Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Persatuan Perawat Ingatkan Pemkot Bekasi untuk Tak Remehkan OTG Covid-19

Kompas.com - 17/09/2020, 05:31 WIB
Cynthia Lova,
Jessi Carina

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Ketua Dewan Pengurus Daerah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kota Bekasi, Mulyono minta Pemerintah tak sepelekan pasien orang tanpa gejala (OTG).

Sebab saat ini pasien OTG makin meningkat dibanding pasien dengan komorbid. Data per 15 September, ada 118 pasien Covid-19 yang aktif.

Menurut Mulyono, orang tanpa gejala kondisinya bisa tiba-tiba memburuk bahkan mengalami happy hypoxia atau berkurangnya saturasi oksigen dalam darah.

“Tidak bisa dianggap remeh. Karena memang Covid-19 ini merusak paru-paru yang mengolah oksigen. Oksigen padahal kebutuhan dasar untuk manusia hidup,” ujar Mulyono saat dihubungi, Rabu (17/9/2020).

Baca juga: Pemkot Bekasi Rekrut Perawat dan Bidan untuk Rawat Pasien Covid-19 di Stadion Patriot

Ia mengatakan, kondisi happy hypoxia ini bisa menyebabkan pasien Covid-19 meninggal dunia meski awalnya berstatus OTG.

"Bisa saja yang tadinya dia asyik makan, lalu berbincang-bincang. Besoknya dia kondisinya memburuk karena ini (happy hypoxia), ini sudah ada sejak Maret,” ucap dia.

Tingkat kematian tinggi akibat ICU menipis

Apalagi saat ini ketersediaan ruang Intensive Care Unit (ICU) menipis di sejumlah rumah sakit swasta rujukan Bekasi. Kondisi ini menambah tingkat kematian pasien Covid-19.

Adapun kapasitas ketersediaan tempat tidur rawat inap ruang ICU di 42 rumah sakit rujukan Covid-19 di Kota Bekasi telah terisi 48 dari 57 tempat tidur isolasi. Dengan demikian, kini tempat tidur di ruang ICU rumah sakit hanya tersisa 9.

“Jadi ini korelasinya. Risiko kematian akan tinggi, kemungkinan besar meninggal karena Covid-19,” tambah Ketua Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia Kota Bekasi Eko Nugroho.

Baca juga: Tertinggi Sejak Maret, 107 RW di Kota Bekasi Masuk Zona Merah

Meski saat ini kondisi ruang ICU menipis, namun tak ada lagi harapan untuk menambah ruangan tersebut.

Hal itu lantaran keterbatasan biaya yang harus dikeluarkan jika menyiapkan alat-alat untuk kebutuhan ruang ICU.

Eko pun berharap pasien Covid-19 bisa ditekan dengan setiap kebijakan yang diambil Pemkot Bekasi.

Ia juga minta masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan.

“Kalau tidak seimbang hulu dan hilir. Kita akan sibuk terus mengatasi penanganan di hilir (rumah sakit, pemakaman). Padahal hilir sudah tidak tertampung, makanya dari dulu harusnya di rem (aktivitas masyarakat),” tutur dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Megapolitan
Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Megapolitan
Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com