Terpaksa dia simpan hal itu dalam hati.
Baca juga: Muncul Klaster Baru di RSUD Bengkayang, 7 Tenaga Medis Tertular dari Pasien Corona yang Dirawat
Sebenarnya bukan lelah yang jadi masalah Debryna. Di dalam tubuh kuatnya, Debryna merasa takut.
“Mental kita ini bukan main ini, kita capek banget. Ketakutan, kecemasan dan hilang harapan. Lihat kanan kiri berjatuhan,” kata dia.
Suaran Debryna mendadak gemetar.
Nada mulai mengeras kala dirinya mengungkapkan isi hati.
Rasa takut yang memang tak mungkin Debryna ungkapkan saat bekerja akhirnya dia ceritakan.
Untuk kali ini saja, Debryna merasa lelah menjadi kuat.
Benar-benar tak ada raut ceria di wajah Debryna. Apa lagi setelah dia sadar bahwa dukungan masyarakat kepada tenaga medis rupanya tak seberapa.
“Orang-orang anggap kita enggak profesional, anggap kita gagal. Padahal kita sudah berupaya semaksimal kita. Kita mengedukasi masyarakat, kita sudah enggak ada energi lagi tapi sekarang disalahi lagi,” kata dia.
Ketika ingin melanjutkan ke kalimat selanjutya, Debryna nampak memalingkan wajah dari kamera.
Tak kuasa dia menahan tangis, meratapi apa yang dia rasakan selama ini.
Namun lagi-lagi dia tak mau menunjukkan kesedihan. Debryna merasa tak perlu menunjukan air matanya kepada para pemirsa. Toh, siapa yang peduli.
“It’s okay,” kata Rosi yang berusaha menenangkan Derbyna.
Kalimat pun kembali berlanjut.
Keadaan semakin memperburuk isi hati Debryna kala melihat angka penyebaran Covid-19 terus menanjak.