Selain klaster keluarga, sambung Retno, ada klaster imported case (luar kota) yang berada di urutan kedua penyumbang kasus, yaitu sebesar 25,8 persen.
"Beberapa hari terakhir terjadi penambahan kasus per harinya di atas 10 kasus. Ini harus diwaspadai betul," ujar Retno.
Baca juga: Bima Arya: Kasus Positif Terus Naik, Kota Bogor Menuju Zona Merah Covid-19
Selanjutnya, sambung Retno, sebesar 15,2 persen penyebaran kasus Covid berasal dari non-klaster. Sementara, klaster fasilitas kesehatan (faskes) berada dalam urutan keempat dengan 11,8 persen.
Kelima, klaster perkantoran dengan 5,5 persen. Keenam, klaster keagamaan 4,4 persen.
"Ketujuh, klaster pusat perbelanjaan dengan 2,8 persen. Kedelapan, klaster pasar tradisional 1,6 persen. Terakhir, klaster transportasi sebesar 0,6 persen," imbu dia.
Ia mengungkapkan, meningkatnya kasus Covid-19 di Kota Bogor karena tingginya aktivitas masyarakat terutama di wilayah-wilayah yang berisiko.
Pemkot Bogor akan terus melakukan tes usap (swab) masif untuk memetakan penyebaran Covid-19. Targetnya, ada 11 ribu penduduk Kota Bogor yang bakal di swab sesuai dengan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Untuk mencapai target tersebut, Dinkes Kota Bogor akan menggelar 1.000 swab test per pekannya.
"1.000 ya per pekannya. Itu target saya," ujar dia.
Sementara itu, data harian Gugus Tugas Covid-19 Kota Bogor mencatat, Kamis kemarin terjadi penambahan 11 kasus baru Covid-19. Dengan penambahan itu maka akumulasi pasien terkonfirmasi positif di Kota Bogor adalah 540 orang.
Sebanyak lima dari 11 kasus penambahan yang terjadi kemarin berasal dari klaster rumah tangga (keluarga).
Tingkat kesembuhan juga mengalami penambahan. Tercatat ada dua kasus sembuh yang terjadi kemarin sehingga total pasien sembuh tercatat 318 orang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.