DEPOK, KOMPAS.com - Ketua Asosiasi Pusat Belanja Indonesia (APBI) Kota Depok, Sutikno Pariyoto berujar bahwa banyak gerai di pusat-pusat belanja di Depok yang terpaksa tutup karena kebijakan pembatasan aktivitas yang dianggap menyerupai "jam malam".
"Dua minggu ini jujur kami banyak yang tutup. Saya belum mendata, tapi diperkirakan 40 persen yang tutup di seluruh Depok. Di Depok Town Square banyak, ITC juga banyak, terutama mal-mal yang banyak UMKM," jelas Sutikno kepada Kompas.com, Selasa (15/9/2020) sore.
Sebagai informasi, karena kebijakan ini, layanan langsung di toko, mal, supermarket, dan minimarket dibatasi hingga pukul 18.00 WIB.
Sedangkan aktivitas warga dibatasi sampai pukul 20.00 WIB.
Baca juga: Wali Kota Depok: Belum Ada Hotel yang Mau Jadi Tempat Isolasi Pasien Covid-19
Kebijakan "jam malam" ini berlaku setiap kali Kota Depok ditetapkan sebagai zona merah penularan Covid-19 nasional, dan pertama diterapkan pada 2 pekan.
Menurut Sutikno, para pedagang kehilangan omzet karena justru pada malam hari dagangan mereka banyak dicari pembeli yang rata-rata baru pulang kerja dari Jakarta.
"Tahu sendiri kan, pekerja pulangnya jam 18.00-an. Pulangnya dia biasanya makan di mal, ngopi dulu, beli baju, tapi sekarang langsung pulang," jelasnya.
"Habis maghrib atau jam pulang kerja itulah justru memang session-nya orang (pedagang) dapat uang," tambah Sutikno.
Belakangan, Wali Kota Depok Mohammad Idris mengaku bakal mengevaluasi batas waktu pembatasan ini.
"Pembatasan ini akan dievaluasi. Mungkin kami akan ubah jamnya, karena memang kami memperhatikan masalah pemulihan ekonomi," ujar Idris kepada wartawan, Selasa (15/9/2020).
Baca juga: Wali Kota Depok dalam Pertimbangan Longgarkan Batas Jam Malam
Ia mengakui bahwa pelonggaran ini ia pertimbangkan untuk mempermudah warga mencari nafkah.
Beberapa sektor usaha yang buka pada malam hari, seperti warung-warung dan pedagang kaki lima, di atas kertas memang terpukul karena "jam malam" ini.
Idris mengakui, pihaknya sudah tak dapat menambah jatah bantuan sosial bagi warga.
Hingga data terbaru dirilis pada Selasa, Kota Depok masih sebagai wilayah dengan laporan kasus positif Covid-19 tertinggi di wilayah Bodetabek, dengan total 2.990 kasus.
Di samping itu, kini ada 856 pasien positif Covid-19 yang sedang ditangani di Depok, melonjak nyaris 500 persen dalam 2 bulan terakhir.
Baca juga: Kasus Covid-19 Meningkat Tajam, Depok Diminta Tiru Jakarta Tiadakan Isolasi Mandiri
Data dari Satgas Covid-19 IDI Depok, rumah sakit telah terisi 80 persen hingga hari ini. Sebanyak 93 RW di Kota Depok masuk dalam zona merah Covid-19.
Angka tersebut sekitar 10 persen dari total 924 RW di Depok. Disebut zona merah lantaran RW tersebut mencatat ada sedikitnya dua warganya yang isolasi mandiri karena terpapar virus Corona.
Sebanyak 93 RW tersebut melakukan pembatasan sosial kampung siaga (PSKS). RW zona merah paling banyak berada di Kecamatan Sukmajaya, Pancoran Mas, dan Cimanggis.
Meski kasus Covid-19 semakin parah dan Depok jadi zona merah nasional, namun Pemerintah Kota Depok belum akan memberlakukan PSBB ketat seperti di Jakarta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.