Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat Sebut Guru Intoleran di SMA Jaktim Kurang Kompeten dan Tak Tahan Kritik

Kompas.com - 27/10/2020, 13:04 WIB
Walda Marison,
Irfan Maullana

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Koordinator Perhimpunan untuk Pendidikan dan Guru (P2G), Satriwan Salim menilai guru SMA negeri di Jakarta Timur yang bertindak rasis tidak memiliki kompetensi sebagai pengajar.

Penilaian ini berkait dengan TS, yang dikenal sebagai guru mata pelajaran pendidikan agama dan budi pekerti. Dia diketahui melarang murid-muridnya untuk tidak memilih ketua OSIS non-Muslim.

Satriawan menilai, siswa seharusnya diberi ruang dan perlindungan untuk mengkritik sikap guru yang seperti demikian.

"Saya pikir itu narasi-narasi yang muncul karena gurunya tak memiliki kompetensi dan siswanya juga mungkin belum diberikan ruang untuk menyampaikan pendapat secara terbuka," kata dia saat dihubungi, Selasa (27/10/2020).

Menurut dia, jika siswa diberikan ruang bebas untuk mengkritik, maka potensi guru untuk mengembangkan pemikiran intoleran dapat diredam.

Baca juga: Viral Percakapan Rasial Guru SMA di Jaktim, Disdik Diminta Data Pengajar Intoleran

Pihak sekolah juga bisa mencatat kritik siswa untuk melakukan pembinaan kepada guru-guru yang dianggap tak layak.

Namun, lanjut Satriwan, karena ruang tersebut kurang dibuka oleh pihak sekolah, akhirnya siswa lebih memilih jalur sosial media untuk menyampaikan kritik tersebut.

"Nah saya melihat guru-guru seperti ini adalah guru-guru yang tidak tahan kritik. Karena siswa tak diberi ruang mengkritik jadi menjadikan media sosial sebagai tempat untuk mengeluarkan unek-unek yang terjadi di sekolah," kata dia.

Satriwan berharap peristiwa ini bisa jadi pelajaran bagi setiap sekolah untuk memberikan ruang untuk murid dalam menyampaikan pendapat.

Baca juga: Prihatin Ulah Rasial Guru SMA, Kasudin Pendidikan Jaktim: Tak Boleh Terjadi Lagi

Sebelumnya, tengah viral di media sosial foto percakapan WhatsApp grup di mana TS mengimbau murid-muridnya tidak memilih calon ketua OSIS non-Muslim.

"Assalamualaikum…hati2 memilih ketua OSIS Paslon 1 dan 2 Calon non Islam…jd ttp walau bagaimana kita mayoritas hrs punya ketua yg se Aqidah dgn kita.”

Mohon doa dan dukungannya utk Paslon 3.”

Awas Rohis jgn ada yg jd pengkhianat ya,” demikian pesan dalam grup tersebut.

Baca juga: Imbauan Berbau SARA Seorang Guru SMA Negeri di Jakarta

Setelah percakapan ini viral dan mengundang pandangan miring masyarakat di sosial media, Suku Dinas Pendidikan Jakarta Timur pun turun tangan.

Kasudin Pendidikan Wilayah II Jakarta Timur Gunas Mahdianto memastikan TS sudah diberikan pembinaan oleh kepala sekolah akibat peristiwa itu.

"Sudah diberikan pembinaan oleh kepala sekolah. Gurunya juga di-BAP, sudah dilaporkan ke dinas juga itu,” kata Gunas saat dihubungi, Senin (26/10/2020).

Selanjutnya pihak Dinas Pendidikan DKI Jakarta yang berhak memberikan sanksi.

Namun, untuk saat ini, Gunas belum bisa memastikan apakah TS saat ini masih aktif memberikan materi pembelajaran atau tidak.

“Kalau tentang itu saya belum konsultasi dengan kepala sekolah,” kata Gunas singkat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Megapolitan
Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Megapolitan
Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com