Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Inu Ubah Pelepah Pisang Jadi Kerajinan Bernilai Jual

Kompas.com - 11/11/2020, 21:49 WIB
Muhammad Isa Bustomi,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Pelepah pisang yang telah mengering biasanya hanya dianggap sampah tanaman. Masyarakat sebatas memanfaatkan buah dan daun pisang sesuai kebutuhan.

Namun, siapa sangka, pelepah pisang juga bisa dimanfaatkan menjadi kerajinan yang memiliki nilai ekonomi.

Di tangan Inu, pelepah pisang dapat menjadi kerajinan miniatur kereta kencana, tempat tisu, asbak, hingga jam dengan berbagai bentuk.

Memanfaatkan pelepah pisang hingga memiliki nilai ekonomi berawal dari Inu yang jenuh dengan aktivitas kerja di dunia film dan memutuskan memutuskan berhenti bekerja pada 2016.

Kekosongan waktu memaksa Inu mencari ide-ide kreatif yang dapat bernilai uang untuk menggantikan pendapatan setelah tak bekerja.

Baca juga: Kisah Relawan Pemulasaraan Jenazah Covid-19 di Depok, Bekerja Tanpa Pikirkan Honor

"Awalnya sering melihat (pelepah pisang) tapi tidak pernah peduli, artinya ini bisa tidak ya dimanfaatkan. Akhirnya dicoba," ujar pria asal Reni, Pamulang, Tangerang Selatan saat dihubungi, Rabu (11/11/2020).

Selama tiga bulan jari tangan Inu belajar mengolah pelepah pisang. Dia mulai mengupas batang, kemudian menjemurnya, hingga membuat kerajinan.

Akhirnya, tanpa panduan Inu berhasil memanfaatkan pelepah pisang dari kebun dekat rumahnya mejadi barang bernilai.

"Kerajinan pertama itu lupa saya, karena totalnya sampai saat ini sudah lebih dari puluhan bahkan mungkin ratusan," katanya.

Keberhasilan Inu dalam membuat kerajinan dari pelepah pisang pertama itu tak membuatnya puas.

Baca juga: Kisah Edi Bertahan di Masa Pandemi, dari Juragan Furnitur Jadi Penjual Ketan Bakar

Ia terus memperbaiki kualitas hingga menghasilkan kerajinan dengan macam-macam bentuk.

Foto kerajinan yang diunggah melalui Istagram seakan memicu datangnya pesanan.

"Saat ini pembuatan sesuai dengan pesanan. Mereka yang pesan harus datang ke rumah untuk menyesuaikan kemauannya. Harga muali Rp 50.000 sampai Rp 500.000," katanya.

Dalam satu hari, Inu dapat mengerjakan satu hingga tiga kerajinan sesuai dengan tingkat kesulitannya.

Kini, kerajinan pelepah pisang karya Inu sudah mulai dikenal masyarakat hingga pejabat.

Namun sayangnya, pandemi Covid-19 memberikan dampak atau penurunan pesanan.

"Kalau sebelum ada pandemi saya tidak bisa kalkulasikan (jumlah pesanan). Tapi saat ada pandemi ini turun 60 persen. Tapi sejauh ini masih ada beberapa pesanan per hari. Dari pejabat juga ada," paparnya.

Inu berharap pandemi Covid-19 ini segera berlalu. Dia berencana akan membuat pelatihan untuk masyarakat di wilayah Tangerang Selatan.

"Saya inginnya ada membuat beberapa pelatihan dan ada juga wisata di mana masyarakat datang dan melihat kerajinan itu, " tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dukung Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Rp 22 Miliar, Fraksi PKS: Biar Nyaman Jadi Kantor Kedua

Dukung Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Rp 22 Miliar, Fraksi PKS: Biar Nyaman Jadi Kantor Kedua

Megapolitan
Harga Bawang Putih di Pasar Perumnas Klender Masih Stabil dari Sebelum Lebaran

Harga Bawang Putih di Pasar Perumnas Klender Masih Stabil dari Sebelum Lebaran

Megapolitan
PSI DKI Ingatkan Heru Budi soal Keberadaan Biro Jasa Pembebasan Lahan Normalisasi Kali Ciliwung

PSI DKI Ingatkan Heru Budi soal Keberadaan Biro Jasa Pembebasan Lahan Normalisasi Kali Ciliwung

Megapolitan
Penampilan Pengemudi Fortuner Arogan Berpelat Palsu TNI yang Kini Berbaju Tahanan

Penampilan Pengemudi Fortuner Arogan Berpelat Palsu TNI yang Kini Berbaju Tahanan

Megapolitan
Gerindra Mulai Jaring Sosok Calon Wali Kota Bogor untuk Pilkada 2024

Gerindra Mulai Jaring Sosok Calon Wali Kota Bogor untuk Pilkada 2024

Megapolitan
DBD di Jaksel Turun Drastis, dari 507 Menjadi 65 Kasus per April 2024

DBD di Jaksel Turun Drastis, dari 507 Menjadi 65 Kasus per April 2024

Megapolitan
Dalam Rapat LKPJ 2023, Heru Budi Klaim Normalisasi Berhasil Atasi Banjir Jakarta

Dalam Rapat LKPJ 2023, Heru Budi Klaim Normalisasi Berhasil Atasi Banjir Jakarta

Megapolitan
Pria di Bekasi Jadi Korban Penipuan Program Beasiswa Doktoral di Filipina

Pria di Bekasi Jadi Korban Penipuan Program Beasiswa Doktoral di Filipina

Megapolitan
Tak Hanya Kader, PKS Juga Usulkan Anies dan Eks Kapolda Masuk Bursa Bacagub DKI

Tak Hanya Kader, PKS Juga Usulkan Anies dan Eks Kapolda Masuk Bursa Bacagub DKI

Megapolitan
Tak Lagi Dapat 'Privilege' KTP Jakarta, Warga: Akses Pendidikan dan Kesehatan Jangan Jomplang

Tak Lagi Dapat "Privilege" KTP Jakarta, Warga: Akses Pendidikan dan Kesehatan Jangan Jomplang

Megapolitan
Warga 'Numpang' KTP DKI: Pelayanan di Jakarta Itu Enak Banget, Administrasinya Enggak Ribet...

Warga "Numpang" KTP DKI: Pelayanan di Jakarta Itu Enak Banget, Administrasinya Enggak Ribet...

Megapolitan
Masuk Bursa Cagub DKI dari PKS, Khoirudin: Saya Kawal dari Dewan Saja...

Masuk Bursa Cagub DKI dari PKS, Khoirudin: Saya Kawal dari Dewan Saja...

Megapolitan
Maju di Pilkada Kota Bogor, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Daftar Lewat Gerindra

Maju di Pilkada Kota Bogor, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Daftar Lewat Gerindra

Megapolitan
Pendapatan Ojek Sampan Tak Cukupi Biaya Hidup, Bakar Terpaksa Berutang Untuk Makan

Pendapatan Ojek Sampan Tak Cukupi Biaya Hidup, Bakar Terpaksa Berutang Untuk Makan

Megapolitan
Pasca-Lebaran, Harga Bawang Merah di Pasar Perumnas Klender Tembus Rp 80.000 Per Kilogram

Pasca-Lebaran, Harga Bawang Merah di Pasar Perumnas Klender Tembus Rp 80.000 Per Kilogram

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com