Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aparat Brutal Tangani Demonstrasi, PP Muhammadiyah: Polri Bukan Alat Kekuasaan!

Kompas.com - 15/10/2020, 06:20 WIB
Vitorio Mantalean,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

"Jika PP Muhammadiyah melakukan langkah hukum, kerangkanya sangat luas, untuk kepentingan luas," katanya.

"Koreksi terhadap kebrutalan oleh negara, kerusuhan oleh negara yang menjadi pusat atau sumber kerusuhan itu," tutul Busyro.

Riwayat kebrutalan aparat

Kebrutalan aparat sebagai pemegang senjata dalam menghadapi rakyat bukan baru kemarin terjadi.

Pada tahun 2019 pun, parade gagah-gagahan Korps Bhayangkara sudah berlangsung dalam berbagai momen.

"Kejadian seperti kemarin itu kan juga pernah terjadi berkali-kali dalam tindakan-tindakan sejumlah aparat Polri di seluruh Indonesia ketika mengatasi demonstrasi," ucap Busyro.

Catatan Kompas.com sepanjang 2019, sedikitnya ada empat insiden besar yang menjadi bukti bahwa kekerasan polisi masih menjadi budaya laten dalam aneka kesempatan.

Pada Kerusuhan 21-22 Mei 2019, sedikitnya sembilan orang dilaporkan tewas, beberapa di antaranya terkonfirmasi ditembak peluru tajam.

Baca juga: Kontras Ungkap 7 Bentuk Kekerasan Polisi di Demo UU Cipta Kerja di Surabaya

Itu belum menghitung deretan kekerasan terhadap jurnalis, pengeroyokan anggota Brimob terhadap seorang warga, dan sulitnya pendampingan hukum bagi mereka yang dituduh provokator.

Kekerasan terhadap Orang Asli Papua juga terus terjadi. Bahkan, di Pulau Jawa yang akses informasi begitu terbuka, aparat merepresi dan menembakkan gas air mata ke dalam asrama mahasiswa Papua di Surabaya, Agustus tahun lalu.

Masih di 2019, dua orang mahasiswa Universitas Halu Oleo, Immawan Randi dan Yusuf Kardawi gugur dengan luka tembak peluru tajam serta luka parah di kepala, ketika unjuk rasa tolak RKUHP di Kendari, Sulawesi Tenggara.

Desember 2019, polisi juga menjadi aktor dalam pemukulan warga dalam kerusuhan penggusuran Tamansari, Bandung, Jawa Barat.

Minta polisi ungkap kurikulum pendidikan

Parade kekerasan oleh aparat Polri menyiratkan rasa penasaran pada Busyro cs mengenai muatan kurikulum Polri.

Busyro cs mengaku sempat mengusulkan agar Polri buka-bukaan soal kurikulum mereka.

"Kami sudah lama melakukan kajian ini. Salah satu hasil kajian itu dulu pernah kami sampaikan di depan Kapolri juga, sudah saatnya kurikulum pendidikan di Polri itu dibuka ke publik," ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Megapolitan
Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Megapolitan
Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Megapolitan
Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Megapolitan
Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Megapolitan
Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Megapolitan
Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Megapolitan
Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Megapolitan
Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Megapolitan
Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Megapolitan
Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Megapolitan
Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal 'Fogging' buat Atasi DBD di Jakarta

Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal "Fogging" buat Atasi DBD di Jakarta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com