JAKARTA, KOMPAS.com - Dipan kayu beralaskan daun pandan dengan kelambu berada di sudut sebuah ruangan Museum Fatahillah, Jakarta.
Di sebelahnya, ada kursi dan meja dengan dubang, tempat meludah sirih pinang di atasnya. Ada juga, kandang burung serta payung-payung khas kerajaan.
Benda-benda itu berada di lantai dua Museum Fatahillah, dengan pencahayaan yang cukup terang. Untuk menuju ruangan tersebut, setiap orang harus melewati tangga yang cukup terjal. Ruangan di lantai dua, tempat benda-benda itu dipamerkan berukuran sekitar 4x5 meter.
Suasana tersebut adalah rekonstruksi bentuk kamar saat Pangeran Diponegoro berada selama 26 hari di Batavia mulai 8 April 1830. Di ruang yang gerah itu, Pangeran Diponegoro sehari-sehari menghabiskan waktu untuk menunggu keputusan akhir pengasingannya.
Baca juga: Kisah Pencipta Lagu Indonesia Raya, Seorang Wartawan yang Tak Rasakan Kemerdekaan
Pangeran Diponegoro tinggal di sebuah kamar di atas penjara wanita di Museum Fatahillah. Kamar itu awalnya adalah kamar kepala penjara (cipierswoning) di Stadhuis yang harus dikosongkan jika ada tahanan politik berstatus tinggi seperti Pangeran Diponegoro.
Saat ini, kamar Pangeran Diponegoro dibuka untuk umum. Di dalam ruangan Pangeran Diponegoro, ada lukisan-lukisan yang berhubungan dengannya.
Ada lukisan Diponegoro saat ditangkap oleh Jenderal Hendrik Markus de Kock karya Raden Saleh yang dibuat pada 1857. Ada pula sketsa lukisan Diponegoro yang dilukis oleh Adrianus Johannes Bik, yang aslinya disimpan di Rijksprenstenkabinet di Rijkmuseum, Belanda.
Di ruang sebelah kamar Pangeran Diponegoro, ada koleksi lainnya yang dipamerkan seperti peta perjalanan Diponegoro dari ditangkap hingga dibuang ke Manado dan Makassar.
Di dinding, ada uang kertas pecahan Rp 1.000, Rp 100, dan koin logam dengan gambar Pengeran Diponegoro yang dibingkai dengan pigura.
Pemandu Wisata Museum Fatahillah, Suparta mengatakan, ruang Pameran Diponegoro diresmikan pada 2 April 2019. Ruang Pangeran Diponegoro kini bisa dikunjungi oleh wisatawan.
Baca juga: Pimpin Upacara HUT Ke-75 RI, Anies Sebut Banyak Pahlawan yang Muncul dan Berguguran
"Ruangan ini lebih hidup. Suasana (kamar Pangeran Diponegoro) sekarang lebih terasa. Ada koleksi-koleksi yang mewakili suasana pada saat itu. Koleksi ini replika," kata Suparta kepada Kompas.com beberapa waktu lalu.
Suparta mengatakan, ruang Pangeran Diponegoro hadir karena bantuan sejarawan Peter Carey. Peter Carey selama 40 tahun meneliti Perang Jawa atau juga dikenal dengan sebutan Pangeran Diponegoro.
"Ruang Pangeran Diponegoro ini Ruangan ini bukti tempat bersejarah bahwa pangeran diponegoro pernah tinggal dan singgah di Stadhuis," ujarnya.
Museum Fatahillah atau dulu dikenal dengan Stadhuis adalah pusat pemerintahan kolonial Belanda di Batavia. Segala macam tahanan mulai dari kasus kriminal dan politik ditempatkan di Stadhuis sebelum menerima keputusan akhir Dewan Pengadilan Belanda.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.