Denny pun mengajak tiga kawannya yang bekerja sebagai pedagang kopi dan pemulung untuk ikut terlibat. Mereka menamakan diri sebagai kelompok Markesot.
Debut pertama mereka dimulai ketika sedang membersihkan selokan di saluran air permukiman kawasan Pondok Cipta, Bekasi Barat, Kota Bekasi.
Persis seperti yang dikatakan Denny, pekerjaan dia memang terlihat ekstrim. Banyak warga kaget ketika melihat Denny bekerja setotal itu. Got pun diselami hingga ditiduri demi mencari sumber sumbatan.
Tak heran warga puas dengan pekerjaannya. Walau sukses di beberapa selokan, Denny mengaku tak minta bayaran tinggi.
“Kita kan dipesan per RT, jadi kalau bayaran biasanya tiap keluarga per RT urunan bisa Rp 100.000 atau Rp 80.000 atau Rp 70.000,” kata Denny.
Denny tahu betul kondisi saat ini sedang sulit, uang sebesar apapun sangat berharga. Itulah mengapa Denny tak berniat menetapkan tarif tinggi agar warga tak terbebani.
Umumnya, Denny mendapatkan total Rp 6 juta untuk sekali permintaan membersihkan selokan. Namun uang itu tak sepenuhnya masuk ke kantong Denny.
Sebagian uang harus digunakan Denny untuk membeli karung guna menampung sampah dan lumpur selokan. Uang itu juga digunakan sebagai ongkos sewa mobil bak terbuka guna mengangkut tumpukan karung ke tempat pembuangan akhir.
“Kita sempat sewa 10 mobil bak buat angkut sampah ke tempat pembuangan akhir. Satu mobil aja Rp 150.000 kalau 10 mobil bisa Rp 1,5 juta. Belum bayar tempat pembuangan,” jelas Denny.
Baca juga: Kisah Tukang Galian asal Brebes, Setia Menunggu Kerja di Lebak Bulus sejak Puluhan Tahun Lalu
“Nah dari Rp 6 juta dikurang kira–kira Rp 1,5 juta. Sisanya baru kita bagi-bagi,” tambah Denny.
Jika dihitung- hitung, yang masuk ke kantong Denny hanya sekitar Rp 3.500.000 per bulan. Sungguh pendapatan yang minim bagi kepala keluarga dengan tiga anak yang masih dalam tanggungan.
Namun seakan tak ada jalan lain, Denny tetap menggeluti pekerjaan ini demi bertahan hidup di tengah pandemi.
Ketika ditanya bagaimana rasanya berada di dalam selokan, Denny beberapa detik terdiam. Dia seperti berusaha mengingat suasana di dalam selokan dan mencoba menuangkanya ke dalam kalimat.
“Wah, rasanya panas, bau, banyak nyamuk, banyak virus kotoran, banyak beling,” kata Denny.
Tak jarang pula dia berhadapan langsung dengan binatang seperti kelabang, kecoa, tikus bahkan ular.