Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Mahasiswa Bongkar Celengan Koin Keluarga Hasil Tambal Ban dan Jual Gorengan untuk Bayar Kuliah

Kompas.com - 21/08/2020, 05:20 WIB
Muhammad Isa Bustomi,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 memberikan dampak keterpurukan ekonomi sebagian masyarakat. Tak sedikit orang mengalami penurunan pendapatan hingga kehilangan pekerjaan.

Dampak itu pun dirasakan oleh salah satu mahasiswa asal UIN Syarif Hidayatullah, Saeful Margasana.

Ayahnya, Haidir serta ibunya, Mutiah yang bekerja sebagai tukang tambal ban dan pedagang, mengalami penurunan pendapatan.

Usaha ibunya yang berdagang gorengan keliling untuk menambah pemasukan keluarga harus terhenti.

Baca juga: Pedagang Gorengan di Pancoran Tak Kuasa Tahan Tangis Ingat Motornya Dicuri

Pasalnya, biasanya Mutiah mangkal di sekolah. Sementara kini tidak ada aktivitas di sekolah karena kebijakan belajar mengajar secara daring.

Meski demikian, Saeful tetap harus membayar kewajiban uang kuliah. Biaya per semester Rp 3.480.000.

Terpaksa, keluarga Saeful harus membongkar celengan koin.

"Karena pandemi ini, akhirnya bayar (kuliah) pakai tabungan keluarga dari tahun 2016. Uangnya koinan nominal Rp 1000. Itu hasil tambal ban, tambah angin sama jualan gorengan," ujar Saeful saat dihubungi Kompas.com, Kamis (20/8/2020).

Salah satu mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Saeful Margasana turut merasakan dampak Pandemi Covid-19. Dia membayar uang kuliah sebesar Rp 3.480.000 menggunakan uang koin pecahan Rp 1.000 hasil membongkar celengan keluarga sejak tahun 2016.dokumentasi Saeful Margasana Salah satu mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Saeful Margasana turut merasakan dampak Pandemi Covid-19. Dia membayar uang kuliah sebesar Rp 3.480.000 menggunakan uang koin pecahan Rp 1.000 hasil membongkar celengan keluarga sejak tahun 2016.

Setelah dihitung mencukupi, Saeful mencoba menukarkan koin seberat 17,5 kilogram itu menjadi uang kertas ke dua bank berbeda.

Baca juga: Cerita Jurnalis Foto, Kerja Berdampingan dengan Covid-19...

Namun, satu bank yang didatangi mengaku sedang gangguan. Adapun satu bank lainnya menolak dengan alasan tidak memiliki penghitung uang koin.

Tenggang waktu pembayaran kuliah kian mendekati. Saeful yang tak ingin menunda perkuliahan akhirnya menukarkan koin di lima minimarket.

"Kan bayar kuliah melalui bank, setelah koin sudah ditukar uang kertas langsung saya bayar. Alhamdulillah saat ini sudah bayar (Rabu) kemarin. Terakhir bayar kuliah tanggal 21 Agustus," kata pria asal Cisoka, Kabupaten Tangerang itu.

Saeful mengungkapkan, dampak pandemi bukan hanya soal berkurangnya pendapatan orangtua yang berujung pada sulit membayar kuliah,  tetapi juga proses belajar.

Selama adanya kebijakan menjalani perkuliahan secara online, Saeful harus merogoh kantong lebih dalam untuk membeli paket kuota internet.

"Iya boros, seharunya buat nabung, ini buat beli kuota. Tapi harus dilakukan untuk ikut perkuliahan," ucapnya.

Baca juga: Cerita Pasien Covid-19, Terinfeksi Setelah Protokol Kesehatan Kendur

Untuk berhemat, tak jarang Saeful harus mendatangi kantor kepala desa hingga rumah makan untuk mendapatkan jaringan internet gratis demi mengikuti perkulihan.

"Kadang juga sempat tidak ikut perkulihan karena mati lampu. Semua jaringan wifi tidak ada. Kuota tidak punya. Ini kesulitan yang saya rasakan selama belajar tidak tatap muka. Penjelasan dosen melalui online tidak maksimal," katanya.

Sesekali Saeful rindu aktivitas sebelum adanya pandemi Covid-19. Berkumpul dan diskusi bersama teman kampus.

Hal yang paling diingat saat ini adalah kosan yang menjadi tempat singgah selama menjalani perkuliahan.

Tempat itu sudah tidak ditempati Saeful selama adanya pandemi Covid-19. Namun, barang miliknya masih disimpan di kosan.

"Bayar juga tetap bayar. Ada kesepakan dengan pemilik kosan, nitip barang dan saya bayar Rp 20.000 per bulan. Jadi masih tercatat penghuni kos itu," katanya seiring tawa.

Kini, Saeful hanya bisa berharap agar pandemi Covid-19 segera selesai. Perkulihan dapat dilakukan tatap muka dan perekonomian orang tua dapat bangkit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Megapolitan
Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Megapolitan
Cerita Ridwan 'Menyulap' Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Cerita Ridwan "Menyulap" Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Megapolitan
Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Megapolitan
Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Megapolitan
Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Megapolitan
Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Megapolitan
Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Megapolitan
KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

Megapolitan
Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Megapolitan
Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Megapolitan
45 Orang Jadi Korban Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Kerugian Capai Rp 3 Miliar

45 Orang Jadi Korban Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Kerugian Capai Rp 3 Miliar

Megapolitan
Telan Anggaran Rp 113 Miliar, Bima Arya Harap Masjid Agung Bogor Jadi Pusat Perekonomian

Telan Anggaran Rp 113 Miliar, Bima Arya Harap Masjid Agung Bogor Jadi Pusat Perekonomian

Megapolitan
Driver Taksi Online Diduga Berniat Culik dan Rampok Barang Penumpangnya

Driver Taksi Online Diduga Berniat Culik dan Rampok Barang Penumpangnya

Megapolitan
TNI AD Usut Peran Oknum Personelnya yang Aniaya 4 Warga Sipil di Jakpus

TNI AD Usut Peran Oknum Personelnya yang Aniaya 4 Warga Sipil di Jakpus

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com