"Jadi aspek efikasinya perlu ditindaklanjuti lagi," tutur dia.
Temuan-temuan ini, ujar Penny, telah diberikan ke tim peneliti dan dikomunikasikan kepada Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), yang menunjukkan dukungan untuk mendapatkan hasil uji klinik yang sahih.
Namun, hingga saat ini BPOM belum mendapatkan respons perbaikan dari tim peneliti.
Baca juga: Uji Klinik Obat Kombinasi Covid-19 Unair, Ini Temuan Kritis BPOM
BPOM menyadari bahwa pada masa pandemi ini, semua orang berharap agar solusi segera ditemukan.
Akan tetapi, aspek validitas masih menjadi prioritas, dikaitkan dengan rekrutmen, penentuan subyek, intervensi dan lain-lain.
Apabila nantinya tim peneliti telah menyerahkan respons perbaikan atau koreksi, barulah BPOM dengan Tim Komisi Nasional (Komnas) Penilai Obat akan melihat kembali validitas hasil uji klinis itu.
Bila dianggap valid, BPOM bisa memberikan emergency use authorization (EUA) yang prosesnya hanya membutuhkan sekitar 20 hari kerja.
Penny mengatakan, tapi sebelum sampai ke situ, yang penting adalah memastikan uji klinis itu sudah berjalan dengan validitas yang baik dan kaidah ilmiah yang tepat, baru bisa diserahkan ke BPOM untuk diproses mendapatkan izin edar
"Kita (penilaian uji klinis obat kombinasi Covid-19 Unair) belum sampai sana," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.