DEPOK, KOMPAS.com - Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kota Depok merilis daftar kecamatan yang paling sering dikunjungi para pasangan calon wali kota-wakil wali kota Depok selama sebulan lebih masa kampanye.
"Dari hasil pengawasan, Kecamatan Pancoran Mas, Sukmajaya, dan Sawangan adalah lokasi yang sering didatangi paslon," kata Koordinator Divisi Pengawasan dan Hubungan Antarlembaga Bawaslu Kota Depok Dede Slamet melalui keterangan resmi, Jumat (6/11/2020).
Dari keterangan tersebut, Pancoran Mas jadi lokasi favorit kampanye pada kandidat dengan total 144 kegiatan.
Di bawahnya, yakni Sukmajaya dan Sawangan dengan masing-masing 135 kegiatan, lalu disusul Cimanggis dengan 114 kegiatan.
Terpilihnya kecamatan-kecamatan itu sebagai lokasi favorit kampanye dapat dipahami karena Sukmajaya, Pancoran Mas, dan Cimanggis merupakan tiga kecamatan dengan penduduk terbanyak di Depok.
Baca juga: Pilkada Depok: 23 Pelanggaran Protokol Kesehatan Selama Kampanye Paslon
Dari data Badan Pusat Statistik (2018), Cimanggis mencatat 324.343 penduduk, Sukmajaya 311.379, dan Pancoran Mas 282.167.
Sawangan ada di urutan ke-8 soal jumlah penduduk, dengan total 165.631.
Namun, ironisnya, empat kecamatan favorit para paslon tersebut juga merupakan kecamatan favorit virus corona.
Data yang dirilis Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Depok hari ini, keempatnya merupakan kecamatan dengan jumlah pasien/kasus aktif Covid-19 terbanyak saat ini.
Kecamatan Sukmajaya mencatat 138 pasien, Pancoran Mas 131, Cimanggis 128, Sawangan 121.
Malahan Sukmajaya, Pancoran Mas, dan Cimanggis, adalah kecamatan dengan total laporan kasus Covid-19 tertinggi sejak Maret di Depok.
Baca juga: Kampanye Online Jelang Pilkada Depok Meningkat, tapi Jumlahnya Hanya 1 Persen
Kandidat tak minat kampanye daring, banyak langgar protokol kesehatan
Kampanye daring atau online masih tak diminati para kandidat. Meskipun menurut catatan Bawaslu ada tren kenaikan, tetapi jumlahnya masih kalah jauh dibandingkan metode kampanye lainnya.
Hasil pengawasan Bawaslu di 11 kecamatan se-Kota Depok hingga kemarin, total ada 1.039 kegiatan kampanye para kandidat.
Sebanyak 75 persennya (777) adalah kampanye tatap muka dan dialog. Sebanyak 18 persen (189) merupakan penyebaran bahan kampanye.
"Penyebaran bahan kampanye menunjukkan peningkatan, biasanya dilakukan dalam bentuk door to door dengan membagikan bahan kampanye,yang paling sering yaitu stiker dan brosur visi misi paslon," jelas Dede.
Baca juga: Pilkada Depok, Idris Mengaku Perlu Genjot Kampanye di Belasan Titik
Di bawahnya, ada metode pertemuan terbatas yang mengambil porsi 6 persen (58) dari keseluruhan kampanye.
Sementara itu, kampanye daring hanya menyumbang 1 persen atau 15 giat selama sebulan lebih masa kampanye Pilkada Depok berlangsung.
Tak pelak, maraknya kampanye di lapangan berimbas pada banyaknya pelanggaran protokol kesehatan, kendati Bawaslu menyebut jumlah pelanggaran itu mulai berkurang.
"Kontradiksi antara jumlah kampanye melalui metode daring dengan tatap muka atau pertemuan terbatas menuntut jajaran pengawasan pemilihan melakukan upaya pencegahan, agar tidak terjadi pelanggaran protokol kesehatan sehingga tidak perlu ada giat yang dibubarkan," jelas Dede.
"Total ada 23 pelanggaran protokol kesehatan (selama kampanye). Penurunan signifikan terjadi di pekan kedua (dari 9 ke 6 pelanggaran) dan pekan keempat (dari 6 ke 2 pelanggaran)," ujarnya.
Peta politik
Sebagai informasi, Pilkada Depok 2020 menjadi ajang tempur dua kandidat petahana yang memilih pisah ranjang untuk berebut kekuasaan pada pemungutan suara 9 Desember 2020 mendatang.
Wali Kota Depok Mohammad Idris, kalangan nonpartai yang dekat dengan PKS, bakal berupaya menyongsong periode kedua kekuasaannya.
Ia akan berduet dengan kader PKS, Imam Budi Hartono yang telah dua periode duduk di DPRD Jawa Barat.
Memperoleh nomor urut 2, Idris-Imam disokong oleh tiga partai di parlemen dengan perolehan 17 kursi, yakni PKS, Demokrat, dan PPP.
Sementara itu, Pradi Supriatna, wakil wali kota saat ini sekaligus Ketua DPC Gerindra Depok, akan berusaha mendepak Idris lewat pilkada.
Ia akan berpasangan dengan Afifah Alia, kader perempuan PDI-P yang gagal lolos ke Senayan pada Pileg 2019 lalu.
Dengan nomor urut 1, Pradi-Afifah didukung koalisi gemuk dengan 33 kursi di DPRD, yakni Gerindra, PDI-P, PAN, PKB, PSI, dan Golkar.
Keduanya bertanding saat Depok masih menjadi wilayah dengan torehan kasus positif Covid-19 terbanyak di Jawa Barat dan Bodetabek dengan total 7.568 kasus per hari ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.