Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Penyintas Covid-19: Dirawat 3 Hari di Kursi IGD karena Kamar Penuh

Kompas.com - 07/10/2020, 09:40 WIB
Sonya Teresa Debora,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

Selain harus mengisi berkas seluruh pasien, suster dengan jumlah terbatas tersebut juga harus mengganti infus, tensi, periksa kadar gula, dan tugas lain.

"Mereka kan dikejar-kejar isi berkas itu 38 orang. Belum lagi yang harus ngerjain ganti infuslah, cek tensilah, kalau yang punya gula cek gula, ini itu tuh banyak banget. Kasian," kata Tutut.

Informasi yang diterima Tutut, ada suster yang sampai dua kali terkena Covid-19. Bahkan, ada yang langsung bekerja setelah dinyatakan negatif Covid-19.

“Itu suster tuh sampai ada yang kena (Covid-19) dua kali loh. Mungkin kadang orang entah nggak tahu, atau gak jujur, jadi suster kecolongan (tertular)”, jelas Tutut.

“Suster ada yang diopname 7-10 hari, pulang, terus besoknya udah masuk kerja, sambil diobservasi. Karena kurang personel,” tambah Tutut.

Tutut mengaku sampai tidak tega melihat perjuangan yang harus dilalui tenaga medis. Mereka harus memakai alat pelindung diri (APD) lengkap yang menyulitkan untuk melakukan banyak hal.

“Mereka pakai APD lengkap, mau pipis aja susah. Ada suster yang saking nggak kuat sempat (mengatakan) ‘Bu, ikut duduk ya’, itu di samping aku, karena mereka nggak tahan nahan pipis. Berdiri aja susah. Kalau mereka mau pipis itu harus tunggu lepas dulu APD-nya, tunggu apusan dulu” jelasnya.

“Mau ngelap keringet juga susah, mereka kan pakai kacamata APD itu ya, tapi tangannya juga udah pegang ini itu ya nggak bisa ngelap. Keringet ngalir itu nggak bisa dilap, jadi kena ke mata, matanya perih” ujar Tutut.

Baca juga: Tersisa 28 Persen Tempat Tidur Isolasi dan ICU bagi Pasien Covid-19 di Jakarta

Melihat kondisi para medis, Tutut akhirnya melakukan apapun yang bisa dia lakukan sedang dirawat agar tidak menambah beban tenaga medis.

Miris minim protokol kesehatan

Setelah sembuh dan keluar rumah sakit, Tutut mendapati beberapa kawannya yang tidak mematuhi protokol kesehatan, seperti berkerumun dan tidak pakai masker.

Tutut mengaku sangat prihatin melihat kondisi tersebut.

“Liat foto temen-temen status di WA, nggak pakai masker, berkerumun. Aku sampai nangis loh. Kok kayaknya ngeremehin banget. Tau nggak sih ini paramedis lagi pada kurang tenaga? (Mereka) nggak tau rasanya kena Covid tuh kayak gimana,” tandasnya.

Ia mengaku bingung bagaimana caranya menyadarkan orang-orang yang masih mengabaikan protokol kesehatan di tengah kasus Covid-19 yang terus melonjak.

“Aku tuh desperate, gimana caranya buat ngasih tau orang ini. Ngeremehin banget!” ujar Tutut.

Tak ingin kena Covid-19 kedua kali, Tutut mengaku kini lebih waspada. Ia mengaku lebih disiplin menerapkan protokol kesehatan.

“Aku jadi lebih parno juga, di rumah sekarang aku tetap pake masker. Aku kan di rumah berdua anakku. Emang swab udah negatif, tapi kan jadi lebih parno setelah udah kena langsung tuh,” jelasnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat Sejak Lebaran

Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat Sejak Lebaran

Megapolitan
Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Megapolitan
Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Megapolitan
Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Megapolitan
Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Megapolitan
Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Megapolitan
Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Megapolitan
Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Megapolitan
Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Megapolitan
Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Megapolitan
Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal 'Fogging' buat Atasi DBD di Jakarta

Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal "Fogging" buat Atasi DBD di Jakarta

Megapolitan
April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com