JAKARTA, KOMPAS.com - Sekuat apapun kita berusaha berperilaku bersih, menjaga jarak, hingga di rumah saja, tetap saja ada potensi tertular Covid-19. Saat virus itu tiba, beberapa di antara pasien penyintas Covid-19 hanya bisa bertanya dalam diri, "kok bisa?".
Tak ada yang tahu. Virus ini datang tanpa tanda, maka dari itu banyak pula yang kemudian menjadi orang tanpa gejala.
Beberapa lainnya mengalami gejala yang beragam. Namun, gejalanya sangat mirp penyakit umum yang terjadi sebelum pandemi. Misalnya, flu, typus, hingga demam berdarah.
Hal ini pula yang dirasakan salah satu reporter Kompas.com, Singgih Wiryono (28).
Baca juga: Cerita Penyintas Covid-19, Terpapar karena Menyepelekan...
Singgih sudah mulai bekerja dari rumah sejak bulan Maret saat kantor kami memutuskan work from home.
Kebijakan itu kemudian diperlonggar kala pemerintah mulai menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) masa transisi. Liputan ke lapangan diperbolehkan, namun hanya dengan persetujuan editor desk.
Maka dari itu, sebagian besar waktu Singgih hanya ada di rumah, bekerja sambil sesekali keluar rumah hanya untuk keperluan sehari-hari.
Semua berjalan lancar sampai pada 26 Agustus, Singgih izin tidak masuk karena tidak enak badan. Dia mengaku demam cukup tinggi, sampai 38 derajat celcius. Dia bahkan kerap mengigau dalam tidurnya.
"Kepala saya tidak berhenti berpikir bahkan saat tertidur sekalipun. Angka termometer konsisten di atas 38 derajat celsius, saya bermimpi aneh-aneh, tekanan darah 160," ujar Singgih.
Tiga hari lamanya demam itu tak kunjung turun, ditambah mulai muncul bintik-bintik merah beberapa bagian tubuh. Mirip sekali demam berdarah.
Baca juga: Temanco, Komunitas Penyintas Covid-19 di Bogor yang Kini Terjun Jadi Relawan
Namun, untuk memastikan sakit yang diderita Singgih, dia pun memeriksakan diri ke klinik 24 jam. Di sana, Singgih didiagnosa demam berdarah.
"Kata dokter, diagnosa awal adalah tipes atau demam berdarah. Darah yang mumbul naik juga disebabkan karena tidur yang tidak nyenyak sama sekali karena demam," tutur Singgih.
Namun, perlu periksa darah lebih lengkap untuk memastikan sakitnya itu karena demam Singgih tak juga mereda.
Dia pun memeriksakan diri salah satu rumah sakit rujukan Covid-19 di Jakarta Selatan.
"Di sana saya diperiksa darah, hasil rapid test saya non reaktif, semua normal. Ajaib. tapi demam saya masih konsisten," ujar Singgih.