TANGERANG, KOMPAS.com - Lie A Min, pengusaha furnitur di Kecamatan Benda, Kota Tangerang, terpaksa mengubah produksi pabriknya di tengah pandemi Covid-19.
Pesanan yang masuk ke pabrik furnitur Funisia Perkasa berbeda dari biasanya, yakni peti mati untuk korban virus Corona.
Semakin lama, pesanan semakin banyak di tengah melonjaknya kasus Covid-19 di Indonesia.
Pria yang akrab disapa Amin ini mengaku awalnya mulai membuat peti mati ketika salah seorang koleganya meminta dia untuk membuat satu peti mati 20 tahun lalu.
Baca juga: Cerita Penyintas Covid-19: Dirawat 3 Hari di Kursi IGD karena Kamar Penuh
Setelah itu, Amin menerima pesanan pembuatan peti mati. Namun, ia enggan memproduksi dalam jumlah banyak.
"Karena berdekatan dengan kematian, jadi saya kurang berminat," kata dia saat dihubungi Kompas.com, Rabu (7/10/2020).
Namun, pandangannya soal kematian berubah ketika mertuanya dan iparnya meninggal karena Covid-19.
"Padahal, mertua saya itu satu bulan sebelum meninggal masih makan siang dengan saya," kenang Amin.
Peristiwa duka itu membuat rasa simpati Amin terhadap korban Covid-19. Dia akhirnya menjalin kerja sama dengan beberapa rumah sakit di Jabodetabek hingga luar Pulau Jawa.
Sejak awal pandemi Covid-19 pada Maret lalu, pabrik Amin setidaknya sudah mengirimkan lebih dari 2.000 peti mati ke seluruh Indonesia.
"Sebagian besar memang masih wilayah Jabodetabek, tapi saya kirim sampai ke Ambon, Papua sana. Kasihan yang di sana, permintaan semakin tinggi," kata pria yang sudah 27 tahun bergelut di dunia furnitur.
Penghormatan terakhir
Amin mengatakan, keuntungan dari hasil menjual peti mati lebih rendah dibanding memproduksi furnitur.
Baca juga: Cerita Istri Sebulan Merawat Suami yang Positif Covid-19 Tanpa Ikut Tertular...
Satu peti mati untuk pasien Covid-19 dijual dengan harga kurang dari Rp 1 juta.
Meski demikian, ia merasa langkahnya itu "sebagai penghormatan terakhir" bagi pasien Covid-19 yang sudah meninggal.
"Itu kenapa sebenarnya kalau saya mau cari untung, saya jual furnitur saja. Tapi ini untuk penghormatan terakhir mereka," kata Amin.
Dia berharap, semuanya kembali normal seperti sedia kala. Menghitung jumlah pengiriman peti mati membuatnya resah.
"Saya minta kepada masyarakat, jangan kumpul-kumpul, kita semua ingin ini kembali normal juga. Tolong bantu Indonesia," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.