Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biarawan Terduga Kasus Pencabulan Disebut Punya Panti Asuhan Baru, KPAI Khawatir

Kompas.com - 03/09/2020, 16:31 WIB
Vitorio Mantalean,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Terduga pelaku pencabulan anak-anak panti asuhan di Depok, LLN alias Angelo, dikabarkan sudah memiliki jejaring panti asuhan baru selepas penahanannya di Polres Metro Depok ditangguhkan.

LLN mengaku sebagai biarawan gereja. Sebelumnya, ia dilaporkan ke polisi pada 13 September 2019 karena diduga mencabuli tiga anak yang ia asuh.

Hampir tiga bulan ditahan, ia bebas karena polisi tak mampu melengkapi berkas pemeriksaan. Sebab, anak-anak korban pencabulan itu terpencar karena panti asuhannya bubar begitu ia ditangkap.

Baca juga: Mangkrak Setahun hingga Tersangka Bebas, Kasus Pencabulan Anak Panti di Depok Digulirkan Lagi

"Memang waktu kejadian (penangkapan Angelo) itu, cepat banget pemindahannya. Sebagian ada yang dipindahkan ke Pondok Petir, Bojongsari," ujar Kepala Dinas Sosial Kota Depok Usman Haliyana kepada Kompas.com, Kamis (3/9/2020).

"Waktu itu kan ada juga (anak-anak panti asuhan Angelo) yang ke Jakarta atau ke mana gitu, tapi kan ada juga yang di wilayah kita (Depok) dan itu yang kami pantau. Nah, itu yang di Bojongsari saja," tambahnya.

Usman dan jajaran disebut sudah melakukan survei ke panti asuhan yang dimaksud. Menurut Usman, lokasi itu bukan sekadar panti, melainkan menyerupai asrama. Sebab, ada aktivitas sekolah pula di dalamnya.

Ia melanjutkan, panti di Bojongsari tidak terdaftar secara legal di dinas sosial.

Baca juga: Anak Panti Asuhan yang Dicabuli Biarawan di Depok Diduga Lebih dari 3 Orang

"Apakah perizinannya sekolahan pusat pendidikan, atau yayasan, harus diperjelas dulu," ujar Usman, yang mengeklaim akan segera melayangkan teguran kepada pihak panti.

Menurut dia, panti asuhan itu tidak secara langsung diasuh oleh LLN. Akan tetapi, ia memastikan bahwa panti tersebut masih satu jejaring dengan LLN.

"Ya, pasti, karena satu keuskupan itu. Enggak (diasuh langsung oleh LLN), tapi dari koleganya Angelo. Kan dia mungkin satu keuskupan banyak juga (kolega), makanya cepat juga dia (memindahkan anak-anak dari panti sebelumnya," ujar Usman.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengaku khawatir dengan kabar ini dan meminta agar panti tersebut dipantau guna menghindari korban pencabulan lagi oleh LLN yang kini bebas.

"Adanya informasi adanya Angelo sudah mendirikan panti di tempat lain ini kekhawatiran semua pihak," jelas Komisioner Bidang Anak Berhadapan dengan Hukum KPAI, Putu Elvina, dalam konferensi pers, Rabu (2/9/2020).

"Apabila ada upaya terlapor mendirikan panti yang lain dan disinyalir juga ada anak-anak yang kemudian berada di panti tersebut, maka KPAI minta Dinas Sosial Kota Depok dapat melakukan validasi. Validasi ini perlu untuk melihat apa betul informasi itu dan mengambil pencegahan untuk mencegah ada korban lain lagi," ungkapnya.

Duduk perkara kasus

Sebagai informasi, kasus dugaan pencabulan anak oleh LLN dilaporkan pada 13 September 2019 ke Polres Metro Depok.

Laporan itu tidak dibuat atas nama KPAI maupun komisionernya, yang sebetulnya mengemban tugas melaporkan dugaan pelanggaran UU Perlindungan Anak.

KPAI justru menunjuk Farid Arifandi, warga sipil nonkomisioner yang dikenal sebagai aktivis anak, sebagai pelapor kasus itu ke Polres Metro Depok.

Selama batas waktu tiga bulan penahanan LLN, Polres Metro Depok gagal melengkapi berkas pemeriksaan ke kejaksaan, yang berujung pada bebasnya LLN.

Penyidik mengaku kesulitan menemukan anak-anak korban untuk dihadirkan dalam pemeriksaan setelah Angelo ditahan dan panti asuhan bubar.

Pada 9 Desember 2019, Farid mencabut laporan karena merasa sendirian berjuang dalam mencari keberadaan anak-anak berstatus korban itu. Padahal, tugas tersebut semestinya turut diemban penyidik dan KPAI.

Belakangan, melalui sejumlah pemberitaan, diketahui bahwa anak-anak korban pencabulan Angelo diasuh oleh seorang umat awam gereja, Darius Rebong di Depok.

Setelah marak pemberitaan karena kasus ini seakan menguap selama satu tahun terakhir, pada 31 Agustus 2020, KPAI mengaku telah menggelar rapat koordinasi lintas sektor.

KPAI juga mengaku sudah menyurati Polres Metro Depok untuk kembali menggulirkan kasus ini karena keberadaan anak-anak yang menjadi korban ataupun saksi korban sudah diketahui.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Megapolitan
Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
Beredar Video Sopir Truk Dimintai Rp 200.000 Saat Lewat Jalan Kapuk Muara, Polisi Tindak Lanjuti

Beredar Video Sopir Truk Dimintai Rp 200.000 Saat Lewat Jalan Kapuk Muara, Polisi Tindak Lanjuti

Megapolitan
Maju Pilkada Bogor 2024, Jenal Mutaqin Ingin Tuntaskan Keluhan Masyarakat

Maju Pilkada Bogor 2024, Jenal Mutaqin Ingin Tuntaskan Keluhan Masyarakat

Megapolitan
Kemendagri Nonaktifkan 40.000 NIK Warga Jakarta yang Sudah Wafat

Kemendagri Nonaktifkan 40.000 NIK Warga Jakarta yang Sudah Wafat

Megapolitan
Mayat dalam Koper yang Ditemukan di Cikarang Berjenis Kelamin Perempuan

Mayat dalam Koper yang Ditemukan di Cikarang Berjenis Kelamin Perempuan

Megapolitan
Pembunuh Perempuan di Pulau Pari Mengaku Menyesal

Pembunuh Perempuan di Pulau Pari Mengaku Menyesal

Megapolitan
Disdukcapil DKI Bakal Pakai 'SMS Blast' untuk Ingatkan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Disdukcapil DKI Bakal Pakai "SMS Blast" untuk Ingatkan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Megapolitan
Sesosok Mayat Ditemukan di Dalam Koper Hitam di Cikarang Bekasi

Sesosok Mayat Ditemukan di Dalam Koper Hitam di Cikarang Bekasi

Megapolitan
Warga Rusunawa Muara Baru Keluhkan Biaya Sewa yang Naik

Warga Rusunawa Muara Baru Keluhkan Biaya Sewa yang Naik

Megapolitan
8.112 NIK di Jaksel Telah Diusulkan ke Kemendagri untuk Dinonaktifkan

8.112 NIK di Jaksel Telah Diusulkan ke Kemendagri untuk Dinonaktifkan

Megapolitan
Heru Budi Bertolak ke Jepang Bareng Menhub, Jalin Kerja Sama untuk Pembangunan Jakarta Berkonsep TOD

Heru Budi Bertolak ke Jepang Bareng Menhub, Jalin Kerja Sama untuk Pembangunan Jakarta Berkonsep TOD

Megapolitan
Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Megapolitan
Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Megapolitan
Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com