Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jumlah Pasien Covid-19 Depok yang Kian Mengkhawatirkan, Melonjak 5 Kali Lipat dalam 2 Bulan

Kompas.com - 16/09/2020, 06:14 WIB
Vitorio Mantalean,
Jessi Carina

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com – Kota Depok hingga kini masih berstatus sebagai wilayah dengan total laporan kasus positif Covid-19 tertinggi di Jawa Barat dan wilayah Bodetabek, berdasarkan laman resmi masing-masing pemerintah kota/kabupaten.

Hingga data diperbarui kemarin, Selasa (15/9/2020), total ada 2.990 kasus positif Covid-19 yang sudah dilaporkan Pemerintah Kota Depok. Sebanyak 2.027 di antaranya dinyatakan pulih, sedangkan 107 lainnya meninggal dunia.

Itu artinya, saat ini ada 856 kasus aktif di Depok. Kasus aktif merupakan jumlah pasien yang sedang ditangani lantaran positif Covid-19. Mereka menjalani isolasi mandiri di rumah atau dirawat di rumah sakit.

Masalahnya, jumlah 856 pasien ini merupakan hasil dari lonjakan demi lonjakan di Depok. Lonjakan terbaru yakni kemarin, ketika Pemerintah Kota Depok melaporkan temuan kasus baru terbanyak selama pandemi, yakni 124 pasien.

Baca juga: Lima Instruksi Ridwan Kamil untuk Depok yang Hadapi Lonjakan Kasus Covid-19

Berdasarkan laporan harian Pemerintah Kota Depok yang dihimpun Kompas.com, angka kasus aktif di Depok hari ini sudah naik 438 persen, atau lebih dari lima kali lipat, dalam kurun dua bulan terakhir.

Sejak Agustus hingga kini memasuki minggu ketiga September, jumlah pasien Covid-19 di Depok terus melonjak dengan sangat cepat.

Berikut rinciannya:

  • 15 Juli: 159 pasien
  • 31 Juli: 187 pasien (+28)
  • 15 Agustus: 381 pasien (+194)
  • 31 Agustus: 594 pasien (+213)
  • 15 September: 856 pasien (+262)

Dari data di atas dapat disimpulkan, terjadi lonjakan total 697 pasien dalam kurun dua bulan, yakni sejak 15 Juli (159 pasien, titik terendah selama pandemi) hingga kemarin, 15 September (856 pasien, puncak tertinggi pandemi sampai sekarang).

Sayangnya, tidak diketahui lonjakan ini akibat penularan yang semakin membahayakan atau deteksi yang semakin masif. Sebab, Pemerintah Kota Depok tak pernah terbuka dalam mengumumkan realisasi jumlah tes PCR harian.

Rumah sakit menjerit

Entah akibat penularan yang semakin tinggi atau deteksi yang semakin gencar, faktanya jumlah pasien Covid-19 di Depok meningkat pesat. Kondisi ini terasa betul di beberapa rumah sakit rujukan sebagai hilir penanganan pandemi.

“Kami juga tidak menyangka kondisinya seperti ini. Kami kira sudah mulai menurun. Semuanya merasa ini beban yang berat, yang harus dipikirkan secara cepat jalan keluarnya,” ujar Direktur RSUD Kota Depok Devi Maryori kepada Kompas.com, Jumat (11/9/2020).

Baca juga: Pemkot Depok Berencana Longgarkan Jam Malam, Asosiasi Pusat Belanja: Angin Segar untuk Kami

“Kita kemarin-kemarin sudah tenang. Mendadak seperti banjir bandang di mana-mana,” tambahnya mengenai lonjakan pasien Covid-19 di Depok belakangan ini.

RSUD Kota Depok sempat mengurangi jumlah tempat tidur khusus pasien Covid-19 dari 150 ranjang menjadi 48 ranjang selama Mei hingga Juli lalu. Kala itu, tren penularan Covid-19 di Depok memang sedang landai dan jumlah pasien sempat ada di titik terendah.

Namun, sejak bulan Agustus, 55 tempat tidur yang disiapkan untuk pasien Covid-19 hampir selalu penuh. Sudah begitu, pasien bergejala sedang dan berat semakin banyak berdatangan. Kini, pihaknya tengah mencari cara agar jumlah tempat tidur itu dapat segera bertambah.

Devi juga berencana menambah jumlah ICU Covid-19 yang saat ini sudah penuh, tetapi menemui rintangan soal ketersediaan perawat ICU Covid-19 yang harus kursus kompetensi khusus sedikitnya tiga pekan sebelum turun lapangan.

Halaman:


Terkini Lainnya

Warga Rusunawa Muara Baru Keluhkan Biaya Sewa yang Naik

Warga Rusunawa Muara Baru Keluhkan Biaya Sewa yang Naik

Megapolitan
8.112 NIK di Jaksel Telah Diusulkan ke Kemendagri untuk Dinonaktifkan

8.112 NIK di Jaksel Telah Diusulkan ke Kemendagri untuk Dinonaktifkan

Megapolitan
Heru Budi Bertolak ke Jepang Bareng Menhub, Jalin Kerja Sama untuk Pembangunan Jakarta Berkonsep TOD

Heru Budi Bertolak ke Jepang Bareng Menhub, Jalin Kerja Sama untuk Pembangunan Jakarta Berkonsep TOD

Megapolitan
Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Megapolitan
Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Megapolitan
Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Megapolitan
Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Megapolitan
Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Megapolitan
Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Megapolitan
Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Megapolitan
Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Megapolitan
Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com