Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Relawan Pemulasaraan Jenazah Covid-19 di Depok, Bekerja Tanpa Pikirkan Honor

Kompas.com - 11/11/2020, 15:02 WIB
Vitorio Mantalean,
Nursita Sari

Tim Redaksi

Namun, berbekal dorongan kuat dari dirinya untuk senantiasa mewakafkan umurnya pada kerja-kerja kemanusiaan, ia tak kuasa menampik tawaran tersebut, kendati ada resah pula di dalam dadanya.

"Insyaallah amal jariyah, walaupun takut, Mas," katanya.

Baca juga: Meski Pandemi Covid-19, Tingkat Partisipasi di Pilkada Depok Ditargetkan Naik 21,5 Persen

Jalan yang ditapakinya tentu bukan jalan yang mulus. Ketika sistem penanganan Covid-19 belum tertata rapi, kendala meruyak di mana-mana ketika Wia menghadapi tugasnya.

Wia mengakui, ia butuh waktu buat meyakinkan suaminya ketika ia hendak menempuh jalan nasib sebagai relawan pemulasaraan jenazah pasien Covid-19.

Ia sempat bilang, dirinya tak akan selalu turun ke lapangan karena ada puluhan relawan lain yang siap berbagi tugas.

"Kenyataannya, di lapangan banyak yang enggak turun, karena mungkin sama, takut. Akhirnya dengan kondisi itu, terutama di daerah saya di Sawangan dan Bojongsari, saya cuma sendiri waktu itu," ujar Wia.

"Di tempat saya, sudah RS bingung, jenazah berjam-jam belum ada penanganan, dengan bismillah akhirnya saya turun juga."

Baca juga: KPU Depok Optimistis Genjot Partisipasi Pemilih, Sebut Warga Sudah Terpolarisasi

Pada akhirnya, ia pun harus senantiasa siap tatkala sewaktu-waktu dipanggil untuk menuntaskan kerja kemanusiaan itu.

"Sejauh ini saya belum pernah malam-malam keluar, tapi sering malam-malam ditelepon, jadi eksekusinya pagi. Teman lain ada yang jam 01.00 mereka keluar," kisahnya.

"Ninggalin anak, lalu nitipin ke tetangga, waktu itu sudah biasa mas."

Tak pikirkan honor

Wia juga menceritakan, alat pelindung diri (APD) sebagai urusan paling dasar baginya ketika berurusan dengan jenazah yang infeksius itu pun, tak selalu tersedia lengkap.

Medio Oktober lalu, persoalan minimnya APD menjadi salah keluhan utama ketika 25 dari 36 relawan pemulasaraan jenazah pasien Covid-19 di Depok, memilih mundur dari tugasnya.

"Itu dulu, sebelum (pemulasaraan jenazah pasien Covid-19 diurus) di Dinas Pemadam Kebakaran. APD tidak kami pegang, melainkan ada di kecamatan," sebut Wia, menyinggung bahwa sistem saat ini relatif lebih baik dan terkoordinasi.

"Jadi misalnya ada yang kurang, entah sarung tangannya tidak ada atau sarung kaki, saya harus ambil ke kecamatan lain. Itu kan juga akhirnya memperlambat waktu," ujarnya.

Baca juga: [UPDATE] Sebaran Pasien Covid-19 di Depok Per Kecamatan, Terbanyak Kini di Sawangan dan Sukmajaya

Tak berhenti sampai di situ, ia juga mesti melahap caci dan maki dari keluarga korban Covid-19 yang serba tak terima dengan keadaan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang 'Pelanggannya' di Kali Bekasi

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang "Pelanggannya" di Kali Bekasi

Megapolitan
Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Sempat Minta Tolong untuk Gotong Kardus AC

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Sempat Minta Tolong untuk Gotong Kardus AC

Megapolitan
Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Megapolitan
Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
Beredar Video Sopir Truk Dimintai Rp 200.000 Saat Lewat Jalan Kapuk Muara, Polisi Tindak Lanjuti

Beredar Video Sopir Truk Dimintai Rp 200.000 Saat Lewat Jalan Kapuk Muara, Polisi Tindak Lanjuti

Megapolitan
Maju Pilkada Bogor 2024, Jenal Mutaqin Ingin Tuntaskan Keluhan Masyarakat

Maju Pilkada Bogor 2024, Jenal Mutaqin Ingin Tuntaskan Keluhan Masyarakat

Megapolitan
Kemendagri Nonaktifkan 40.000 NIK Warga Jakarta yang Sudah Wafat

Kemendagri Nonaktifkan 40.000 NIK Warga Jakarta yang Sudah Wafat

Megapolitan
Mayat dalam Koper yang Ditemukan di Cikarang Berjenis Kelamin Perempuan

Mayat dalam Koper yang Ditemukan di Cikarang Berjenis Kelamin Perempuan

Megapolitan
Pembunuh Perempuan di Pulau Pari Mengaku Menyesal

Pembunuh Perempuan di Pulau Pari Mengaku Menyesal

Megapolitan
Disdukcapil DKI Bakal Pakai 'SMS Blast' untuk Ingatkan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Disdukcapil DKI Bakal Pakai "SMS Blast" untuk Ingatkan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Megapolitan
Sesosok Mayat Ditemukan di Dalam Koper Hitam di Cikarang Bekasi

Sesosok Mayat Ditemukan di Dalam Koper Hitam di Cikarang Bekasi

Megapolitan
Warga Rusunawa Muara Baru Keluhkan Biaya Sewa yang Naik

Warga Rusunawa Muara Baru Keluhkan Biaya Sewa yang Naik

Megapolitan
8.112 NIK di Jaksel Telah Diusulkan ke Kemendagri untuk Dinonaktifkan

8.112 NIK di Jaksel Telah Diusulkan ke Kemendagri untuk Dinonaktifkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com