JAKARTA, KOMPAS.com - Beryl Gondrong (54) sedang mengamati anak-anak didiknya berlatih lenong. Ia bediri di ujung teras, menatap sekumpulan anak-anak dan pemuda yang tengah berdialog.
Sesekali Beryl mengisap rokok di tangan kirinya sambil memperhatikan dialog anak-anak dan para pemuda itu. Mereka berdialog dengan logat Betawi yang kental.
“Eh penonton...,” teriak seorang pemeran pria berpeci hitam dan bersabuk khas pemuda Betawi.
“Oy,” jawab para penonton yang duduk bersila di ubin teras.
Baca juga: Mengenang Perjalanan Karier Omas, dari Lenong Betawi hingga Sinetron Kejar Tayang
Beryl mengemban tugas sebagai pemimpin sanggar Wong Condet beranggota 35 orang yang terdiri dari anak muda dan orang tua.
Setiap Kamis dan Minggu sore mereka berkumpul untuk latihan. Namun selama pandemi Covid-19, Beryl dan para anak didiknya tak lagi mencicipi megahnya panggung pentas.
Sejak Covid-19 merebak Maret lalu, sanggarnya sudah tak menyelenggarakan pentas lagi karena ada larangan orang berkumpul selama pandemi.
“Kami terakhir tampil bulan Januari di Monas, acara Indonesia Bersatu. Sampai sekarang belum tampil lagi,” kata dia di Rumah Kreatif Condet, Jakarta Timur, Kami (27/8/2020) kemarin.
Beryl dan anak buahnya biasanya tampil lima kali setahun. Kadang tampil di panggung kesenian, tak jarang di hotel-hotel.
Penghasilan mereka terbilang lumayan. Sekali tampil bisa meraup bayaran Rp 15 juta.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan