JAKARTA, KOMPAS.com - Kawasan Kwitang, Senen, Jakarta Pusat dipenuhi massa pedemo pada Selasa (13/10/2020) malam.
Sebuah video yang viral di media sosial memperlihatkan warga Kwitang yang terkena tembakan gas air mata.
Lurah Kwitang, Rasimun mengatakan, kejadian itu berawal saat demonstran dari Tugu Tani mulai merangsek masuk ke permukiman warga.
Ini adalah video bebwrapa jam yang lalu di kwitang,bener bener di hujani gas air mata oleh aparat,warga setempat yang tidak ikut demopun ikut terkena imambasnya ,anak bayi pun banyak yang trauma akibat ulah aparat ini - #kwitang pic.twitter.com/u0HyYHfN9W
— Aryara (@Aryaraa01) October 13, 2020
Area Kwitang, sebut Rasimun, memang dekat dengan Tugu Tani. Sehingga, pedemo lari dan masuk ke permukiman warga.
Tak hanya itu, massa juga berlari ke arah Masjid Al Riyadh dan Islamic Center yang berada di area permukiman.
Saat pengejaran berlangsung, banyak warga yang keluar rumah untuk menyaksikan kejadian itu.
Ketika massa tak terkendali, polisi kemudian menembakkan gas air mata. Warga yang masih berada di luar rumah pun terkena asap dari gas air mata yang ditembakkan.
"Warga kalau polisi ramai kan tetap penasaran. Jadi bercampur dengan warga, otomatis warga ada yang kena air mata juga," kata Rasimun saat dikonfirmasi, Rabu (14/10/2020).
Baca juga: Pemukiman di Kwitang Jadi Sasaran Tembak Gas Air Mata, Ini Penjelasan Polisi dan Lurah
Setelah itu, Rasimun berusaha untuk membujuk agar warga kembali ke dalam rumah. Dia bersama dengan berbagai perangkat wilayah, seperti Babinsa, RT, RW dan dibantu oleh Satpol PP serta Kepolisian segera melakukan penyisiran.
Massa yang bukan merupakan warga Kwitang diperintahkan untuk meninggalkan permukiman.
Sementara warga yang merupakan penduduk Kwitang diperintahkan agar masuk ke dalam rumah.
"Ada penyortiran dari pihak kami, dengan bantuan RT, RW. Tanpa pendekatan dengan RT dan RW, kami enggak bakal bisa hapal. Dengan keterlibatan mereka, kesigapan mereka, akhirnya berangsur-angsur makin malam semakin kondusif," ujar dia.
Kejadian itu berlangsung pada malam hari, sekitar pukul 21.00-22.00 WIB. Ketika suasana mulai kondusif, Petugas PPSU dan perangkat wilayah mulai membersihkan sisa-sisa keramaian.
Aksi penolakan omnibus law Undang-Undang Cipta Kerja yang disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) kembali bergulir.
Gelombang unjuk rasa kembali digelar kedua kalinya pada Selasa kemarin di sejumlah titik Jakarta Pusat, yakni Patung Arjuna Wiwaha (Patung Kuda), Harmoni, dan Istana Negara.
Unjuk rasa tersebut dilakukan oleh Persatuan Alumni (PA) 212 dan beberapa ormas lainnya. Bentrokan dengan petugas gabungan TNI-Polri yang mengawal jalannya aksi demonstrasi pun tak terhindarkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.