Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PR Pelacakan Kontak di Tengah Tes Covid-19 yang Masif di Jakarta...

Kompas.com - 05/11/2020, 06:33 WIB
Ihsanuddin,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus berupaya meningkatkan pelacakan kontak terhadap kasus Covid-19. Upaya ini salah satunya dilakukan dengan merekrut tenaga pelacak kontak.

Ada 1.545 pelacak kontak yang akan direkrut. Syarat minimal untuk mendaftar posisi ini adalah lulusan DIII bidang kesehatan.

Selain itu, Pemprov DKI juga akan merekrut 10 orang untuk posisi manajer data dengan syarat minimal S-2 bidang kesehatan.

Baca juga: Pemprov DKI Buka Lowongan 1.545 Pelacak Kontak Kasus Covid-19

Pendaftaran dilakukan secara online dan hanya berlangsung selama dua hari.

Rekrutmen ini diumumkan Dinas Kesehatan DKI Jakarta pada Selasa (2/11/2020) dan sudah ditutup Rabu (4/11/2020) malam pukul 23.59 WIB.

Pelacak kontak dan petugas data yang terpilih akan menjalankan tugas hingga akhir Desember 2020.

Relawan wajib hadir di puskesmas selama 8 jam kerja per hari. Insentif yang diberikan sebesar Rp 360.000 per hari.

Tenaga Profesional

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengemukakan, petugas yang akan direkrut bukan relawan, tetapi tenaga profesional. Sebab, statusnya adalah tenaga berbayar.

"Yang kami undang adalah pekerja untuk membantu tracing, bukan relawan. Mereka bekerja untuk pemerintah sebagai tenaga profesional, tapi kami undang secara sukarela, mereka mendaftar," ucap Anies, kemarin.

Dengan dibukanya lowongan itu, dia berharap rasio antara orang terpapar dan mereka yang dilacak dapat lebih meningkat.

Baca juga: Petugas Pelacak Kontak Diharapkan Bisa Tingkatkan Deteksi Kasus Covid-19

Hingga saat ini, Anies mengklaim rasio pelacakan kontak di DKI Jakarta adalah 1:8.

Itu artinya, pada satu kasus Covid-19, ada 8 orang terdekat yang dideteksi pernah berinteraksi.

"Kami perbanyak supaya rasio antara orang terpapar dan yang di-trace bisa lebih meningkat," ujar Anies.

Baca juga: UPDATE 4 November: 774 Kasus Baru di Jakarta, 8.472 Pasien Covid-19 Masih Dirawat

Adapun sampai Rabu kemarin, kasus Covid-19 di Jakarta bertambah 774 kasus.

Penambahan itu membuat total kasus Covid-19 di Ibu Kota menjadi 108.620 kasus.

Dari total kasus, 97.833 orang di antaranya sembuh, 8.472 pasien masih dirawat, dan 2.315 pasien meninggal dunia.

Arahan satgas pusat

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktavia Handayani mengatakan, rekrutmen relawan ini dilakukan sesuai dengan program Satgas Penanganan Covid-19 di tingkat pusat.

"Ini sebenarnya satgas pusat programnya untuk memprioritaskan di 51 kabupaten/kota. Untuk menguatkan tenaga pelacakan, termasuk DKI Jakarta," kata Dwi kepada Kompas.com, kemarin.

Berdasarkan arahan satgas pusat, Pemprov DKI kemudian mengumumkan rekrutmen di website resmi dan media sosial.

"Jadi cara kami mengumpulkan orang yang dibutuhkan dalam waktu singkat, supaya orang tahu soal kebutuhan ini, kami sampaikan informasinya di website," katanya.

Baca juga: Ini Alasan Pemprov DKI Buka Rekrutmen Relawan Covid-19

 

Dwi menegaskan bahwa perekrutan ini tak terkait langsung dengan antisipasi lonjakan kasus Covid-19 pascalibur panjang pada pekan lalu.

Meski demikian, ia juga mengakui tenaga tambahan ini memang dibutuhkan untuk mempercepat pelacakan kontak.

Dwi menyebut selama ini pelacakan kontak di Ibu Kota dilakukan oleh para petugas di puskesmas.

Baca juga: Pemprov DKI Jakarta Buka Rekrutmen Relawan Covid-19, Ini Informasi Lengkapnya

Selain itu, ada juga tenaga profesional kesehatan tambahan yang sudah dikontrak.

Namun, dengan rekrutmen baru ini diharapkan proses pelacakan kontak bisa dilakukan lebih maksimal.

"Tentu saja kami ingin meningkatkan kecepatan dan identifikasi kontak erat. Jadi kami coba maksimalkan (tambahan) tenaga SDM ini sekaligus mengikuti kebijakan satgas pusat," ujarnya.

Jauh dari standar WHO

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menilai pelacakan kontak di DKI Jakarta memang masih perlu ditingkatkan.

Sebab rasio pelacakan kontak 1:8 masih jauh dari standar Badan Kesehatan Dunia (WHO).

"Karena dari satu kasus kontak minimal 25 orang untuk bisa tercapai (standar WHO) itu," katanya.

Baca juga: Akankah Libur Panjang Kembali Berujung pada PSBB Jakarta?

Oleh karena itu, Dicky menilai langkah untuk menambah petugas pelacakan kontak sudah tepat.

Dengan penambahan petugas, maka pelacakan kontak bisa dilakukan lebih cepat dan agresif.

"Secara estimasi dari 100 kasus positif itu harusnya ada 2.500 kasus kontak yang teridentifikasi," sambung dia.

Ia mengingatkan bahwa pelacakan kontak ini sangat penting guna mengendalikan penyebaran Covid-19.

Dengan pelacakan kontak, maka pemerintah bisa segera melakukan testing sekaligus isolasi masyarakat yang terpapar virus SARS-CoV-2.

Baca juga: Kasus Covid-19 di Jakarta Cenderung Turun, Apakah Sudah Terkendali?

Terkait kapasitas testing, Dicky menilai DKI Jakarta sudah lebih baik ketimbang provinsi lain.

Dalam sepekan, Pemprov DKI bisa melakukan tes swab sampai lebih dari 50.000 orang.

Jumlah itu sudah lima kali lipat lebih besar dari standar WHO.

Namun ia juga mengingatkan, tanpa pelacakan kontak yang maksimal, maka bisa jadi hasil tes tersebut tak menggambarkan keadaan yang sebenarnya di masyarakat.

"Ini masih jadi PR panjang dan artinya (Covid-19 di Jakarta) belum terkendali," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Daftar Rute Transjakarta yang Terintegrasi dengan MRT

Daftar Rute Transjakarta yang Terintegrasi dengan MRT

Megapolitan
Seorang Pria Tanpa Identitas Tewas Tertabrak Mobil di Tengah Tol Dalam Kota

Seorang Pria Tanpa Identitas Tewas Tertabrak Mobil di Tengah Tol Dalam Kota

Megapolitan
Bakal Cagub Independen Mulai Konsultasi Pendaftaran ke KPU DKI, Salah Satunya Dharma Pongrekun

Bakal Cagub Independen Mulai Konsultasi Pendaftaran ke KPU DKI, Salah Satunya Dharma Pongrekun

Megapolitan
Kondisi Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Usai Disatroni Maling: Jendela dan Pintu Rusak serta Ada Jejak Kaki

Kondisi Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Usai Disatroni Maling: Jendela dan Pintu Rusak serta Ada Jejak Kaki

Megapolitan
Wanita di Jaksel Diduga Tenggak Cairan Pembersih Lantai Sebelum Gantung Diri Sambil Live Instagram

Wanita di Jaksel Diduga Tenggak Cairan Pembersih Lantai Sebelum Gantung Diri Sambil Live Instagram

Megapolitan
Diterpa Hujan, Atap Rumah Warga di Depok Ambruk

Diterpa Hujan, Atap Rumah Warga di Depok Ambruk

Megapolitan
Relawan: Dokumen yang Dibawa Maling di Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Bersifat Rahasia

Relawan: Dokumen yang Dibawa Maling di Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Bersifat Rahasia

Megapolitan
Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Kemalingan, TV, Alat Podcast dan Dokumen Penting Raib Dicuri

Rumah Pemenangan Prabowo-Gibran Kemalingan, TV, Alat Podcast dan Dokumen Penting Raib Dicuri

Megapolitan
KPU Gelar Sayembara Maskot dan 'Jingle' Pilkada DKI 2024 Khusus Warga Jakarta

KPU Gelar Sayembara Maskot dan "Jingle" Pilkada DKI 2024 Khusus Warga Jakarta

Megapolitan
Berdiri Hampir Satu Jam, Pemudik Minta Tempat Duduk di Stasiun Pasar Senen Ditambah

Berdiri Hampir Satu Jam, Pemudik Minta Tempat Duduk di Stasiun Pasar Senen Ditambah

Megapolitan
Korban Kecelakaan Mobil di Sawangan Depok Alami Memar hingga Patah Tulang

Korban Kecelakaan Mobil di Sawangan Depok Alami Memar hingga Patah Tulang

Megapolitan
Diduga Alami 'Microsleep', Pengemudi Jazz Hantam Mobil Innova di Sawangan Depok

Diduga Alami "Microsleep", Pengemudi Jazz Hantam Mobil Innova di Sawangan Depok

Megapolitan
Pekan Ini, Pemprov DKI Bakal Surati Kemendagri untuk Nonaktifkan NIK 92.432 Warga Jakarta

Pekan Ini, Pemprov DKI Bakal Surati Kemendagri untuk Nonaktifkan NIK 92.432 Warga Jakarta

Megapolitan
Lebaran 2024 Usai, Fahira Idris: Semoga Energi Kebaikan Bisa Kita Rawat dan Tingkatkan

Lebaran 2024 Usai, Fahira Idris: Semoga Energi Kebaikan Bisa Kita Rawat dan Tingkatkan

Megapolitan
H+6 Lebaran, Stasiun Pasar Senen Masih Dipadati Pemudik yang Baru Mau Pulang Kampung

H+6 Lebaran, Stasiun Pasar Senen Masih Dipadati Pemudik yang Baru Mau Pulang Kampung

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com