Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Sebut Penembakan Pengusaha Pelayaran di Kelapa Gading Berkait Faktor Ekonomi dan "Groupthink"

Kompas.com - 26/08/2020, 16:40 WIB
Muhammad Isa Bustomi,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel menilai faktor ekonomi dan groupthink tak pernah lepas dari kasus-kasus pembunuhan yang melibatkan orang bayaran.

Faktor ini juga melekat pada kasus pembunuhan pengusaha pelayaran Sugianto (51), yang tewas tertembak di Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Menurut Indra, kesulitan ekonomi menjadikan para pelaku nekat menghalalkan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhannya.

"Ketika situasi ekonomi sulit dan pengendalian senjata api tidak memadai, maka relatif banyak orang pemikiran 'tak ada rotan, akar pun jadi'. Dan pemikiran semacam itu terfasilitasi oleh senjata api yang mudah diperoleh," ujar Reza saat dihubungi, Rabu (26/8/2020).

Baca juga: Bunuh Bosnya di Kelapa Gading, Karyawati Bayar Rp 200 Juta Sewa Pembunuh Bayaran

Namun, kata Reza, itu juga bukan menjadi alasan tunggal untuk menjadikan para tersangka nekat menjadi pembunuh bayaran.

Reza menduga ada alasan lain yang membuat mereka berani melakukan pembunuhan. Salah satunya pemikiran kelompok atau groupthink.

Dalam kasus penembakan itu, NL, karyawati Sugianto yang menjadi otak pembunuhan dapat menjebak para tersangka dengan berpura-pura kesurupan orangtuanya dengan dalih meminta membunuh korban.

Adapun seluruh tersangka sebelumnya saling berkaitan dengan terlibat dalam kelompok keagamaan di Lampung. Orangtua NL yang menjadi guru.

Baca juga: Karyawati Otak Pembunuhan Sugianto Pura-pura Kesurupan untuk Bujuk Para Eksekutor

"Kasus Kelapa Gading, tampaknya itu yang berlangsung. Sekian banyak orang akhirnya terperangkap dalam groupthink demi mempertahankan ikatan kelompok mereka," ucapnya.

Terlebih, desakan waktu dinilai memaksa para pelaku untuk mengambil keputusan yang cepat dengan tidak mempertimbakan secara mendalam.

"Ada fenomena groupthink. Terdesak oleh waktu, orang harus membuat keputusan secepat-cepatnya, dengan pertimbangan yang terlalu sederhana, demi mempertahankan identitas mereka sebagai sebuah kelompok," katanya.

Sebelumnya, polisi menangkap 12 tersangka penembak Sugianto pada Sabtu (21/8/2020) lalu. Mereka berinisial NL, R alias M, DM alias M, SY, S, MR ,AJ, DW, R, RS, TH dan SP.

Dari 12 tersangka, satu di antaranya merupakan karyawati korban berinisial NL.

Berdasarkan pemeriksaan, motif pembunuhan karena NL sakit hati dan menggelapkan pajak perusahaan.

Saat itu NL merencanakan pembunuhan dengan meminta bantuan peh R alias M. R lalu mencari kelompok sindikat pembunuh dengan kesepakatan pembayaran Rp 200 juta.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Megapolitan
Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com