Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Terus Melonjak, Pemprov DKI Diminta Isolasi Pasien Covid-19 Tak Bergejala di Tempat Khusus

Kompas.com - 20/08/2020, 14:40 WIB
Vitorio Mantalean,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar epidemiologi dari Universitas Indonesia, Pandu Riono berpendapat, sebaiknya Pemprov DKI Jakarta tidak lagi menerapkan sistem karantina mandiri pasien positif Covid-19 yang tak bergejala.

Dengan kemampuan pelacakan kontak yang dianggap belum optimal, Pemprov DKI Jakarta idealnya mengisolasi pasien positif Covid-19 di lokasi khusus yang dapat diawasi.

"Pelacakan kita (DKI Jakarta) masih kurang banyak. Jadi kalau ada 1 orang terkonfirmasi positif, itu dilacak dia sudah bertemu dengan berapa orang, di mana, siapa orangnya. Jakarta ada di 5-10 (kontak yang dilacak dari 1 pasien). Yang bagus itu 30, minimal," jelas Pandu ketika dihubungi Kompas.com, Kamis (20/8/2020).

"Harusnya tidak ada isolasi mandiri lagi melainkan disiapkan tempat isolasi," tambahnya.

Baca juga: Anies: Temuan Kasus Positif Covid-19 Diasosiakan Buruk, Sesungguhnya Kabar Baik

Berdasarkan data terbaru pada situs corona.jakarta.go.id, saat ini ada 9.047 pasien positif Covid-19 di Jakarta.

Jumlah ini terus melonjak karena rasio temuan baru kasus positif Covid-19 di Jakarta terus merangkak naik.

Sepekan belakangan, dari 44.514 orang yang dites PCR di Jakarta, rata-rata 8,6 persen di antaranya positif Covid-19.

Kebijakan saat ini, tak seluruh pasien positif Covid-19 dirawat di rumah sakit karena mempertimbangkan ketersediaan tempat tidur yang ada.

Sebanyak 4.456 tempat tidur untuk penanganan Covid-19 di rumah sakit di Jakarta cenderung diutamakan untuk kasus bergejala yang memerlukan perawatan khusus.

Baca juga: Ahli: Jakarta Kurang Masif Lacak Kontak Pasien Covid-19 meski Tes Tertinggi di Indonesia

Dari 9.047 pasien saat ini di Jakarta, 2.559 orang dirawat di rumah sakit karena bergejala.

Sisanya, yakni 6.488 pasien atau 71 persen kasus aktif, melakukan isolasi mandiri di kediaman masing-masing karena tidak bergejala.

"Kalau isolasi mandiri kan, dia di tengah keluarga, atau di lingkungan rumah, atau di tempat kos atau di mana tempat dia tinggal. Itu masih bisa menularkan ke yang lainnya, karena isolasi mandiri itu paling sulit diawasi," ujar Pandu.

"Paling baik isolasi di mana? Ya di tempat isolasi khusus, misalnya di (Rumah Sakit Darurat) Wisma Atlet kalau tidak bergejala," ia menambahkan.

Hingga data diperbarui kemarin, DKI Jakarta sudah melaporkan 31.162 kasus positif Covid-19. Dari jumlah itu, 21.609 pasien dinyatakan pulih dan 1.046 lainnya wafat.

Baca juga: Petugas Medis Jakarta Belum Terima Insentif Sejak Maret 2020

DKI Jakarta saat ini menjadi wilayah dengan jumlah pemeriksaan Covid-19 tertinggi di Indonesia.

Dengan 44.514 orang dites PCR sepekan belakangan, DKI Jakarta merupakan satu-satunya wilayah yang melakukan tes 4 kali lipat standar minimum WHO.

Pandu mengapresiasi pemeriksaan masif yang dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta, namun menganggapnya belum cukup memutus mata rantai penularan Covid-19.

Selain isolasi mandiri yang berisiko menularkan virus, mayoritas penduduk Ibu Kota masih abai menggunakan masker, sedangkan pelacakan kontak kasus positif belum maksimal.

"Harus ada kombinasi tes, lacak, dan isolasi," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com