, jelas sajak ini diilhami dari akumulasi pertempuran di Karawang dan Bekasi pasca-Kemerdekaan.

Sastrawan kenamaan Pramoedya Ananta Toer juga pernah mewedarkan kisah yang diilhami oleh perjuangan serta bara nasionalisme di tanah Bekasi.

Karya kedua yang Pram lahirkan sepanjang riwayat kepenulisannya, Krandji-Bekasi Jatuh, maupun novel tersohor berjudul Di Tepi Kali Bekasi, sama-sama lahir pada 1947, tahun ketika Bekasi menjadi gelanggang sabung nyawa para pejuang.

Sementara itu, komponis Ismail Marzuki menggubah tembang berjudul Melati di Tapal Batas (1947). Syairnya mencitrakan sosok perempuan jelita yang, dengan jiwa pendekarnya, pergi berperang membela negara walau dirindukan keluarganya di kampung.

Baca juga: Napak Tilas Sejarah Taman Proklamasi, Area Pembacaan Teks Proklamasi hingga Perjuangan Tokoh Wanita

Sejarawan Bekasi, Ali Anwar, menceritakan bagaimana Bekasi menjadi titik krusial pertempuran Indonesia melawan kembalinya kolonialisme Belanda pascaproklamasi.

Dinukil dari buku Sejarah Singkat Kabupaten Bekasi (2019) karangannya, Ali bercerita bahwa pesawat Sekutu mendarat darurat di Kampung Rawa Gatel, Cakung, pada 23 November 1945. Waktu itu, Cakung masih masuk dalam Kewedanaan Bekasi.

Belanda begitu bersyahwat menundukkan Bekasi. Menggenggam Bekasi, dalam anggapan Belanda, sama artinya dengan menguasai benteng pertama untuk selanjutnya merebut titik-titik strategis lainnya: Karawang, Subang, dan Purwakarta.

“Misi mereka untuk menguasai pertanian dan perkebunan, bukan sekadar menguasai wilayah. Kalau sampai Juli 1947 mereka gagal menguasai Bekasi, Karawang, Subang, dan Purwakarta, kemungkinan tentara mereka di Jakarta kehabisan logistik. Jadi, penaklukkan Bekasi itu juga untuk merebut beras dan menguasai suplai logistik,” ujar Ali.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jakarta Lebaran Fair Jadi Hiburan Warga yang Tak Mudik

Jakarta Lebaran Fair Jadi Hiburan Warga yang Tak Mudik

Megapolitan
Pemkot Tangsel Menanti Bus Transjakarta Rute Pondok Cabe-Lebak Bulus Beroperasi

Pemkot Tangsel Menanti Bus Transjakarta Rute Pondok Cabe-Lebak Bulus Beroperasi

Megapolitan
Jelang Hari Terakhir, Jakarta Lebaran Fair Masih Ramai Dikunjungi

Jelang Hari Terakhir, Jakarta Lebaran Fair Masih Ramai Dikunjungi

Megapolitan
Berenang di Kolam Dewasa, Bocah 7 Tahun di Bekasi Tewas Tenggelam

Berenang di Kolam Dewasa, Bocah 7 Tahun di Bekasi Tewas Tenggelam

Megapolitan
Bangunan Toko 'Saudara Frame' yang Terbakar Hanya Punya 1 Akses Keluar Masuk

Bangunan Toko "Saudara Frame" yang Terbakar Hanya Punya 1 Akses Keluar Masuk

Megapolitan
Pemkot Dukung Proyek MRT Menuju Tangsel, tetapi Butuh Detail Perencanaan Pembangunan

Pemkot Dukung Proyek MRT Menuju Tangsel, tetapi Butuh Detail Perencanaan Pembangunan

Megapolitan
Fakta-fakta Penemuan Jasad Wanita yang Sudah Membusuk di Pulau Pari, Hilang Sejak 10 Hari Lalu

Fakta-fakta Penemuan Jasad Wanita yang Sudah Membusuk di Pulau Pari, Hilang Sejak 10 Hari Lalu

Megapolitan
Cerita 'Horor' Bagi Ibu Pekerja Setelah Lebaran, ART Tak Kembali dan Minta 'Resign'

Cerita "Horor" Bagi Ibu Pekerja Setelah Lebaran, ART Tak Kembali dan Minta "Resign"

Megapolitan
Polisi Pastikan Kecelakaan yang Tewaskan Penumpang Motor di Bekasi Bukan karena Balapan Liar

Polisi Pastikan Kecelakaan yang Tewaskan Penumpang Motor di Bekasi Bukan karena Balapan Liar

Megapolitan
MRT Bakal Masuk Tangsel, Wali Kota Harap Ada Pembahasan dengan Pemprov DKI

MRT Bakal Masuk Tangsel, Wali Kota Harap Ada Pembahasan dengan Pemprov DKI

Megapolitan
Polisi Periksa Satpam dan 'Office Boy' dalam Kasus Pencurian di Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran

Polisi Periksa Satpam dan "Office Boy" dalam Kasus Pencurian di Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran

Megapolitan
Sudah Rencanakan Aksinya, Maling Motor Naik Ojol ke Benhil untuk Cari Target

Sudah Rencanakan Aksinya, Maling Motor Naik Ojol ke Benhil untuk Cari Target

Megapolitan
4 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' yang Disemayamkan di Rumah Duka Jelambar adalah Satu Keluarga

4 Korban Kebakaran "Saudara Frame" yang Disemayamkan di Rumah Duka Jelambar adalah Satu Keluarga

Megapolitan
4 Korban Kebakaran di Mampang Disebut Akan Dimakamkan di TPU Gunung Gadung Bogor

4 Korban Kebakaran di Mampang Disebut Akan Dimakamkan di TPU Gunung Gadung Bogor

Megapolitan
Polisi Tunggu Hasil Laboratorium untuk Tentukan Penyebab Kematian Perempuan di Pulau Pari

Polisi Tunggu Hasil Laboratorium untuk Tentukan Penyebab Kematian Perempuan di Pulau Pari

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com