“Ya kalau (menurut) saya saran tunda dulu lah, ini kita sedang berjuang lawan Covid-19 bukan sedang enak-enakan," ucap Zita.
Sependapat dengan Zita, anggota Fraksi Nasdem DPRD DKI Jakarta, Ahmad Lukman Jupiter juga menentang rencana membuka kembali bioskop. Alasannya sama, yakni penyebaran Covid-19 di DKI masih sangat tinggi.
Meski Satuan Tugas (Satgas) penanganan Covid-19 menganggap ruangan bioskop cukup aman, Jupiter tak yakin soal hal itu. Anggota Komisi C DPRD DKI itu khawatir penonton bioskop termasuk orang tanpa gejala (OTG) sehingga bisa menularkan Covid-19 tanpa disadari.
Berbeda dengan dua politisi itu, Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi justru mendukung rencana pembukaan kembali bioskop karena mempertimbangkan aspek ekonomi. Menurut Prasetio, bila bioskop dibuka pengelola dapat mempekerjakan para pegawai.
Namun, Prasetio mewanti-wanti ketika bioskop dibuka, seluruh petugas dan penonton harus menaati protokol kesehatan.
Ahli epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono menilai, keputusan pemerintah membuka kembali bioskop sebenarnya menambah risiko penularan Covid-19.
Meskipun demikian, Pandu tak menentang keputusan tersebut dengan mempertimbangkan faktor ekonomi. Menurut dia, dengan membiarkan bioskop terus menerus kosong tanpa penonton bisa membahayakan keberlangsungan bisnis hiburan tersebut.
Pandu memaparkan, penularan Covid-19 melalui airborne sangat berisiko terjadi di bioskop. Penularan seperti ini berisiko terjadi di dalam ruangan dengan sirkulasi udara yang buruk. Microdroplet itu dapat melayang dalam waktu yang lama di udara.
Karena itu, dia mengingatkan para pengelola bioskop untuk menjalankan pedoman yang ditetapkan Satgas Penanganan Covid-19, di antaranya harus dipastikan semua pekerja di bioskop memakai masker selama bekerja. Hal ini juga berlaku bagi pengunjung bioskop.
"Masker itu efektif sekali mencegah penularan, sehingga harus terus digunakan. Bila perlu, masker bisa dijual di bioskop," ujar Pandu.