Namun semua kandas. Tepat di bulan itu Covid-19 pertama kali terdeteksi di Indonesia. Semua acara pun dibatalkan, satu persatu rezeki yang nyaris masuk kantong Yani perlahan pergi.
Yani hanya bisa pasrah. Tak mungkin dia memaksakan acara untuk terus berlanjut.
Bulan demi bulan tanpa panggilan mulai Yani rasakan. Bahkan, lanjut dia, pernah dalam satu bulan tidak ada panggilan sama sekali.
Baca juga: Rahman dan Rahim, Bayi Kembar Siam di Bekasi Meninggal Jelang Operasi Pemisahan
Beruntung putri sulungnnya masih bekerja sehingga bisa membantu perekonomian rumah tangga. Dia juga punya warung sembako di depan rumah.
Walau diakuinya penghasilan warung tak seberapa, Yani masih bersyukur uang tersebut cukup tuk kebutuhan dapur.
“Puji Tuhan anak saya masih kerja seperti biasa, tidak kena potongan gaji dan masih bisa bantu keluarga,” ucap dia.
Sesekali disela sepi, Yani memainkan alat musik yang terpajang rapih di rumahnya. Tuk sekedar menenangkan diri dan melatih beberapa lagu agar tetap lihai.
Namun di tengah alunan musik yang dia mainkan, pikiranya tak lepas dari tanggung jawab Yani sebagai kepala rumah tangga.
Baca juga: Kisah Pilot Jadi Pedagang Mi Ayam Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19
Biar bagaimana pun, dia harus berperan mencari uang tuk kebutuhan perut istri dan dua anaknya.
Terbesit di kepala Yani ingin berjualan makan dan minuman ringan keliling. Mobil Toyota Kijang miliknya pun ingin disulapnya menjadi warung keliling demi menyambung hidup.
“Jadi setiap malam kita jualan di pintu Jambore atau di tempat- tempat ramai lain,” terang Yani.
Namun karena satu dan lain hal, rencana itu diurungkan.
Sering berjalan waktu, Yani mulai kembali lagi dapat panggilan bermain musik. Bukan untuk acara pernikahan atau acara keluarga, kali ini dia mengisi di acara ibadah untuk orang yang meninggal dunia.
Yani biasa membawakan lagu-lagi gereja untuk mengiringi ibadah pada acara tersebut.
“Ya Puji Tuhan bulan kemarin sama bulan ini sudah lima panggilang untuk main music di acara orang meninggal,” kata dia.