JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memutuskan untuk menarik rem darurat dan kembali menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Penerapan PSBB transisi di Jakarta pun dicabut dan PSBB secara ketat kembali diterapkan pada 14 September.
Menanggapi hal itu, salah satu warga Jakarta, Rafael (23) mengaku kecewa karena perjuangannya selama enam bulan di rumah seakan-akan sia-sia tanpa hasil.
Pasalnya, Pemerintah kembali menerapkan PSBB ke awal karena angka Covid-19 tak bisa ditekan dengan adanya pelonggaran.
“Justru saya lebih merasa ini 6 bulan yang sia-sia. Bukan cuma buat saya, tetapi juga buat orang-orang di luaran, terutama tenaga medis yang perangnya enggak selesai-selesai karena Pemerintah tak serius mengendalikan Covid-19 selama ini,” kata Rafael kepada Kompas.com, Kamis (10/9/2020).
Baca juga: 6 Larangan dan 4 Hal yang Diperbolehkan Selama PSBB Total Kembali Berlaku di Jakarta
Namun, dia mengapresiasi tindakan Pemprov DKI yang transparan dengan data Covid-19 dan mengakui keadaan Ibu Kota saat ini.
Dengan begitu, ia berharap masyarakat sadar bahwa Covid-19 masih ada dan mengkhawatirkan.
Namun, kata dia, meningkatkan kesadaran masyarakat harus diiringi pengawasan yang sangat ketat dari Pemerintah itu sendiri.
“Maret-Juni lalu kita bisa diam di rumah karena diliputi kecemasan, ketidaktahuan, kepanikan. Sekarang orang sudah cuek, abai, banyak yang tidak percaya Covid-19. Teman-teman saya juga sudah tidak betah di rumah. Sulit buat Pemerintah,” kata dia.
Baca juga: Jakarta Kembali Terapkan PSBB, Bagaimana dengan Bekasi?
Beda halnya dengan Leony (26). Dia mengatakan, bahwa tindakan yang diambil Pemprov itu terlambat untuk menanggulangi virus corona tipe-2 (SARS-CoV-2) yang sudah menyebar sangat masif.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan