Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kronologi Bentrokan 9 Jam di Jakarta, Massa Anarkistis Merusak Ibu Kota

Kompas.com - 09/10/2020, 07:28 WIB
Rindi Nuris Velarosdela,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengesahan Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja oleh DPR dan pemerintah dalam rapat paripurna di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat pada Senin (5/10/2020), menuai protes sejumlah pihak, salah satunya kelompok buruh.

Kalangan buruh dan mahasiswa merespons UU Cipta Karya tersebut dengan menggelar aksi demo hingga mogok kerja.

Mereka mendesak UU Cipta Karya dibatalkan. Salah satunya dengan menerbitkan Perppu.

Demo terjadi di sejumlah kota di Indonesia, salah satunya DKI Jakarta sejak Rabu (7/10/2020) hingga Kamis (8/10/2020).

Untuk wilayah Jakarta, demo terpusat di dua tempat, yakni di sekitar Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat; dan Istana Merdeka, Jakarta Pusat.

Kepolisian mencoba mediasi dengan kaum buruh dan mahasiswa untuk membatalkan aksi karena Indonesia masih berada dalam situasi pandemi Covid-19.

Kerumunan massa dikhawatirkan memunculkan klaster baru Covid-19.

Aksi demo berlangsung damai pada Rabu. Namun, kondisi berbeda terjadi pada Kamis.

Aksi berlangsung anarkistis hingga terjadi perusakan sejumlah fasilitas publik. Berikut rangkuman Kompas.com bagaimana kronologi aksi demo di Jakarta pada Kamis.

Pukul 10.00 - 12.00 WIB

Polda Metro Jaya menggelar operasi untuk mengamankan massa yang hendak menggelar aksi demo.

Hingga pukul 12.30 WIB, polisi mengamankan sekitar 200 pemuda yang hendak menggelar aksi demo. Mereka berasal dari Jakarta, Serang, Tangerang, Bogor, dan Bandung.

Menurut Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus, sejumlah orang yang diamankan diduga masuk kelompok Anarko. Mereka ingin membuat kerusuhan di tengah aksi unjuk rasa.

Berdasarkan hasil pemeriksaan ponsel, mereka umumnya mendapatkan pesan singkat ajakan untuk menggelar aksi unjuk rasa.

Polisi terus melakukan penyekatan di sejumlah titik di perbatasan Jakarta dan kota-kota penyangga untuk menghalang pergerakan massa.

Namun, gelombang massa terus berdatangan hingga memenuhi kawasan Kompleks Senayan dan Simpang Harmoni yang berdekatan dengan Istana Negara.

Suasana bentrok antara Pelajar dan Polisi di Kawasan Harmoni, Jakarta Pusat, Kamis (8/10/2020)KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Suasana bentrok antara Pelajar dan Polisi di Kawasan Harmoni, Jakarta Pusat, Kamis (8/10/2020)

Pukul 12.30 - 13.00 WIB

Massa mulai berdatangan ke Simpang Harmoni dan mencoba mengarah ke Istana Negara. Polisi bersama TNI menghadang mereka untuk mendekat ke kompleks Istana Kepresidenan.

"Kita geruduk Istana Presiden yang dibangun dengan perjuangan rakyat," tutur salah satu orator.

Aksi penyampaian pendapat belum berlangsung karena masih terjadi adu argumen antara massa dan Kepolisian.

Menghadapi situasi tersebut, Kasat Lantas Polres Metro Jakarta Pusat Kompol Lilik Sumardi mengimbau pengguna jalan agar tidak melintas di Simpang Harmoni.

Kepolisian memberlakukan pengalihan arus lalu lintas.

Pukul 13.30 - 13.50 WIB

Massa masih mencoba memaksa polisi membuka barikade agar mereka bisa mendekat ke kompleks Istana Kepresidenan.

"Buka, buka, buka pintunya, buka pintunya sekarang juga," kata massa yang tertahan.

Perwakilan massa tampak bernegosiasi dengan polisi agar diizinkan lewat sehingga mereka bisa menyampaikan aspirasi di depan Istana.

"Kita heningkan suasana, kita berdoa, kita mau negoisasi dengan Kapolres. Mari berdoa kepada Allah Yang Maha Kuasa agar kita diperbolehkan," kata salah satu orator.

Pukul 14.30 - 15.00 WIB

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gugatan PDI-P terhadap KPU di PTUN Berlanjut, Sidang Akan Digelar 2 Mei 2024

Gugatan PDI-P terhadap KPU di PTUN Berlanjut, Sidang Akan Digelar 2 Mei 2024

Megapolitan
ODGJ yang Serang Kakaknya di Cengkareng Pakai 'Cutter' juga Lukai Warga Rusun

ODGJ yang Serang Kakaknya di Cengkareng Pakai "Cutter" juga Lukai Warga Rusun

Megapolitan
Ini Tata Cara Lapor Domisili agar NIK Tidak Dinonaktifkan

Ini Tata Cara Lapor Domisili agar NIK Tidak Dinonaktifkan

Megapolitan
Kunjungi Posko Pengaduan Penonaktifan NIK di Petamburan, Warga: Semoga Tidak Molor

Kunjungi Posko Pengaduan Penonaktifan NIK di Petamburan, Warga: Semoga Tidak Molor

Megapolitan
Penyesalan Kekasih Wanita Hamil yang Tewas di Kelapa Gading, Minta Maaf Tinggalkan Korban Saat Tengah Pendarahan

Penyesalan Kekasih Wanita Hamil yang Tewas di Kelapa Gading, Minta Maaf Tinggalkan Korban Saat Tengah Pendarahan

Megapolitan
Seorang Pria Peluk Paksa Gibran yang Sedang Berkunjung di Rusun Muara Jakarta Utara

Seorang Pria Peluk Paksa Gibran yang Sedang Berkunjung di Rusun Muara Jakarta Utara

Megapolitan
Warga Bekasi Jadi Korban Pecah Kaca Mobil Saat Sedang Makan Soto di Kemang Pratama

Warga Bekasi Jadi Korban Pecah Kaca Mobil Saat Sedang Makan Soto di Kemang Pratama

Megapolitan
Gibran Janji Dorong Pemerataan Pembangunan di Seluruh Indonesia

Gibran Janji Dorong Pemerataan Pembangunan di Seluruh Indonesia

Megapolitan
Kondisi Rumah Galihloss Mendadak Sepi Setelah Dugaan Penistaan Agama Mencuat, Tetangga: Mereka Sudah Pergi

Kondisi Rumah Galihloss Mendadak Sepi Setelah Dugaan Penistaan Agama Mencuat, Tetangga: Mereka Sudah Pergi

Megapolitan
Polisi Temukan 'Tisu Magic' dan Lintah Papua di Kamar Kos Perempuan yang Tewas di Pulau Pari

Polisi Temukan "Tisu Magic" dan Lintah Papua di Kamar Kos Perempuan yang Tewas di Pulau Pari

Megapolitan
Video Pencurian Mesin 'Cup Sealer' di Depok Viral di Media Sosial

Video Pencurian Mesin "Cup Sealer" di Depok Viral di Media Sosial

Megapolitan
Posko Aduan Penonaktifan NIK di Petamburan Beri Sosialisasi Warga

Posko Aduan Penonaktifan NIK di Petamburan Beri Sosialisasi Warga

Megapolitan
Ketua RW Syok Galihloss Ditangkap Polisi Terkait Kasus Penistaan Agama

Ketua RW Syok Galihloss Ditangkap Polisi Terkait Kasus Penistaan Agama

Megapolitan
Selain Sepi Pembeli, Alasan Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Pepaya karena Pasokan Berlimpah

Selain Sepi Pembeli, Alasan Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Pepaya karena Pasokan Berlimpah

Megapolitan
SDA DKI Bangun 5 Polder Baru dan Revitalisasi 2 Pompa 'Stasioner' untuk Tanggulangi Banjir

SDA DKI Bangun 5 Polder Baru dan Revitalisasi 2 Pompa "Stasioner" untuk Tanggulangi Banjir

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com