JAKARTA, KOMPAS.com - TS selaku guru SMA di Jakarta Timur yang melakukan tindakan rasial kepada murid lewat media sosial kini tengah menunggu hasil pemeriksaan Dinas Pendidikan DKI Jakarta.
TS yang berprofesi sebagai guru Pendidikan Agama dan Budi Pekerti ini diperiksa karena kedapatan mengajak murid-muridnya untuk tak memilih ketua OSIS non-Muslim. Belakangan, foto percakapan di grup WhatsApp itu pun viral di media sosial.
"Jadi sudah diproses dari tanggal 23 Oktober ya, dari proses tadi sudah dari BAP di Dinas masih dalam proses. Sanksi nanti tinggal menunggu keputusan Dinas," kata Dwi Arsono selaku kepala sekolah SMA tempat TS bekerja saat dihubungi, Selasa (27/10/2020).
Baca juga: Viral Percakapan Rasial Guru SMA di Jaktim, Disdik Diminta Data Pengajar Intoleran
Sambil menunggu sanksi, TS kini masih mengajar seperti biasa. Beberapa materi pembelajaran masih tetap dia berikan melalui daring.
"Yang bersangkutan masih mengajar. Ya kalau mengajar sebelum ada penggantinya kan siswa yang lain malah telantar, malah merugikan orang lain," kata Dwi.
Dwi mengaku TS beserta pihak sekolah akan menjalankan sanksi yang dijatuhi Dinas Pendidikan. Dia juga berharap peristiwa ini tak terjadi lagi di sekolahnya dan di semua lembaga pendidikan lain.
Dwi mengatakan, awal mula peristiwa itu ketika TS tengah memberikan materi melalui grup WhatsApp yang berisi murid-murid.
"Dia mengaku awalnya niatnya itu adalah menerapkan pelajaran agama Islam tentang kepemimpinan. Ini ada di silabus dan itu diperuntukkan untuk di-share kepada anggota (grup WhatsApp) rohis yang berjumlah 44 orang. Di-share secara khusus untuk rohis saja," kata Dwi.
Namun, entah kenapa, TS tiba-tiba mengeluarkan pernyataan ajakan tersebut di dalam grup.
Baca juga: Pengamat Sebut Guru Intoleran di SMA Jaktim Kurang Kompeten dan Tak Tahan Kritik
Salah satu anggota grup tersebut pun mengabadikan percakapan itu hingga berujung viral di media sosial.
Setelah diperiksa oleh sekolah dan Dinas Pendidikan DKI Jakarta, TS mengaku bersalah dan meminta maaf atas perbuatannya.
"Jadi yang perlu diketahui, itu tindakan pribadi perorangan, bukan tindakan sekolah," kata Dwi.
"Justru sekolah waktu sambutan saya menjelang pemilihan OSIS, saya sampaikan ini hari dijadikan ajang demokrasi yang sehat dan bermartabat," tambah dia.
Adapun kutipan pernyataan TS dalam grup Whatsapp tersebut adalah sebagai berikut:
"Assalamualaikum…hati2 memilih ketua OSIS Paslon 1 dan 2 Calon non Islam…jd ttp walau bagaimana kita mayoritas hrs punya ketua yg se Aqidah dgn kita.”
“Mohon doa dan dukungannya utk Paslon 3.”
“Awas Rohis jgn ada yg jd pengkhianat ya,” demikian pesan dalam grup tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.