Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jakarta Kembali Terapkan PSBB Total, Warga: 6 Bulan di Rumah Sia-sia...

Kompas.com - 10/09/2020, 18:24 WIB
Cynthia Lova,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memutuskan untuk menarik rem darurat dan kembali menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Penerapan PSBB transisi di Jakarta pun dicabut dan PSBB secara ketat kembali diterapkan pada 14 September.

Menanggapi hal itu, salah satu warga Jakarta, Rafael (23) mengaku kecewa karena perjuangannya selama enam bulan di rumah seakan-akan sia-sia tanpa hasil.

Pasalnya, Pemerintah kembali menerapkan PSBB ke awal karena angka Covid-19 tak bisa ditekan dengan adanya pelonggaran.

“Justru saya lebih merasa ini 6 bulan yang sia-sia. Bukan cuma buat saya, tetapi juga buat orang-orang di luaran, terutama tenaga medis yang perangnya enggak selesai-selesai karena Pemerintah tak serius mengendalikan Covid-19 selama ini,” kata Rafael kepada Kompas.com, Kamis (10/9/2020).

Baca juga: 6 Larangan dan 4 Hal yang Diperbolehkan Selama PSBB Total Kembali Berlaku di Jakarta

Namun, dia mengapresiasi tindakan Pemprov DKI yang transparan dengan data Covid-19 dan mengakui keadaan Ibu Kota saat ini.

Dengan begitu, ia berharap masyarakat sadar bahwa Covid-19 masih ada dan mengkhawatirkan.

Namun, kata dia, meningkatkan kesadaran masyarakat harus diiringi pengawasan yang sangat ketat dari Pemerintah itu sendiri.

“Maret-Juni lalu kita bisa diam di rumah karena diliputi kecemasan, ketidaktahuan, kepanikan. Sekarang orang sudah cuek, abai, banyak yang tidak percaya Covid-19. Teman-teman saya juga sudah tidak betah di rumah. Sulit buat Pemerintah,” kata dia.

Baca juga: Jakarta Kembali Terapkan PSBB, Bagaimana dengan Bekasi?

Beda halnya dengan Leony (26). Dia mengatakan, bahwa tindakan yang diambil Pemprov itu terlambat untuk menanggulangi virus corona tipe-2 (SARS-CoV-2) yang sudah menyebar sangat masif.

Menurut dia, pada fase PSBB transisi harusnya Pemerintah lebih tegas memaksa masyarakat untuk tidak berkerumun dan jaga jarak fisik.

“Ini sebetulnya tindakan Pemda yang terlambat menanggulangi. Kalau dilihat seharusnya ketika fase peralihan (PSBB transisi) itu Pemda tetap harus tegas memaksa semua orang yang berada di luar untuk menjaga jarak dan pakai masker,” ujar Leony.

Namun, sayangnya kata Leony, Pemerintah malah lengah mengawasi masyarakat untuk terapkan protokol kesehatan. Akibatnya, masyarakat mulai banyak tak mentaati protokol kesehatan.

Baca juga: Mal di Jakarta Kemungkinan Ditutup Saat PSBB Kembali Diterapkan

“Bisa dilihat di beberapa tempat terutama di pinggir jalan, itu pedagang-pedagangnya tetap tidak melaksanakan protokol kesehatan. Lihat juga pemukiman-pemukiman padat itu pada tidak melakukan protokol kesehatan. Ya disini Pemda seperti kurang terjun langsung untuk memaksa orang-orang mengikuti protokol kesehatan,” kata dia.

Dia mengatakan, tindakan Pemerintah menekan rem kedaruratan membuat banyak pihak panik, terutama pelaku usaha.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasad Perempuan Ditemukan Tergeletak di Dermaga Pulau Pari, Wajahnya Sudah Hancur

Jasad Perempuan Ditemukan Tergeletak di Dermaga Pulau Pari, Wajahnya Sudah Hancur

Megapolitan
Pemadaman Kebakaran 'Saudara Frame' Mampang Masih Berlangsung, Arus Lalu Lintas Padat Merayap

Pemadaman Kebakaran "Saudara Frame" Mampang Masih Berlangsung, Arus Lalu Lintas Padat Merayap

Megapolitan
Terjebak Semalaman, 7 Jasad Korban Kebakaran 'Saudara Frame' di Mampang Berhasil Dievakuasi

Terjebak Semalaman, 7 Jasad Korban Kebakaran "Saudara Frame" di Mampang Berhasil Dievakuasi

Megapolitan
Meledaknya Alat Kompresor Diduga Jadi Penyebab Kebakaran Toko Bingkai di Mampang

Meledaknya Alat Kompresor Diduga Jadi Penyebab Kebakaran Toko Bingkai di Mampang

Megapolitan
Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui, Alasan Buka 24 Jam dan Sering 'Video Call'

Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui, Alasan Buka 24 Jam dan Sering "Video Call"

Megapolitan
7 Korban yang Terjebak Kebakaran di Toko Bingkai Mampang Ditemukan Meninggal Dunia

7 Korban yang Terjebak Kebakaran di Toko Bingkai Mampang Ditemukan Meninggal Dunia

Megapolitan
Runtuhnya Kejayaan Manusia Sampan yang Kini Dekat dengan Lubang Kemiskinan Ekstrem

Runtuhnya Kejayaan Manusia Sampan yang Kini Dekat dengan Lubang Kemiskinan Ekstrem

Megapolitan
Kondisi Terkini Kebakaran Saudara Frame Mampang, Api Belum Dinyatakan Padam Setelah 11 Jam

Kondisi Terkini Kebakaran Saudara Frame Mampang, Api Belum Dinyatakan Padam Setelah 11 Jam

Megapolitan
Anak-anak Belanjakan THR ke Toko Mainan, Pedagang Pasar Gembrong Raup Jutaan Rupiah

Anak-anak Belanjakan THR ke Toko Mainan, Pedagang Pasar Gembrong Raup Jutaan Rupiah

Megapolitan
Petantang-petenteng Sopir Fortuner yang Ngaku Anggota TNI: Bermula Pakai Pelat Dinas Palsu, Kini Terancam Bui

Petantang-petenteng Sopir Fortuner yang Ngaku Anggota TNI: Bermula Pakai Pelat Dinas Palsu, Kini Terancam Bui

Megapolitan
Polisi Usut Laporan terhadap Pendeta Gilbert Lumoindong atas Dugaan Penistaan Agama

Polisi Usut Laporan terhadap Pendeta Gilbert Lumoindong atas Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Asap Masih Mengepul, Damkar Belum Bisa Pastikan Kapan Pemadaman Toko Bingkai di Mampang Selesai

Asap Masih Mengepul, Damkar Belum Bisa Pastikan Kapan Pemadaman Toko Bingkai di Mampang Selesai

Megapolitan
Momen Lebaran, Pelanggan Borong Mainan sampai Rp 1 Juta di Pasar Gembrong Jatinegara

Momen Lebaran, Pelanggan Borong Mainan sampai Rp 1 Juta di Pasar Gembrong Jatinegara

Megapolitan
Tengah Malam, Api di Toko Bingkai Mampang Kembali Menyala

Tengah Malam, Api di Toko Bingkai Mampang Kembali Menyala

Megapolitan
Polisi Bakal Periksa Pelapor dan Saksi Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa Doktoral ke Filipina

Polisi Bakal Periksa Pelapor dan Saksi Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa Doktoral ke Filipina

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com