Data rasio positif yang sudah diyakinkannya sahih tersebut dengan alasan pihak Pemprov DKI sudah melakukan pelacakan kasus Covid-19 dengan jumlah banyak.
Baca juga: Mengapa Sebagian Warga Jakarta Abai Memakai Masker? Ini Penjelasannya
Berdasarkan ajuran WHO, Jakarta harus melakukan pemeriksaan PCR minimum pada 10.645 spesimen per minggu atau 1.521 orang per hari.
Sementara itu, Anies menyampaikan, jumlah tes PCR di Jakarta setiap pekan sudah empat kali lipat standar WHO.
“Tetapi, kalau jumlah tesnya sedikit, maka kita tidak yakin itu sahih atau tidak. Tiap minggu jumlah orang yang kita lakukan tes itu sudah empat kali standar minimal WHO. Itu menunjukkan kami serius menangani Covid-19. Karena itulah, kami bisa menemukan orang-orang yang sudah terpapar agar mereka bisa diisolasi,” ujar dia.
Meski angka rasio positif ada di angka 8,9, Anies menyebut angka tersebut belum ada di ambang batas.
Menurut dia, ratio positif dianggap aman standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah kurang dari 5 persen. Jika rasio positif berada di atas itu, keadaan masuk kategori mengkhawatirkan.
“Nah, ambang batas disebut bahaya itu bila (positivity rate) di atas 10 persen. (Sedangkan) 5 persen ke bawah aman, di atas 10 persen membahayakan,” ucap Anies.
Saat ditanyakan tentang kebijakan apa yang akan diambil jika angka rasio positif terus meningkat, Anies tak menjelaskan secara detail.
“Mengenai break dan lain-lain kita pantau hari-hari ke depan,” kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.