JAKARTA, KOMPAS.com - Tak kurang dari 2.400 orang telah mendaftar untuk menjadi relawan pelacak kontak kasus Covid-19 di Jakarta. Namun dari jumlah itu, hanya setengahnya yang memenuhi syarat administrasi.
"Yang daftar awal 2.400-an, hanya 1.200-an yang sampai mengikuti ujian tulis," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktavia Handayani saat dihubungi Kompas.com, Jumat (6/11/2020).
Dwi mengatakan, banyak pelamar yang tidak memenuhi syarat dalam hal domisili. Padahal, dalam pengumuman yang disampaikan sudah jelas bahwa relawan harus berdomisili di DKI Jakarta.
"Karena kan kita tidak menyediakan tempat menginap. Jadi rumahnya memungkinkan pulang pergi. Tapi yang lamar sampai ada yang jauh," katanya.
Baca juga: Kuota Belum Terpenuhi, DKI Jakarta Akan Buka Rekrutmen Tahap II Pelacak Kontak Kasus Covid-19
Selain itu, ada juga yang tak memenuhi syarat dari segi pendidikan. Syarat menjadi pelacak kontak adalah minimal DIII pendidikan kesehatan.
"Kemarin ada yang latar pendidikannya macam-macam, bukan hanya yang tergolong sebagai nakes," katanya.
Oleh karena itu, hanya 1.200 orang yang melanjutkan ke tahap selanjutnya, yakni tes tertulis. Tes tertulis dilakukan secara online.
"Hasil ujian tulisnya sudah masuk ke kita. Lalu kita teruskan ke pusat karena proses perjanjian kerja samanya dengan Satgas Pusat. Keputusan finalnya di pusat," ujarnya.
Baca juga: Petugas Pelacak Kontak Diharapkan Bisa Tingkatkan Deteksi Kasus Covid-19
Relawan pelacak kontak yang terpilih nantinya akan ditempatkan di Puskesmas wilayah Jakarta. Relawan akan mendapatkan insentif Rp 300.000 per hari.
Dwi mengakui hasil rekrutmen ini belum memenuhi kuota yang ditargetkan. Semula, Dinkes DKI menargetkan merekrut 1.545 pelacak kontak.
Oleh karena itu, Dinkes membuka kemungkinan untuk melakukan rekrutmen tahap kedua.
"Mungkin nanti kita akan rapatkan besama dengan pusat," katanya.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebelumnya mengemukan, rekrutmen ini bertujuan untuk meningkatkan pelacakan kontak Covid-19 di Ibu Kota. Dia berharap rasio antara orang terpapar dan mereka yang dilacak dapat lebih meningkat.
Hingga saat ini, Anies mengeklaim rasio pelacakan kontak di DKI Jakarta adalah 1:8. Itu artinya, pada satu kasus Covid-19, ada 8 orang terdekat yang terdeteksi pernah berinteraksi.
"Kami perbanyak supaya rasio antara orang terpapar dan yang di-trace bisa lebih meningkat," ujar Anies.
Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menilai rasio pelacakan kontak di Jakarta masih rendah. Sebab, jika mengikuti standar Badan Kesehatan Dunia (WHO), minimum rasio pelacakan kontak adalah 1:25.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.