Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/11/2020, 12:12 WIB
Ihsanuddin,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menilai, upaya pelacakan kontak kasus Covid-19 di DKI Jakarta masih jauh dari standar organisasi kesehatan dunia (WHO).

Untuk memenuhi standar minimum, ia berujar, rasio pelacakan kontak harus mencapai satu berbanding 25.

Artinya, dari satu orang yang terkonfirmasi positif Covid-19, harus ada 25 orang yang diidentifikasi pernah berinteraksi dengannya.

"Idealnya sesuai target WHO adalah 1:25," kata Dicky kepada Kompas.com, Kamis (5/11/2020).

Baca juga: Petugas Pelacak Kontak Diharapkan Bisa Tingkatkan Deteksi Kasus Covid-19

"Secara estimasi dari 100 kasus positif itu harusnya ada 2.500 kasus kontak yang teridentifikasi," sambung dia. 

Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyatakan rasio pelacakan kontak di Jakarta adalah 1:8.

"Jadi belum tercapai, masih jauh," katanya.

Dicky mendorong Pemprov DKI Jakarta untuk terus menggencarkan upaya pelacakan kontak.

Ia mengingatkan bahwa pelacakan kontak ini sangat penting guna mengendalikan penyebaran Covid-19.

Baca juga: Pemprov DKI Buka Lowongan 1.545 Pelacak Kontak Kasus Covid-19

Dengan pelacakan kontak, maka pemerintah bisa segera melakukan tes sekaligus isolasi masyarakat yang terpapar SARS-CoV-2.

Terkait kapasitas testing, Dicky menilai DKI Jakarta sudah lebih baik ketimbang provinsi lain.

Dalam sepekan, pemprov DKI bisa melakukan tes swab sampai lebih dari 50.000 orang.

Jumlah itu sudah lima kali lipat lebih besar dari standar WHO.

Namun, Dicky juga mengingatkan, tanpa pelacakan kontak yang maksimal, bisa jadi hasil tes tersebut tak menggambarkan keadaan yang sebenarnya di masyarakat.

"PR DKI masih besar, apalagi Jabar, Jateng, dan jatim yang testing, tracing-nya sangat rendah," kata Dicky.

Baca juga: PR Pelacakan Kontak di Tengah Tes Covid-19 yang Masif di Jakarta...

Anies sebelumnya menegaskan bahwa Pemprov DKI Jakarta terus berupaya meningkatkan upaya pelacakan kontak.

Salah satunya dengan merekrut tenaga profesional tambahan sebanyak 1545 orang.

"Kami perbanyak supaya rasio antara orang terpapar dan yang di-trace bisa lebih meningkat," ujar Anies.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Jasad Perempuan Ditemukan Tersangkut Akar Pohon di Sungai Cikeas Bekasi

Jasad Perempuan Ditemukan Tersangkut Akar Pohon di Sungai Cikeas Bekasi

Megapolitan
Naik Rp 251 Miliar, APBD Kabupaten Bekasi Tahun 2024 Jadi Rp 7,37 Triliun

Naik Rp 251 Miliar, APBD Kabupaten Bekasi Tahun 2024 Jadi Rp 7,37 Triliun

Megapolitan
DSDA Jakarta Dukung Percepatan SPAM Jatiluhur I untuk Penuhi Kebutuhan Air Baku Masyarakat

DSDA Jakarta Dukung Percepatan SPAM Jatiluhur I untuk Penuhi Kebutuhan Air Baku Masyarakat

Megapolitan
Kisah Pasutri Paruh Baya Berjuang Bersama Mencari Kerja di 'Job Fair' Depok

Kisah Pasutri Paruh Baya Berjuang Bersama Mencari Kerja di "Job Fair" Depok

Megapolitan
Ayah di Tangsel Diduga Ingin Gugurkan Kandungan Anaknya dengan Minuman Soda dan Obat

Ayah di Tangsel Diduga Ingin Gugurkan Kandungan Anaknya dengan Minuman Soda dan Obat

Megapolitan
Jabodetabek Berpotensi Dilanda Cuaca Ekstrem hingga 1 Desember 2023

Jabodetabek Berpotensi Dilanda Cuaca Ekstrem hingga 1 Desember 2023

Megapolitan
Dipukul dan Ancam Tak Diberi Uang Jajan, Ayah Kandung di Tangsel Perkosa Anaknya hingga 18 Kali

Dipukul dan Ancam Tak Diberi Uang Jajan, Ayah Kandung di Tangsel Perkosa Anaknya hingga 18 Kali

Megapolitan
Disdik DKI Sebut Tak Ada Pemotongan Gaji Guru Honorer SDN Malaka Jaya 10 Jaktim

Disdik DKI Sebut Tak Ada Pemotongan Gaji Guru Honorer SDN Malaka Jaya 10 Jaktim

Megapolitan
Paradoks Perayaan Hari Guru dan Mereka yang Diabaikan Kesejahteraannya

Paradoks Perayaan Hari Guru dan Mereka yang Diabaikan Kesejahteraannya

Megapolitan
Antisipatif dan Inovatif, Terobosan Pj Heru Selama Memimpin Jakarta Raih Penghargaan

Antisipatif dan Inovatif, Terobosan Pj Heru Selama Memimpin Jakarta Raih Penghargaan

Megapolitan
Guru SDN Malaka Jaya 10 Digaji Rp 300.000, Walkot Jaktim: Nanti Saya yang Ngomong Salah...

Guru SDN Malaka Jaya 10 Digaji Rp 300.000, Walkot Jaktim: Nanti Saya yang Ngomong Salah...

Megapolitan
Tanam Ribuan Pohon di Pulogadung, Jokowi: Mengatasi Polusi yang Kita Rasakan

Tanam Ribuan Pohon di Pulogadung, Jokowi: Mengatasi Polusi yang Kita Rasakan

Megapolitan
Banjir Rob Berpotensi Terjadi di Pesisir Jakarta hingga 2 Desember 2023

Banjir Rob Berpotensi Terjadi di Pesisir Jakarta hingga 2 Desember 2023

Megapolitan
Wali Kota Jaksel Klaim Anak Asli Manggarai Diam dan Tak Terhasut dalam Tawuran Senin Dini Hari

Wali Kota Jaksel Klaim Anak Asli Manggarai Diam dan Tak Terhasut dalam Tawuran Senin Dini Hari

Megapolitan
Anak di Tangsel 18 kali Diperkosa Ayah Kandungnya hingga Hamil

Anak di Tangsel 18 kali Diperkosa Ayah Kandungnya hingga Hamil

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com