BEKASI, KOMPAS.com - Koordinator Perhimpunan untuk Pendidikan dan Guru (P2G), Satriawan Salim menilai Pemkot Bekasi terkesan memaksa jika tetap menggelar simulasi kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka Desember 2020 mendatang.
Pasalnya, kota Bekasi baru saja ditetapkan satu satunya sebagai zona merah Covid-19 di Jawa Barat.
Namun demikian, Satriawan menilai ada dua faktor yang menyebabkan Dinas Pendidikan Kota Bekasi bersikeras menggelar simulasi KBM tatap muka.
Alasan pertama karena desakan orang tua murid. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Satriawan, banyak orang tua murid yang mengeluh lantaran sudah terlalu lama anak-anaknya belajar di rumah.
Baca juga: Sebelum Gelar Simulasi Sekolah Tatap Muka, Pemkot Bekasi Akan Surati Kemendikbud
Suasana jenuh dan kendala orang tua yang tak mampu mendampingi anak belajar di rumah jadi pemicu keluhan itu muncul.
"Jadi memang ada suasana kejenuhan ada dari anak-anak dan orang tua yang tidak bisa mendampingi anak belajar di rumah," kata Satriawan, Kamis (12/11/2020).
Aduan-aduan itu disampaikan kepada setiap kepala sekolah dan berujung ke telinga pihak Dinas Pendidikan Kota Bekasi.
Selain keluhan dari orang tua murid, dia menilai keluhan juga datang dari sekolah-sekolah swasta.
Baca juga: Wacana Sekolah Tatap Muka di Bekasi, Epidemiolog Ingatkan Risiko Penularan Covid-19
Selama pembelajaran via daring, banyak sekolah swasta yang kesulitan karena pemasukan yang tergerus.
Orang tua murid banyak yang kesulitan membayar uang sekolah yang terbilang cukup mahal.
Selain itu, pihak sekolah swasta pun mau tak mau memangkas uang pembayaran sekolah demi keberlangsungan kegiatan belajar mengajar.
Kondisi inilah yang membuat beberapa sekolah swasta terlunta-lunta di tengah pandemi.
"Saya rasa ini tanda kutip ada kepentingan sekolah-sekolah swasta tertentu. Sekuat kuatnya ekonomi yayasan, tidak ada yang busa bertahan selama berbulan-bulan pandemi seperti ini," ucap Satriawan.
Walau demikian, seharusnya Dinas Pendidikan Kota Bekasi lebih mengutamakan kesehatan dan keselamatan siswanya.
Satriawan menilai jika KBM tatap muka tetap dipaksakan dalam kondisi seperti ini, tidak menutup kemungkinan klaster Covid-19 akan muncul. Kondisi ini pada akhirnya dapat membahayakan guru, murid dan keluarga mereka di rumah.
Baca juga: Sebelum Gelar Simulasi Sekolah Tatap Muka, Pemkot Bekasi Akan Surati Kemendikbud