Yayat menilai, masyarakat masih kurang mendapat edukasi tentang cara hidup di kota dan memelihara fasilitas kota Jakarta.
Misalnya saja, tutur Yayat, DKI Jakarta saat ini mendapatkan penghargaan internasional di bidang transportasi.
Namun, faktanya, ada warga membakar halte bus yang menjadi bagian dari bidang transportasi tersebut.
Contoh lainnya, warga juga masih sering dan suka melanggar aturan.
Beragam pelanggaran seperti membuang sampah sembarangan, melawan arus lalu lintas, parkir sembarangan, kencing di bawah pohon sampai dengan menyeberang tidak menggunakan jembatan penyeberangan orang (JPO).
Yayat Supriyatna menyarankan Pemprov DKI Jakarta kembali menggelar operasi yustisi para pendatang.
Operasi yustisi, menurut Yayat, bisa menjadi salah satu kebijakan agar Jakarta tidak dicap sebagai kota yang amburadul.
"Dulu ada namanya kebijakan operasi yustisi, dalam konteks pendatang dari luar Jakarta yang masuk setiap tahun," kata Yayat.
Apabila Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan enggan melakukan operasi yustisi, Yayat menyarankan harus ada kebijakan program kependudukan yang membangun kesadaran sebagai warga kota.
"Program edukasi warga kota, di mana dan kapan itu harus dimulai, itu harus dari unsur pendidikan," kata Yayat.
Baca juga: Megawati Sebut Jakarta Amburadul, Wagub DKI: Kami Anggap Obat Penyemangat
Saat ini, lanjut Yayat, banyak sekolah di DKI Jakarta yang tidak memasukkan pelajaran tentang lingkungan perkotaan.
Yayat menginginkan pendidikan tentang kesadaran menjadi warga kota ditanamkan sejak sekolah dasar (SD).
"Contoh anak SD, ayo suruh jalan-jalan aja di trotoar. Gaya (budaya) berjalan kaki muncul, ajarkan bagaimana membuang sampah pada tempatnya, itu yang kurang," tutur dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.