JAKARTA, KOMPAS.com - Peristiwa banjir di Ciracas, Jakarta Timur yang terjadi akibat ambruknya dinding pabrik PT Khong Guan berbuntut panjang.
Warga menuntut ganti rugi kepada perusahaan tersebut. Namun, nilai ganti rugi sebesar Rp 350 juta yang diajukan warga ditawar setengahnya oleh pihak perusahaan.
Warga belum memberikan jawaban terhadap permintaan perusahaan. Salah seorang warga mengaku geram dengan PT Khong Guan karena peristiwa ambruknya dinding pabrik juga pernah terjadi pada 2012.
Baca juga: PT Khong Guan Tawar Setengah Nilai Ganti Rugi, Ini Respons Warga
Selain peristiwa perjuangan warga Ciracas terhadap PT Khong Guan, isu yan dibaca lainnya adalah soal kisah para penggali harian asal Brebes yang hidup luntang-lantung selama puluhan tahun di ibu kota.
Berikut empat berita populer Megapolitan Kompas.com sepanjang kemarin, Kamis (29/10/2020):
Pertemuan pertama antara manajamen PT Khong Guan dengan warga RW 08, Ciracas, Jakarta Timur, berakhir tanpa kesepakatan, Selasa (27/10/2020).
PT Khong Guan melakukan penawaran untuk membayar kisaran 50 persen dari total nilai kerugian Rp 350 juta yang diajukan warga. Hal tersebut dikatakan Lurah Ciracas, Rikia Marwan selaku pihak yang mengawasi jalannya pertemuan.
"Dengan tawar menawar manajemen kisaran 50 persen (dari total kerugian), masih tawar menawar," kata Rikia saat dihubungi, Selasa (27/10/2020).
Baca juga: Warga Korban Banjir Sebut PT Khong Guan Janjikan CSR dan Pekerjaan
Atas penawaran tersebut, warga berembuk kembali untuk memberikan jawaban kepada PT. Khong Guan. Dengan demikian, belum ada kesepakatan berapa nilai ganti rugi yang akan diterima warga.
Dalam rapat tersebut, lurah mengamati ada beberapa alasan mengapa PT Khong Guan meminta pengurangan nilai ganti rugi.
"Mereka bilang alasannya mereka lagi banyak alat yang rusak, tidak berproduksi ditambah situasi di tengah Covid-19. Kita tetap kembalikan lagi ke hasil rembuk warga," kata dia.
Rikia memastikan akan ada pertemuan selanjutnya guna memastikan jawaban warga atas penawaran tersebut.
Baca selengkapnya di sini.
abu (28/10/2020) siang, Wari (55) duduk di pinggir selokan Jalan Adhyaksa Raya, Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta pada . Sebuah cangkul, karung, pikul, belencong, dan pengki bambu milik Wari tergeletak di depannya.
Sesekali Wari memilin rokok kretek lalu menghisap rokok dan mengepulkan asapnya ke udara. Deru knalpot yang wara-wiri di depannya menjadi teman sehari-sehari Wari di bawah rerimbunan pohon.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.