Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Handoko, Instruktur Senam Pasien Covid-19 yang Ditentang Keras Keluarga

Kompas.com - 01/10/2020, 13:23 WIB
Walda Marison,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Handoko (58) memang hanyalah manusia biasa. Jadi instruktur senam selama 12 tahun tak membuat bapak satu anak ini lebih spesial dari warga lain. Namun keinginannya dalam melayani membuat Handoko layak dipandang berbeda.

Handoko merupakan instruktur senam di rumah lawan Covid di kawasan Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan. Yang dia layani tentu saja para pasien Covid-19 yang sedang menjalani isolasi mandiri.

Bukan uang yang dicari Handoko, bahkan sepeser pun tak dia harapkan. Yang dia perjuangkan adalah menyembuhkan pasien Covid-19 dengan senam.

Baca juga: UPDATE 30 September: Bertambah 9 Kasus Positif dan 9 Pasien Covid-19 Sembuh di Tangsel

Berisiko? Tentu saja.

Bukan tidak mungkin Handoko justru berakhir jadi pasien Covid-19 selanjutnya.

Namun, ketakutan itu dibuang Handoko jauh-jauh demi menyehatkan para pasien.

Awalnya, Handoko memang sudah punya keinginan untuk jadi instruktur senam di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat. Entah kenapa Handoko berangan demikian.

“Saya emang angan-angan pengen ke sana (Wisma Atlet). Cuma siapa yang bawa? Saya enggak kenal siapa-siapa di sana,” kata dia.

Sesekali angan itu dia panjatkan dalam doa berharap sang maha kuasa menjamah keinginannya.

Sepertinya Tuhan tak pernah tutup mata untuk segala niatan baik.

Keinginan Handoko ingin menyehatkan pasien Covid-19 lewat senam pun terjawab.

Dia bertemu dengan salah satu dokter kenalanya saat mengisi senam live streaming di kawasan Wisma Mulia Jakarta Pusat.

“Ada dokter yang cari-cari siapa yang berani buat jadi instruktur senam di rumah Covid. Tapi enggak ada yang mau. Akhirnya saya ditawari. Saya langsung iyakan,” ucap Handoko.

Dia pun resmi jadi instruktur senam di Rumah Lawan Covid-19 BSD sejak dua minggu lalu.

Walau bukan di Wisma Atlet Kemayoran, bagi dia sama saja. Yang terpenting rasa ingin melayani para pasein Covid-19 tersalurkan.

“Berarti Tuhan mau saya ditempatkan di sini, melayani di sini,” kata pria yang juga sebagai pelayan di gereja ini.

Keputusan ini tentu tak melulu mendapat respon positif.

Istri dan anak Handoko jadi pihak pertama yang menentang rencana itu. Mereka tak habis pikir dengan keputusan Handoko dan menolak mentah-mentah.

“Wah nentang banget mas. Apa lagi di rumah saya juga ada mertua saya sudah tua. Jadi takut tertular atau gimana gitu,” kata dia.

Bahkan sampai sekarang pun, pihak keluarga belum sepenuhnya mendukung kegiatan ini.

Walau demikian, Handoko selalu memberi pemahaman kepada keluarga bahwa yang dia lakukan aman dan sesuai protokol kesehatan.

Jaraknya instruktur dan peserta senam pun jauh. Selain itu, semuanya juga diwajibkan memakai masker.

Baca juga: Tertinggi Sejak Pandemi, 98 Pasien Isolasi di Rumah Lawan Covid-19 Tangsel

Sehatkan fisik dan mental

Selama 12 tahun jad instruktur senam sudah cukup membuat Handoko paham apa yang dibutuhkan para pasien di tempat isolasi.

Senam untuk pernapasan jadi fokus utamanya. Hal tersebut karena Covid-19 cenderung menyerang sistem pernapasan manusia.

Gerakan begitu halus dan kokoh pun diperagakan di depan para pasien. Ada yang mengikuti dengan sungguh-sungguh, ada yang hanya bergerak sekadarnya saja.

Namun demikian, Handoko sadar betul bukan kesehatan fisik saja yang dibutuhkan pasien. Kesehatan mental juga berpengaruh kepada proses penyembuhan.

Maka dari itu, tak jarang Handoko menyelipkan beberapa lelucon ditengan senamnya. Walau terdengar sederhana, namun dia mengakui cukup mengundang gelak tawa pasien.

“Saya suka bilang ‘kita harus Cilacap-Probolinggo. Umur boleh lah Cap (60) semangat tetap Ji Go (25)’, heheheheh,” kata dia sambil tertawa.

Banyak yang terhibur rupanya. Handoko pun sadar lelucon-lelucon itu harus sering dia selipkan supaya para pasien lepas dari stres.

Baca juga: Sembuh, Pelajar hingga Tenaga Medis yang Karantina di Rumah Lawan Covid-19 Dipulangkan

Terima kasih yang sederhana

Tak ada rupiah yang bisa membayar kebaikan Handoko.

Rela melepas hidup nyaman dan aman bersama keluarga di rumah demi mengurus kesehatan orang lain yang berstatus positif Covid-19.

Bahkan, semenjak berada di sana, dia mengaku semakin banyak pasien yang pulang karena dinyatakan sembuh.

Melihat mereka satu persatu pulang sepertinya sudah cukup membuat Handoko senang.

“Seperti apa yang saya lakukan ternyata berguna,” ucap dia.

Bahkan, tak jarang ada pasien yang menelepon dirinya setelah dinyatakan sembuh. 

Bukan uang atau harta yang dijanjikan pasien tersebut dari sambungan telepon, melainkan hanya kata terima kasih. Kata terima kasih yang cukup sederhana.

“Jujur saya terharu. Ada yang terbantu karena saya. Semua yang saya lakukan berguna,” terang dia.

Jelas tidak ada nominal uang yang bisa membayar kebahagiaan ini. Hal inilah yang akan terus menjadi motor penggerak semangat Handoko untuk selalu melayani.

Dia tahu pertarungan masih panjang, pandemi juga belum tahu kapan ujungnya.

Namun sampai sisa tenaganya dia akan terus melayani para pasien. Menyembuhkan mereka dengan cara yang Handoko tahu, yakni senam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com