"Nihil untuk kampanye pertemuan dalam jaringan (daring)," ujar Andriansyah, Koordinator Divisi Hukum, Data Informasi, dan Humas Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kota Depok melalui keterangan tertulis, Jumat (16/10/2020).
"Dari 217 kegiatan kampanye, metode pertemuan tatap muka dan dialog masih mendominasi dengan persentase sebesar 84 persen," lanjut dia.
Baca juga: 7.000-an Pemilih Tetap di Pilkada Depok Belum Rekam Data E-KTP
Selain pertemuan tatap muka dan dialog, sebanyak 9 persen kegiatan kampanye Pilkada Depok dalam 10 hari terakhir merupakan pertemuan terbatas.
Lalu, 7 persen sisanya, adalah penyebaran bahan kampanye dari pintu ke pintu, mulai dari kalender, goodybag, hingga bros dan korek api.
Tampak jelas, kampanye secara langsung memang masih diminati oleh para kandidat, sehingga kampanye daring yang lebih aman secara kesehatan malah ditinggalkan.
Akan tetapi, kampanye secara langsung itu justru tak diimbangi dengan tanggung jawab menerapkan protokol kesehatan.
Baca juga: Janji Pasangan Calon dan Pelanggaran Protokol Kesehatan Saat Kampanye Pilkada Depok
Bawaslu Kota Depok menemukan, pelanggaran protokol kesehatan dalam kampanye tatap muka meningkat hampir 100 persen dalam periode 10 hari kedua.
"Bawaslu Kota Depok mendapati 15 pelanggaran terhadap kepatuhan standar protokol kesehatan Covid-19. Peserta lebih dari 50 orang, peserta tidak menjaga jarak, dan kegiatan pada malam hari," kata Andriansyah, Koordinator Divisi Hukum, Data Informasi, dan Humas Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kota Depok melalui keterangan tertulis, Jumat (16/10/2020).
"Dalam salah satu kegiatan yang melanggar protokol kesehatan didapati pula anak kecil yang disertakan dalam kegiatan kampanye," sebutnya, juga tak mau menyebut siapa kandidat yang melakukan pelanggaran dan berapa kali melanggar protokol kesehatan itu.
Semakin banyaknya pelanggaran protokol kesehatan di saat makin masifnya kampanye tatap muka dikhawatirkan bakal menimbulkan klaster baru Covid-19.
Namun, Andriansyah mengatakan, hingga sekarang pihaknya belum menerima laporan dari gugus tugas setempat, berapa orang yang sudah tertular virus corona dari kegiatan kampanye.
"Gugus Tugas Penanganan Covid-19 di Kota Depok hingga kini belum memberikan rilis data terkait hasil tracing terhadap asal-muasal penambahan kasus pasien
positif tersebut, apakah yang terpapar merupakan mereka yang ikut serta dalam kegiatan tatap muka atau dialog pada tahapan kampanye," ujar dia.
Fenomena tak larisnya metode kampanye online pada gilirannya meruntuhkan klaim yang dilontarkan para kandidat.
Sebelumnya, kedua kandidat baik secara langsung maupun melalui tim pemenangan, menyatakan kesiapannya menggenjot kampanye online guna mengurangi potensi penularan virus corona dari kampanye tatap muka.
Kandidat nomor urut 1, Pradi Supriatna misalnya, mengaku sudah mengantongi rencana untuk menggenjot aktivitas kampanye via media online karena situasi pandemi Covid-19.
Baca juga: KPU Tetapkan DPT di Pilkada Depok 1.229.362 Pemilih
"Kami menggunakan media-media seperti Facebook, YouTube, memberikan cerita-cerita tentang visi-misi kami, kondisi kami," kata Pradi dikutip dari acara Sapa Indonesia Kompas TV, Minggu (27/9/2020).
Pradi dengan usungan oleh koalisi gemuk yang menguasai lebih dari 65 kursi di parlemen mengaku, timnya sudah siap untuk melakukan kampanye online secara masif di Pilkada Depok.