Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/09/2020, 15:53 WIB
Vitorio Mantalean,
Jessi Carina

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Hegemoni PKS di Kota Depok telah bertahan selama 3 periode, dimulai dari era kekuasaan Nur Mahmudi Ismail pada 2006.

Namun, jelang Pilkada Depok 2020, koalisi PKS yang mengusung Mohammad Idris-Imam Budi Hartono justru sepi peminat. Hanya PPP dan Demokrat yang resmi merapat ke PKS, sehingga koalisi ini mentas hanya berbekal 17 kursi di parlemen.

Beberapa partai yang awalnya sempat menjajaki peluang koalisi dengan PKS justru membelot ke kubu lawan, yakni poros Gerindra-PDI-P yang mengusung Pradi Supriatna-Afifah Alia.

Gerindra dan PDI-P punya masing-masing 10 kursi. Kekuatan mereka semakin tebal setelah didukung Golkar (5), PAN (4), PKB (3), dan PSI (1), sehingga total maju ke pilkada dengan 33 kursi di DPRD.

Baca juga: Mohammad Idris, Petahana yang Bertarung untuk Kursi Wali Kota Depok

Di luar DPRD, Pradi-Afifah juga meraup dukungan Perindo, Nasdem, dan PBB serta beberapa ormas seperti Forkabi, FBR, dan Pemuda Pancasila.

Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno menganggap hal ini merupakan fenomena lumrah.

Keinginan untuk menumbangkan hegemoni rezim yang telah lama dominan kerap ditemui di berbagai daerah, tak terkecuali Depok yang sudah 15 tahun dikuasai partai berlogo bulan sabit itu.

"Karena beberapa pilkada di Kota Depok kan jagoan PKS melulu yang menang. Kalau ini menang lagi, ini yang keempat kalinya bagi untuk PKS memenangkan pertarungan. Artinya ini ada suasana batin bahwa jagoan PKS ingin dijadikan common enemy (musuh bersama) di Depok," kata Adi ketika dihubungi Kompas.com, Senin (7/9/2020).

"Ini terjadi di beberapa tempat. Misalnya, di Surabaya, jagoan PDI-P juga dijadikan common enemy. Di berbagai tempat itu ada kecenderungan, partai yang sangat dominan atau susah dikalahkan dalam pilkada itu dikeroyok untuk dikalahkan bersama," jelasnya.

Baca juga: Idris versus Pradi, Duel Wali Kota Lawan Wakilnya di Pilkada Depok 2020

Di luar itu, duel antara kekuatan PKS versus Gerindra dan PDI-P memang kini pun jadi wacana nasional.

Menurut Adi, Pilkada Depok dianggap menjadi ajang pembuktian bagi soliditas mesin politik PKS yang cendrung organik dan berbasis kader melawan kekuatan partai dengan logistik digdaya seperti Gerindra dan PDI-P.

Meski demikian, Adi menegaskan, jumlah kursi di parlemen tak bisa jadi tolok ukur peluang menang di pilkada.

"Seringkali banyak kejadian bahwa koalisi gemuk tidak berarti apa-apa untuk menang. Seringkali dukungan partai tidak berbanding lurus dengan tingkat keterpilihan. Yang turut menentukan adalah sosok figur Tim sukses dan para relawan untuk memenangkan pertarungan," ujar dia.

"Pemilih di bawah itu memilih bukan berdasarkan partai, tetapi tingkat kesukaan terhadap figur yang sedang bertanding. Yang dilihat adalah bagaimana figur, tim sukses, dan relawan mampu meyakinkan mereka ke TPS memilih pasangan yang mereka usung," pungkas Adi.

Baca juga: Membelot dari PKS di Menit Akhir, Ini Alasan PAN Dukung Gerindra di Pilkada Depok

Sebagai informasi, kontestan di Pilkada Depok 2020 akhirnya mengerucut ke 2 kubu saja setelah pendaftaran bakal pasangan calon ke KPU ditutup kemarin, Minggu (6/9/2020).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Tolak 'Social Commerce', Pedagang di Pasar Asemka Curhat ke Mendag Zulhas soal Pendapatan Turun Drastis

Tolak "Social Commerce", Pedagang di Pasar Asemka Curhat ke Mendag Zulhas soal Pendapatan Turun Drastis

Megapolitan
Beda Keterangan dengan Polisi, Damkar Duga Satpam SMAN 6 Jakarta Meninggal karena Asap Kebakaran

Beda Keterangan dengan Polisi, Damkar Duga Satpam SMAN 6 Jakarta Meninggal karena Asap Kebakaran

Megapolitan
BMKG Prediksi Suhu Panas yang Melanda Jakarta dan Sekitarnya Berlangsung sampai November 2023

BMKG Prediksi Suhu Panas yang Melanda Jakarta dan Sekitarnya Berlangsung sampai November 2023

Megapolitan
Pemprov DKI Buka Kanal Pengaduan untuk Pelajar Korban 'Bullying'

Pemprov DKI Buka Kanal Pengaduan untuk Pelajar Korban "Bullying"

Megapolitan
Kebakaran di Menteng, Warga Saling Oper Ember Berisi Air untuk Padamkan Api

Kebakaran di Menteng, Warga Saling Oper Ember Berisi Air untuk Padamkan Api

Megapolitan
Permukiman Padat di Menteng Terbakar, Listrik Sempat Padam Sebelum Api Muncul

Permukiman Padat di Menteng Terbakar, Listrik Sempat Padam Sebelum Api Muncul

Megapolitan
Sebelum Terbakar, Ada Bunyi Ledakan seperti Petasan dari Ruang Panel Listrik SMAN 6 Jakarta

Sebelum Terbakar, Ada Bunyi Ledakan seperti Petasan dari Ruang Panel Listrik SMAN 6 Jakarta

Megapolitan
10 Saksi Diperiksa Terkait Temuan Jasad Anak Perwira TNI AU di Lanud Halim

10 Saksi Diperiksa Terkait Temuan Jasad Anak Perwira TNI AU di Lanud Halim

Megapolitan
Polisi Sebut Dua Pelaku Sipil Kasus Pembunuhan Imam Masykur Tak Mungkin Kena Pasal Pembunuhan Berencana

Polisi Sebut Dua Pelaku Sipil Kasus Pembunuhan Imam Masykur Tak Mungkin Kena Pasal Pembunuhan Berencana

Megapolitan
Rumah Terbakar di Menteng, Ada Kemungkinan Menyambar Bangunan Lain

Rumah Terbakar di Menteng, Ada Kemungkinan Menyambar Bangunan Lain

Megapolitan
Hanya Sementara Huni Rusunawa Nagrak, Warga Eks Kampung Bayam: Kami Harus Tempati KSB

Hanya Sementara Huni Rusunawa Nagrak, Warga Eks Kampung Bayam: Kami Harus Tempati KSB

Megapolitan
Polisi Periksa Orangtua dan Guru Anak Perwira TNI AU yang Tewas Terbakar di Lanud Halim Perdanakusuma

Polisi Periksa Orangtua dan Guru Anak Perwira TNI AU yang Tewas Terbakar di Lanud Halim Perdanakusuma

Megapolitan
Minta Orangtua Didik Anak agar Tak Mem-'bully', Heru Budi: Jangan Cuma Nonton Drakor

Minta Orangtua Didik Anak agar Tak Mem-"bully", Heru Budi: Jangan Cuma Nonton Drakor

Megapolitan
Heru Budi Sebut Antisipasi 'Bullying' di Sekolah Tanggung Jawab Kepsek

Heru Budi Sebut Antisipasi "Bullying" di Sekolah Tanggung Jawab Kepsek

Megapolitan
Momen Mendag 'Ribut' dengan Ibu-ibu di Pasar Asemka karena Larangan 'Social Commerce'

Momen Mendag "Ribut" dengan Ibu-ibu di Pasar Asemka karena Larangan "Social Commerce"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com