Wiwiek menambahkan, semula dirinya dijanjikan disisakan tanah selebar satu meter. Namun janji itu tidak ditepati pihak yayasan.
"Mereka janjikan saya mau dikasih semeter. Tapi sekarang bisa dilihat, pagar rumah saya saja dibongkar," kata Wiwiek.
"Hanya tiga langkah dari pintu rumah saya untuk ke tembok itu. Sempit sekali," lanjutnya.
Wiwiek mempermasalahkan IMB yang terbit tanpa persetujuannya. Pihak yayasan, kata dia, meminta tanda tangan dari RT setempat dan tiga penandatangan lainnya.
Padahal, kata Wiwik, keluarganya paling terdampak akibat pembangunan itu.
"Mereka cuma bilang ke saya izin mau membangun tembok besar itu. Tapi saya dan keluarga sangat tidak setuju," kata Wiwiek.
"Rumah-rumah yang tanda tangan surat permohonan IMB itu malah jauh dari lokasi pembangunan," tutur Wiwiek.
"Nah, kami ini yang paling berdampak malah diabaikan. Seolah mereka berburu tanda tangan yang setuju saja, itu kan tidak adil," lanjutnya.
Wiwiek juga khawatir jika hujan rumahnya terdampak banjir. Pasalnya, ada perubahan saluran air di sekitar rumahnya.
"Saluran air yang sebelumnya dibuang ke depan, sekarang memanjang ke belakang rumah saya," kata Wiwiek.
"Ini kalau hujan, tentu banjir di sini. Karena saluran airnya sudah dipindah," lanjutnya.
Sementara itu, Lurah Cempaka Baru, Cheriadi, mengatakan, pihaknya telah melakukan proses mediasi antara keluarga Wiwiek dengan pengelola sekolah.
"Pihak ibu Wiwiek mau minta kaji ulang terkait pembangunan itu. Memang benar, infonya telah dapat ijin pembangunan dari PTSP di Pemerintah Kota Jakarta Pusat,” tuturnya, di tempat terpisah. (Muhammad Rizki Hidayat)
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul "Deretan Hal Seputar Akses Jalan Rumah Warga Ditutup Tembok Sekolah di Kemayoran: Kok Tega Banget."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.