Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PSBB Transisi Berakhir Hari Ini, Masyarakat Kecewa Berdiam Diri di Rumah Enam Bulan Tanpa Hasil

Kompas.com - 27/08/2020, 16:38 WIB
Cynthia Lova,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi akan berakhir pada Kamis (27/8/2020) hari ini.

Hari ini adalah perpanjangan PSBB ke-10 selama pandemi Covid-19 dengan harapan penularan virus corona tipe-2 berakhir.

Sayangnya, meski sudah 10 kali PSBB diperpanjang, kasus Covid-19 di tak berakhir, malah makin meningkat.

Baca juga: PSBB Transisi Berakhir Hari Ini, Bagaimana Kondisi Jakarta di Tengah Pusaran Pandemi Covid-19?

Berdasarkan laman corona.jakarta.go.id, jumlah pasien positif Covid-19 di Jakarta bertambah 711 orang hingga Rabu (25/8/2020), sehingga akumulasi pasien positif Covid-19 di Ibu Kota ada 35.642 orang.

Menanggapi hal itu, warga Cempaka Putih bernama Nur (26) mengaku bosan berada di dalam rumah selama enam bulan, terhitung sejak Maret 2020 hingga kini, lantaran kantornya memberlakukan work from home (WFH).

Ia pun mengaku tak pernah keluar rumah jika tak ada keperluan mendesak.

“Bosan, jenuh karena tidak ada hiburan selama WFH. Biasanya kalau kerja di kantor, kalau bosan tinggal ngobrol bareng teman. Tetapi, kalau WFH hanya bisa ngobrol via WhatsApp atau Zoom,” ujar Nur kepada Kompas.com, Kamis.

Nur mengaku kecewa melihat situasi Jakarta saat ini, di mana kasus Covid-19 terus bertambah.

Menurut dia, pemberlakuan WFH tak ada gunanya jika karyawannya masih berkeliaran di luar rumah.

Dia mengatakan, WFH hanya bisa mengurangi mobilitas, tetapi tak berdampak pada masing-masing individu masyarakat jika akhirnya tetap saja ada yang abai menerapkan protokol kesehatan.

“WFH sebenarnya tidak berpengaruh. Karena ya gitu, selama WFH masih bisa keluar. Jadi kena Covid-19-nya tidak di kantor, malah di aktivitas lain,” kata Nur.

“Mau WFH atau tidak ya sama aja, kalau dia tidak kenakan masker bisa saja kena. Ada beberapa kok yang terpapar Covid saat ketemu teman di weekend, padahal dia WFH,” ujar Nur.

Baca juga: Sejumlah Warga Minta Kembali ke Penerapan PSBB seperti Maret Lalu

Nova (25), warga Kelapa Gading, juga mengungkapkan hal yang sama. Ia mengungkapkan kebosanannya lantaran diam di rumah selama enam bulan. Namun, alangkah kecewanya Nova lantaran upayanya itu tak berdampak mengurangi angka penularan Covid-19 di Jakarta.

Padahal, sudah terlalu banyak hal-hal yang dirindukannya untuk beraktivitas di luar dengan keadaan normal.

Perempuan yang bekerja sebagai guru ini benar-benar merindukan muridnya. Ia rindu mengajar murid-muridnya secara langsung dengan bersentuhan tanpa perlu khawatir tertular Covid-19.

Ia khawatir anak muridnya tak mudah menyerap pelajaran ketika belajar secara virtual.

“Saya rindu ngajar secara langsung, apalagi banyak murid baru yang saya tidak tahu gimana personalnya secara langsung,” kata dia.

Melihat situasi Covid-19 yang makin banyak merebak ke masyarakat membuatnya pesimistis bahwa Jakarta akan beraktivitas normal lebih cepat.

Ia miris melihat banyak anggota masyarakat yang masih abai terhadap Covid-19 semenjak PSBB dilonggarkan.

Padahal, Nova sudah berdiam diri di rumah dengan harapan virus mematikan ini bisa kelar lebih cepat.

Baca juga: Rangkuman PSBB Dua Pekan Terakhir: Positivity Rate Tembus 10 Persen, Pemprov DKI Akan Buka Bioskop

Terlebih lagi, tak terbayangkan jika mengingat perjuangan tenaga kesehatan selama ini sulitnya bekerja berjam-jam dengan alat pelindung diri (APD) untuk terhindar dari Covid-19.

Perjuangan tenaga kesehatan seolah dipandang sebelah mata oleh segelintir masyarakat yang masih abai.

“Paling susah numbuhin kesadaran masyarakat kan, jadi sebenarnya kuncinya di masyarakat juga. Kita tidak bisa kerja sendiri,” kata dia.

Sementara itu, Vinto (24), warga Cakung, sempat merasa frustrasi ketika harus berdiam diri di rumah selama enam bulan.

Sebab, ia kerap diejek oleh temannya karena tetap di rumah meski pemerintah telah melonggarkan PSBB.

Namun, ia tetap bersikeras di rumah karena terbukti pemerintah sampai saat ini belum mampu menangani Covid-19 dengan baik.

Baca juga: Minta PSBB Transisi Diperpanjang, Politisi PDI-P: Gubernur Juga Harus Turun Mengawasi

“Ya intinya lihat saja negara kita, tidak pernah grafik Covid-19-nya melandai, malahan naik terus. Padahal, tesnya sedikit dan masih di bawah standar minimal WHO.”

“Hal dasar yang perlu dilakukan (pelacakan kasus dan tes masif) aja belum maksimal terpenuhi. Saya khawatir kita terjebak dalam waktu lama dengan pandemi ini,” ucap dia.

Oleh karena itu, ia sangat berharap pemerintah lebih proaktif untuk menangani kasus Covid-19.

Untuk kebijakan yang berpeluang menimbulkan penyebaran Covid-19, ia meminta pemerintah menghentikannya.

Ia juga meminta pemerintah untuk menggencarkan tes masif, bahkan hingga ke daerah-daerah terpencil.

Selain itu, ia berharap pemerintah meningkatkan kualitas rumah sakit untuk isolasi sehingga bisa menampung banyak pasien Covid-19. Dengan begitu, ia berharap kasus Covid-19 di Indonesia segera berakhir.

“Kasihan dokter dan rumah sakit, suatu hari pasti akan menemui batas kemampuannya karena pemerintah tidak pernah mengendalikan wabah dengan baik. Kalau dokter dan rumah sakit sudah menemui batas kemampuannya, wabah makin liar,” tutur dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Rabu 24 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Rabu 24 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
Selebgram Chandrika Chika Konsumsi Narkoba Satu Tahun Lebih

Selebgram Chandrika Chika Konsumsi Narkoba Satu Tahun Lebih

Megapolitan
Meski TikTokers Galihloss Minta Maaf Usai Video Penistaan Agama, Proses Hukum Tetap Berlanjut

Meski TikTokers Galihloss Minta Maaf Usai Video Penistaan Agama, Proses Hukum Tetap Berlanjut

Megapolitan
Alasan Chandrika Chika Cs Konsumsi Narkoba: Bukan Doping, untuk Pergaulan

Alasan Chandrika Chika Cs Konsumsi Narkoba: Bukan Doping, untuk Pergaulan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Akhir Pilu Wanita yang Tenggelam di Kali Mookervart | Kasus Bocah Setir Mobil Pameran dan Tabrak Tembok Mal Berujung Damai

[POPULER JABODETABEK] Akhir Pilu Wanita yang Tenggelam di Kali Mookervart | Kasus Bocah Setir Mobil Pameran dan Tabrak Tembok Mal Berujung Damai

Megapolitan
Rute Mikrotrans JAK99 Pulogadung-Lampiri

Rute Mikrotrans JAK99 Pulogadung-Lampiri

Megapolitan
Tak Hanya Chandrika Chika, Polisi juga Tangkap Atlet E-Sport Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkoba

Tak Hanya Chandrika Chika, Polisi juga Tangkap Atlet E-Sport Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Akibat Pipa Bocor, Warga BSD City Terpaksa Beli Air Isi Ulang

Akibat Pipa Bocor, Warga BSD City Terpaksa Beli Air Isi Ulang

Megapolitan
Buka Pendaftaran PPK, KPU Depok Butuh 55 Orang untuk di 11 Kecamatan

Buka Pendaftaran PPK, KPU Depok Butuh 55 Orang untuk di 11 Kecamatan

Megapolitan
Selebgram Chandrika Chika Ditangkap Polisi Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkotika

Selebgram Chandrika Chika Ditangkap Polisi Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkotika

Megapolitan
Polisi Sebut Korban Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Derita Kerugian Puluhan Juta

Polisi Sebut Korban Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Derita Kerugian Puluhan Juta

Megapolitan
Sambut Pilkada DKI dan Jabar, PAN Prioritaskan Kadernya Maju di Pilkada 2024 Termasuk Zita Anjaini

Sambut Pilkada DKI dan Jabar, PAN Prioritaskan Kadernya Maju di Pilkada 2024 Termasuk Zita Anjaini

Megapolitan
Air di Rumahnya Mati, Warga Perumahan BSD Terpaksa Mengungsi ke Rumah Saudara

Air di Rumahnya Mati, Warga Perumahan BSD Terpaksa Mengungsi ke Rumah Saudara

Megapolitan
Pria Tewas di Kamar Kontrakan Depok, Diduga Sakit dan Depresi

Pria Tewas di Kamar Kontrakan Depok, Diduga Sakit dan Depresi

Megapolitan
Polisi Periksa Empat Saksi Terkait Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina

Polisi Periksa Empat Saksi Terkait Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com