JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel menilai faktor ekonomi dan groupthink tak pernah lepas dari kasus-kasus pembunuhan yang melibatkan orang bayaran.
Faktor ini juga melekat pada kasus pembunuhan pengusaha pelayaran Sugianto (51), yang tewas tertembak di Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Menurut Indra, kesulitan ekonomi menjadikan para pelaku nekat menghalalkan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhannya.
"Ketika situasi ekonomi sulit dan pengendalian senjata api tidak memadai, maka relatif banyak orang pemikiran 'tak ada rotan, akar pun jadi'. Dan pemikiran semacam itu terfasilitasi oleh senjata api yang mudah diperoleh," ujar Reza saat dihubungi, Rabu (26/8/2020).
Baca juga: Bunuh Bosnya di Kelapa Gading, Karyawati Bayar Rp 200 Juta Sewa Pembunuh Bayaran
Namun, kata Reza, itu juga bukan menjadi alasan tunggal untuk menjadikan para tersangka nekat menjadi pembunuh bayaran.
Reza menduga ada alasan lain yang membuat mereka berani melakukan pembunuhan. Salah satunya pemikiran kelompok atau groupthink.
Dalam kasus penembakan itu, NL, karyawati Sugianto yang menjadi otak pembunuhan dapat menjebak para tersangka dengan berpura-pura kesurupan orangtuanya dengan dalih meminta membunuh korban.
Adapun seluruh tersangka sebelumnya saling berkaitan dengan terlibat dalam kelompok keagamaan di Lampung. Orangtua NL yang menjadi guru.
Baca juga: Karyawati Otak Pembunuhan Sugianto Pura-pura Kesurupan untuk Bujuk Para Eksekutor
"Kasus Kelapa Gading, tampaknya itu yang berlangsung. Sekian banyak orang akhirnya terperangkap dalam groupthink demi mempertahankan ikatan kelompok mereka," ucapnya.
Terlebih, desakan waktu dinilai memaksa para pelaku untuk mengambil keputusan yang cepat dengan tidak mempertimbakan secara mendalam.
"Ada fenomena groupthink. Terdesak oleh waktu, orang harus membuat keputusan secepat-cepatnya, dengan pertimbangan yang terlalu sederhana, demi mempertahankan identitas mereka sebagai sebuah kelompok," katanya.
Sebelumnya, polisi menangkap 12 tersangka penembak Sugianto pada Sabtu (21/8/2020) lalu. Mereka berinisial NL, R alias M, DM alias M, SY, S, MR ,AJ, DW, R, RS, TH dan SP.
Dari 12 tersangka, satu di antaranya merupakan karyawati korban berinisial NL.
Berdasarkan pemeriksaan, motif pembunuhan karena NL sakit hati dan menggelapkan pajak perusahaan.
Saat itu NL merencanakan pembunuhan dengan meminta bantuan peh R alias M. R lalu mencari kelompok sindikat pembunuh dengan kesepakatan pembayaran Rp 200 juta.