Era 1999 sampai 2000-an, Blok M seperti labirin yang penuh pedagang kaki lima.
Mereka mengisi jalan yang seharusnya menjadi jalur kendaraan bermotor lewat.
"Bila kita telusuri kembali, Blok M Mall mempunyai lorong untuk akses ke terminal. Sebelum kita menginjak kaki untuk turun ke lorong tersebut, telinga kita akan disuguhi lagu bernuansa pop dan hardcore," ujar Mandra Pradipta (31), warga Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Baca juga: Blok M, Fatmawati, dan Lebak Bulus Bakal Jadi Kawasan Berorientasi Transit
Mandra ingat betul kenangan yang tak terlupakan di Blok M, seperti membeli kaset-kaset serta kaus beraliran hardcore dan metal.
Tentunya juga, makan di restoran cepat saji di Blok M Mall.
"Tak hanya itu, sebelum era digital seperti sekarang, kadang ada pedagang yang menyediakan download lagu MP3 ketika era Nokia berjaya. Bahkan, sampai ke nada dering juga bisa," kata Mandra.
Penyedia jasa download MP3 memang bisa dengan mudah ditemui di Blok M Mall.
Mereka bisa terlihat sejak di pintu masuk lorong Blok M Mall di sisi barat dan timur.
Mereka menawarkan harga yang bervariasi. Umumnya Rp 10.000 untuk berpuluh-puluh lagu.
Baca juga: Cegah Penyebaran Covid-19, Bar dan Kafe di Blok M Ditutup Sementara
Maklum, internet adalah hal yang mewah pada zaman itu.
Pelanggannya biasanya dari kelas menengah ke bawah. Mereka mengantre untuk mendapatkan lagu-lagu terfavorit.
Blok M Mall telah menjadi bagian dari perkembangan sosial budaya di Jakarta.
Blok M Mall punya tempat di hati dan memori masyarakat Jakarta.
Namun, Blok M Mall kini sepi bagai kuburan.
Akankah Blok M Mall kembali hidup seperti era 1990 sampai 2000-an?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.