Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebaran Klaster Keluarga Kian Mengkhawatirkan, Begini Upaya Pemkot Bekasi Mengtasinya

Kompas.com - 10/09/2020, 06:30 WIB
Cynthia Lova,
Irfan Maullana

Tim Redaksi


BEKASI, KOMPAS.com - Kemunculan klaster baru Covid-19, yakni klaster keluarga, menimbulkan kekhawatiran di tengah masyarakat.

Sebab, penyumbang terbesar kasus Covid-19 saat ini berasal dari klaster keluarga.

Hingga 6 September, ada 1.072 kasus Covid-19 di Kota Bekasi. Dari jumlah tersebut, ada 196 keluarga yang terpapar Covid-19.

Baca juga: Klaster Keluarga Disebut Berkontribusi Tinggi Atas Penyebaran Corona

Klaster keluarga diketahui menyebabkan penularan Covid-19 dari satu rumah ke rumah lainnya yang ada di dalam lingkungan tersebut.

Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi menyampaikan, kasus klaster keluarga di wilayahnya terus terjadi peningkatan.

Pada 18 Agustus, ada 155 keluarga dengan total 437 jiwa yang terkonfirmasi positif Covid-19.

Baca juga: Klaster Keluarga Bertambah, Wali Kota Bekasi Duga Pasien Covid-19 Tak Disiplin Saat Isolasi Mandiri

Lalu pada 8 September, Pemkot mengumumkan terakhir kasus klaster hingga 6 September ada 196 keluarga dengan rincian 519 jiwa terpapar Covid-19.

Oleh karena itu, dalam jangka waktu kurang lebih sebulan, kasus klaster keluarga meningkat menjadi 207 kasus.

“Kasus aktif saat ini masih ada 25 keluarga yang masih dipantau dan dievaluasi perkembangannya,” kata Rahmat, Selasa (8/9/2020).

Bahkan dari klaster keluarga itu muncul 212 anak yang terpapar Covid-19, yakni dari umur 0-19 tahun.

Anak-anak itu rata-rata tertular dari orangtuanya yang juga terpapar Covid-19.

Baca juga: Klaster Keluarga Bertambah, 211 Anak Terpapar Positif Covid-19 di Bekasi

Lalu bagaimana proses penularan klaster keluarga?

Kadinkes Kota Bekasi Tanti Rohilawati mengatakan, pihak Pemkot tengah mengevaluasi penambahan klaster keluarga yang terjadi belakangan ini.

Ia menduga ada dua penyebab penambahan kasus klaster keluarga di wilayahnya. Pertama, berasal dari pasien Covid-19 yang isolasi mandiri tidak sesuai prosedur.

Baca juga: Klaster Keluarga Penyebaran Covid-19 di Bekasi Terus Bertambah, Ini 2 Kemungkinan Penyebabnya

Salah satunya, pasien atau keluarga pasien yang isolasi mandiri tidak mengenakan masker di rumah.

Apalagi saat ini di Kota Bekasi jumlah pasien Covid-19 yang isolasi mandiri lebih banyak dibanding pasien yang dirawat di rumah sakit. Terakhir, hingga 6 September ini ada 254 pasien positif Covid-19. Rinciannya 207 pasien jalani isolasi mandiri dan 47 dirawat

“Kita menganalisa sampai saat ini kenapa terus terjadi peningkatan, apakah pasien-pasien OTG (orang tanpa gejala) ini yang diisolasi mandiri sudah mengikuti prosedur dengan baik atau tidak sehingga terjadi penyebaran family. Mungkin ini harus kita cari, apakah karena isolasi tidak sesuai prosedur,” ujar Tanti.

Tanti menilai, isolasi mandiri tidak efektif dilakukan jika ada anggota keluarga dalam satu rumah pasien Covid-19 tersebut tak menaati protokol kesehatan.

Sebab, saat ini penularan begitu cepat, terutama melalui airborne atau udara.

Selain itu, dugaan penyebab lainnya adalah kurangnya ventilasi di dalam rumah.

Menurut dia, virus corona tipe-2 ini bisa langsung cepat menyebar di ruangan tertutup. Apalagi jika di dalamya, anggota keluarga tersebut tak terapkan protokol kesehatan.

“Ventilasi itu harus, sekarang itu penyebaran lewat airborne. Jangan sampai kita di dalam ruangan tiga jam yang tertutup,” kata dia.

Dia mencontohkan, kamar mandi bisa jadi tempat penularan Covid-19 jika tak ada ventilasinya.

Sebab banyak perlengkapan di kamar mandi digunakan bersama sehingga potensi penyebarannya besar.

“Namanya sarana kan perlu ventilasi. Apakah sarana dan prasarana kurang. Dalam arti dia kamar mandi untuk semuanya, padahal dikamar mandi itu kita gosok gigi, sabun bersama sama. Meskipun kita pakai masker, kita tetapi kan menggunakannya bersama-sama tidak menutup kemungkinan (ada penyebaran),” kata Tanti.

Upaya yang dilakukan Pemkot Bekasi 

Untuk menekan angka kasus klaster keluarga, saat ini pihak Pemkot juga tengah melacak kasus klaster keluarga di RW-RW sekitaran zona merah.

Dengan adanya pelacakan ini diharapkan dapat menekan angka klaster keluarga di wilayahnya.

“Nah Dinkes sedang tracking, Dinkes juga melacak yang di RW-RW sekarang kasusnya (Covid-19) tinggi,” ucap Rahmat.

Rahmat juga mempersilahkan pasien Covid-19 untuk isolasi mandiri di Stadion Patriot apabila di rumahnya tak memungkinkan.

Baca juga: Pemkot Bekasi Gelar Tracking Pasien Covid-19 ke Wilayah Zona Merah

“Iya kalau rumahnya yang memang tidak memungkinkan bawa ke sini (Stadion Patriot) saja. Misalnya rumahnya cuma 40 meter dan keluarganya ada 6 atau 10 orang jadi kita bawa saja,” tutur dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gara-gara Sakit Hati, Seorang Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Gara-gara Sakit Hati, Seorang Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Megapolitan
Harga Pepaya di Pasar Induk Kramatjati Anjlok, Pedagang: Tombok Terus

Harga Pepaya di Pasar Induk Kramatjati Anjlok, Pedagang: Tombok Terus

Megapolitan
Pilkada Kota Bogor 2024, Golkar Prioritaskan Koalisi dengan Partai Pengusung Prabowo-Gibran

Pilkada Kota Bogor 2024, Golkar Prioritaskan Koalisi dengan Partai Pengusung Prabowo-Gibran

Megapolitan
Amankan Penetapan Presiden-Wakil Presiden 2024, Polda Metro Kerahkan 4.051 Personel Gabungan

Amankan Penetapan Presiden-Wakil Presiden 2024, Polda Metro Kerahkan 4.051 Personel Gabungan

Megapolitan
Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya karena Pembeli Belum Balik ke Jakarta

Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya karena Pembeli Belum Balik ke Jakarta

Megapolitan
Politisi PAN dan Golkar Bogor Bertemu, Persiapkan Koalisi untuk Pilkada 2024

Politisi PAN dan Golkar Bogor Bertemu, Persiapkan Koalisi untuk Pilkada 2024

Megapolitan
Nasib Tiktoker Galihloss Pelesetkan Kalimat Taawuz Berujung Terseret Kasus Penistaan Agama

Nasib Tiktoker Galihloss Pelesetkan Kalimat Taawuz Berujung Terseret Kasus Penistaan Agama

Megapolitan
Teganya Agusmita yang Tinggalkan Kekasihnya Saat Sedang Aborsi di Kelapa Gading, Akhirnya Tewas karena Pendarahan

Teganya Agusmita yang Tinggalkan Kekasihnya Saat Sedang Aborsi di Kelapa Gading, Akhirnya Tewas karena Pendarahan

Megapolitan
Antisipasi Demo saat Penetapan Prabowo-Gibran di KPU, Warga Diimbau Cari Jalan Alternatif

Antisipasi Demo saat Penetapan Prabowo-Gibran di KPU, Warga Diimbau Cari Jalan Alternatif

Megapolitan
Pendapatan Meningkat 13 Persen, PT KCI Raup Rp 88 Miliar Selama Periode Lebaran 2024

Pendapatan Meningkat 13 Persen, PT KCI Raup Rp 88 Miliar Selama Periode Lebaran 2024

Megapolitan
Soal Penambahan Lift dan Eskalator di Stasiun Cakung, KCI Koordinasi dengan Kemenhub

Soal Penambahan Lift dan Eskalator di Stasiun Cakung, KCI Koordinasi dengan Kemenhub

Megapolitan
Pengurus PAN Sambangi Kantor Golkar Bogor, Sinyal Pasangan Dedie-Rusli pada Pilkada 2024?

Pengurus PAN Sambangi Kantor Golkar Bogor, Sinyal Pasangan Dedie-Rusli pada Pilkada 2024?

Megapolitan
Aduan Masalah THR Lebaran 2024 Menurun, Kadisnaker: Perusahaan Mulai Stabil Setelah Pandemi

Aduan Masalah THR Lebaran 2024 Menurun, Kadisnaker: Perusahaan Mulai Stabil Setelah Pandemi

Megapolitan
Disnaker DKI Terima Aduan terhadap 291 Perusahaan soal Pembayaran THR Lebaran 2024

Disnaker DKI Terima Aduan terhadap 291 Perusahaan soal Pembayaran THR Lebaran 2024

Megapolitan
Wanita Hamil yang Tewas di Kelapa Gading Sedang Mengandung Empat Bulan

Wanita Hamil yang Tewas di Kelapa Gading Sedang Mengandung Empat Bulan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com