Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kala Karyawan Restoran Ternama Jual Makanan di Pinggir Jalan hingga Berhadapan dengan Satpol PP

Kompas.com - 07/10/2020, 21:29 WIB
Rosiana Haryanti,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 memukul hampir semua sektor usaha di Indonesia. Sektor jasa, terutama yang bergerak di industri makanan dan minuman, pun mengalami penurunan omzet.

Para pelaku usaha juga harus memutar otak dan mengubah strategi penjualan. Banyak di antaranya yang berusaha bertahan dengan melakukan strategi jemput bola ke pelanggan.

Hal ini diketahui dari beragam unggahan di media sosial mengenai karyawan restoran yang harus bertugas menawarkan makanan yang diproduksi, bahkan hingga di pinggir jalan.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Krisnandi mengatakan, strategi tersebut dilakukan karena keadaan yang memaksa.

Baca juga: Pemprov DKI Tutup 72 Unit Usaha karena Langgar PSBB, Mayoritas Restoran

Seperti diketahui, pelanggan yang datang ke restoran mulai berkurang. Krisnandi menyatakan, restoran juga sudah kehabisan akal untuk menjual makanan.

Menurut dia, jika tidak ada pembeli yang datang ke restoran, strategi yang dilakukan adalah mendatangi pelanggan.

Strategi bertahan ini dilakukan juga oleh jaringan restoran ternama di Indonesia.

Salah satu pekerjanya, Ifan Dondy (18), menceritakan bahwa pandemi memberikan dampak, khususnya di sektor usaha makanan. Outlet tempatnya bekerja mengalami penurunan omzet.

Menurut dia, semua karyawan mendapatkan bagian untuk menjual makanan secara langsung ke konsumen.

Berbekal banner dan motor dari perusahaan, Ifan mendatangi pusat-pusat keramaian.
Tugas ini membuat jam kerjanya tidak menentu.

Apabila jatah makanan yang ia bawa bisa habis dalam sekejap, Irfan bisa langsung pulang. Namun, jika makanan yang ia bawa tak langsung terjual maka dia harus menunggu hingga malam.

Baca juga: Wali Kota Bekasi Revisi Maklumat, Restoran Diizinkan Take Away dan Drive Thru di Atas Pukul 18.00 WIB

"Kebijakannya sehari kami harus keluar. Kalau pizanya sudah enggak terlalu dingin, maksimal jam 22.00. Habis enggak habis, kami bawa pulang," ucap Ifan kepada Kompas.com, Rabu (7/10/2020).

Banyak suka duka yang ia alami selama menjual makanan dengan sistem jemput bola seperti ini.

Ifan mengatakan, pada awalnya dia merupakan karyawan yang bekerja di bagian pengantaran makanan ke pelanggan.

Namun, selama pandemi, tugasnya bertambah dengan menjual piza langsung di pinggir jalan kepada pelanggan. Semua karyawan, kata Ifan, mendapatkan bagian untuk menjual langsung makanan yang diproduksi.

Jika dia mendapatkan sif pertama maka pada pagi harinya Ifan bertugas menyebarkan flyer ataupun brosur selama 30 menit. Setelah itu, pada pukul 11.00-12.00, dia mulai berangkat untuk menjual makanan.

"Saya bagian delivery, masuknya jam 09.00, dagangnya jam 13.00. Karena outlet saya ramai, banyak antrean, makanya didaganginnya jam 13.00-an," tutur dia.

Baca juga: Dampak Pandemi Covid-19, Pemerintah Akui Daya Beli Masyarakat Melemah

Selain kedua sif tadi, Ifan mengatakan, outlet tempatnya bekerja juga mempekerjakan karyawan yang bertugas di bagian dapur untuk menjajakan makanan. Mereka, sebut Ifan, bertugas menjajakan makanan pada sif ketiga.

"Kalau pulangnya enggak tentu. Kalau enggak habis, kami sampai malam jam 22.00. Kalau habis jam 16.00, kami balik lagi ke outlet, kami nambah lagi," tutur dia.

Dalam sehari, Ifan bisa membawa puluhan pack makanan. Ifan harus berusaha menjual habis makanan yang dibawa.

Sebab, jika tidak maka ia harus membawa pulang untuk dimakan di rumah. Namun, jika jumlahnya besar, dia biasa membaginya dengan karyawan lain.

Hal ini dilakukan karena, menurut ketentuan perusahaan, makanan yang diproduksi hari itu harus dihabiskan.

"Dari pihak outlet enggak nyuruh habis banget, tapi diusahakan dihabiskan," tutur Ifan.

Ketentuan lainnya adalah, makanan tersebut tidak boleh dijual kembali pada keesokan harinya. Ini karena menurut ketentuan perusahaan, yaitu makanan yang dijual harus yang dimasak pada hari itu juga. 

Ifan menuturkan, saat sepi pelanggan, dia bisa membawa pulang beberapa pack piza.

"Kalau kadang enggak habis, kadang bingung, ini gimana cara ngehabisinnya? Kalau enggak habis, biasanya juga dibagiin rata, dibawa pulang. Misal karyawan 5 sisa 20, trus dibagi rata. Pernah saya bawa 72 packs, sisa 21 packs. Akhirnya dibagi," kata Ifan.

Ifan juga sering berpindah lokasi, tergantung keramaian. Dalam sehari, dia bisa dua kali pindah lokasi.

Saat siang hingga sore, Ifan bisa menggelar lapaknya di Stasiun Tanah Abang. Lalu menjelang maghrib, dia berpindah ke Kebon Melati.

Hampir setiap hari Ifan juga kerap mendapatkan teguran dari Satpol PP.

"Ada Satpol PP, kami harus berhenti dulu dagangnya," ucap dia.

Tak hanya itu, dia juga kerap mendapatkan kesulitan untuk memberikan uang kembalian. Banyak pelanggan yang membayar dengan jumlah uang yang terlampau besar.

Untuk itu, dia harus mencari kembalian ke tempat lain agar tidak mengecewakan pelanggan.

Ifan berharap pandemi segera berlalu. Dengan demikian, dia dan karyawan restoran lainnya dapat bekerja dengan normal kembali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sopir Truk Biang Kerok Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama Ternyata Masih di Bawah Umur

Sopir Truk Biang Kerok Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama Ternyata Masih di Bawah Umur

Megapolitan
Senangnya Alif Ikut Pesantren Kilat di Kapal Perang, Bisa Lihat 'Sunset'

Senangnya Alif Ikut Pesantren Kilat di Kapal Perang, Bisa Lihat "Sunset"

Megapolitan
Tersangka Kecelakaan Beruntun di GT Halim Temperamental, Polisi Minta Bantuan KPAI dan Psikolog

Tersangka Kecelakaan Beruntun di GT Halim Temperamental, Polisi Minta Bantuan KPAI dan Psikolog

Megapolitan
Keluarga Pelaku Penyebab Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama Telah Dihubungi Polisi untuk Pendampingan

Keluarga Pelaku Penyebab Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama Telah Dihubungi Polisi untuk Pendampingan

Megapolitan
Dibawa Kabur dari Setiabudi, Mobil Patroli Polisi Ditemukan di Kemayoran

Dibawa Kabur dari Setiabudi, Mobil Patroli Polisi Ditemukan di Kemayoran

Megapolitan
Menilik Padi Apung Waduk Elok Cakung, Solusi untuk Sawah Kebanjiran

Menilik Padi Apung Waduk Elok Cakung, Solusi untuk Sawah Kebanjiran

Megapolitan
Sopirnya di Bawah Umur, Pemilik Truk Penyebab Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama Bakal Diperiksa Polisi

Sopirnya di Bawah Umur, Pemilik Truk Penyebab Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama Bakal Diperiksa Polisi

Megapolitan
Polisi Belum Tahan Sopir Truk Penyebab Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama

Polisi Belum Tahan Sopir Truk Penyebab Kecelakaan Beruntun di GT Halim Utama

Megapolitan
Mobil Patroli Polisi di Jakarta Selatan Dibawa Kabur Jambret yang Sedang Diamankan

Mobil Patroli Polisi di Jakarta Selatan Dibawa Kabur Jambret yang Sedang Diamankan

Megapolitan
Polisi Masih Dalami Motif Oknum Sopir Grab Culik dan Peras Penumpang

Polisi Masih Dalami Motif Oknum Sopir Grab Culik dan Peras Penumpang

Megapolitan
Momen Peserta Sanlat Ekspresi Baznas Diminta “Push Up” Karena Ketiduran saat Ada Seminar

Momen Peserta Sanlat Ekspresi Baznas Diminta “Push Up” Karena Ketiduran saat Ada Seminar

Megapolitan
Polisi Amankan 1 Mobil sebagai Barang Bukti Kasus Pemerasan yang Dilakukan Sopir Grab

Polisi Amankan 1 Mobil sebagai Barang Bukti Kasus Pemerasan yang Dilakukan Sopir Grab

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Tangerang Hari Ini, 29 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Tangerang Hari Ini, 29 Maret 2024

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Depok Hari Ini, Jumat 29 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Depok Hari Ini, Jumat 29 Maret 2024

Megapolitan
Seorang Ibu Diduga Menipu, Jual Cerita Anak Sakit lalu Minta Uang Rp 300.000

Seorang Ibu Diduga Menipu, Jual Cerita Anak Sakit lalu Minta Uang Rp 300.000

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com